Part 5

169 15 1
                                    

Malam ini, Suga akan pergi ke rumah Alexa untuk meminta maaf sesuai permintaan bunda Adela. Suga telihat tampan dengan stelan kemeja over size hitam dengan bunga di tanganya.

Suga turin dari mobil Kali ini ia bawa mobilnya sendiri, ia di sambut hangat oleh penjaga rumah di sana "Selamat malam Tuan" ujar Penjaga,

Suga tak menjawab sapaannya, ia melangkah masuk tanpa memedulikan penjaga yang menyapanya, "hi Suga kau sudah datang" ucap Alexa menghampiri Suga tanpa rasa cangung dan malu.

Alexa merangkul lengan Suga dan mengajaknya masuk kedalam "Suga Ayahku sudah menunggu di dalam" lanjut Alexa

Suga melepaskan lenganya dari Alexa "Kau jalan lebih dahulu" ucap Suga dengan wajah yang datar,

"Suga ini bunga untuku bukan," tanya Alexa, Alexa meraih bunga yang masih di tangan Suga lalu mencium bunga tersebut, ia terlihat sangat menyukai bunga tersebut, namun Suga juga tak peduli Alexa suka atau tidak dengan bunganya.

Suga mengikuti Alexa dari belakang "Ayah Suga sudah datang" ucap Alexa memberi tau Ayahnya.

Suga duduk di sofa rumah yang ada di ruang keluarga ia tak mengucapkan sepatah katapun, bukan cangung tapi ia tak ingin berbasa basi.

"Suga aku sudah siapkan makan malam, kau belum makan bukan bagai mana jika kita makan dahulu" ajak Alexa.

"Tidak usah saya kesini hanya ingin meminta maaf soal kemarin" jawab Suga dengan wajah yang masih datar.

"Kita sudah memaafkan mu ko suga, kau tak perlu cangung padaku lagian kita akan menikah sebentar lagi" jawab Alexa "ia kan Ayah"

"Ia Suga sebaiknya kau ikut makan malam dahulu dengan kami," Lanjut tuan Mahendra.

Suga kembali nolak, namun Alexa memaksanya untuk ikut makan di sana, dengan terpaksa suga menuruti permintaan Alexa.

Rasanya suga ingin sekali sesegera mungkin keluar dari rumah ini, napasnya sudah terasa sesak karena harus di tempelin terus oleh Alexa, 'Kenapa bisa ada gadis segatel ini nempelin saya terus' ucap suga dalam hatinya.

Akhirnya suga bisa bernafas lega, karena dia sudah berada di mobil sekarang "Gila tuh cewe, seperti tak memiliki harga diri, dulu Zura mendekati saya, tapi tak seagresif itu, sampai nempelin saya terus" gerutu Suga, merasa merindung jika ia membayangkang menikah dengan gadis seperti itu

Suga menarik nafas Lega, ia menatap gantungan yang tadi siang di berikan oleh Lea, kini hanya gadis kecil itu yang mampu menghibur suga.

Di Aparaman Azura Jimin sedang membicarakan masalah tadi siang dengan Azura. "Zur tadi walikelas Lea menghubungiku, dia bilang Lea mendorong anak orang di sekolah"

"Kenapa guru Lea tak menghubungiku bang, kenapa dia menghubungimu"  Tanya Azura merasa heran.

"Wali kelasnya sudah menghubungimu, namun kau tak mengangkat panggilanmu, mungkin karena, kau tadi lagi Meeting" jelas Jimin

"Ah ia, dari tadi Zura tak membuka ponsel Zura" Azura mengeluarkan ponselnya, dan benar ada beberapa panggilan tak terjawab "Kenapa Lea sampai mendorong temannya bang, biasanya Lea tak pernah melakukan itu bukan." Tanya Zura penasaran, yang ia tau Anaknya tak pernah menyakiti orang Lian

"Sepertinya ini karena Lea kesal dia selalu di bilang tak memiliki Ayah, tadi Lea mengatakan jika dia lagi marah selalu di ledekin" jelas Jimin

Zura terdiam mendengar ucapan Jimin ia tak tau harus mengatakan apa sekarang, di sisi lain ia tak tega dengan Lea, Namun Zura juga masih sakit hati karena Suaminya sampai sekarang tak mencari dirinya.

Zura tak ingin berharap lebih dengan mantan suaminya, yang kabarnya sebentar lagi akan segera menikah.

"Zura ada apa kenapa kau melamun" tanya Jimin, Jimin memegang pundak Zura untuk menyadarkan Zura dari lamunanya.

"Zura harus apa bang, Zura tak tega pada Lea, tapi Zura tak sanggup memberi tau Lea soal kebenarannya" ucap Zura, dengan mata berbinar menahan tangisnya.

"Jika kau masih membutuhkan waktu untuk jujur pada Lea, lakukan lah, Kau berhak mengambil keputusan yang menurutmu baik Zura, abang akan selalu mendukungmu apapun itu" Jimin mencoba menenangkan Zura dari rasa resahnya.

"Zura akan fikirkan lagi semua ini bang, Zura juga gak bisa egois memikirkan diri sendiri sedangkan Anak Zura butuh Ayahnya"

"Zura, sebaiknya kita makan malam dulu, kasian Lea sepertinya dia sudah menunggumu dari tadi" Ajak Jimin.

Suga sudah tiba di rumahnya "Suga kau sudah pulang" Tanya Bunda Adela.

Suga menoleh kearah suara, lalu melanjutkan langkahnya menuju tangga yang akan mengantar dirinya ke kamar.

"Suga tunggu Bunda mau bicara" Teriak Bunda Adela, saat melihat Suga tak memedulikanya.

Suga melangkahkan kakinya, lalu menghampiri bunda Adela, suga mendudukan bokongnya di sofa tepat di depan bunda Adela. "Suga besok Kau harus lihat cincin untuk pernikahanmu besok, Bunda sudah pesan ke toko perhiasan langanan Bunda"

"Besok sibuk" jawab Suga singkat

"Sibuk apa sih Suga, besokan Weekand, pokonya Kau besok harus ajak Alexa pergi lihat cincinnya." titah Bunda Adela, seakan tak ingin di bantah.

"Bunda atur aja" Suga beranjak melangkah meninggalkan bundanya yang masih duduk dengan anggun di Sofa.

Di kamarnya, Suga membatingkan tubuhnya ke atas kasur, ia menatap Langit langit kamarnya dengan perasaan yang kosong, hidupnya benar benar terasa hampa, ia kini hanya menjalankan sisa hidupnya saja.

Azura kini tinggal berdua di kamar Lea, "Lea tadi bunda dengar Lea mendorong temen Lea di sekolah apa itu benar" Tanya Azura

Lea mengangguk sambil menundukan kepalanya "Apa Lea sudah meminta maaf pada teman Lea." Tanya Azura.

"Lea gak mau minta Maaf sama dia, dia yang salah, dia udah ngejek Lea" ujar Azalea, Lea memalingkan wajahnya.

"Ia sayang, bunda tak ingin memaksamu untuk meminta maaf, tapi Lain kali jangan mendorong temannya seperti itu ya sayang"

"Biarkan saja bunda, dia terus mengatakan jika Lea gak punya Ayah, Lea gak suka itu"

Sekuat tenaganya Zura menahan Air mata agar tak jatuh di depan anaknya. "Baiklah, nanti bunda tegur temen kamu agar tak bicara sembarangan lagi padamu" ucap Zura sambil membalikan tubuh Anaknya agar kembali menghadap dirinya.

Zura meregangkan lengannya untuk memeluk Lea, Lea menghampiri Zura untuk pergi ke pangkuan Azura.

'Lea maafin bunda, karena bunda Lea jadi bahan Bullyan temen kamu Lea, Bunda bener bener merasa gagal sebagai ibu kamu Lea' ucap Batin Azura, Azura sudah tak sanggup lagi menahan tangisnya, air mata yang dari tadi ia coba sembunyikan kini jatuh juga.

Lea menyadari Bundanya sedang Menangis "Bunda apa bunda menangis" tanya Azalea, lalu menyeka air mata Zura.

"Maafin Lea bunda sudah buat bunda menangis, Lea janji deh Lea akan meminta maaf sama temen Lea yang tadi Lea dorong, Asal bunda jangan menangis lagi"

Tangisan Zura benar benar capur aduk, ada rasa sesak, ada juga rasa terharu dengan Anaknya yang begitu perhatian padanya.

"Ya sudah sebaiknya kita bobo sekarang" Zura melepaskan pelukan pada anaknya.

"Bunda Lea mau bobo sama Bunda malam ini, sama di bacain dongeng oleh bunda juga" pinta Lea.

"Hem tumben minta bunda yang bacain dongeng, biasanya minta paman Mochi" tanya Zura.

"Dongeng paman Mochi membosankan, dia tidak punya banyak dongeng" Ledek Lea, dapat di pastikan jika Jimin mendengarnya, ia akan tertawa terbahak bahak mendengar ledekan dari Lea.

Azura ElainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang