Part 29

85 10 0
                                    

Azura dapat melihat raut wajah panik Adela, "Apa tante kaget saya bisa tau soal rahasia tante, tan sebaiknya anda pergi dari sini sebelum saya bener bener menceritakan semuanya pada Suga, saya yakin sih dia akan sangat kecewa jika tau hal ini" Azura sedikit mengancam Adela.

Adela yang sudah merasa terpojok memutuskan untuk pergi dari rumah Suga 'Shit, dia sudah sejauh itu tau soal Amara, saya harus pastiakan Amara aman, saya tidak mau dia menghancurkan semuanya, dan rencana saya jadi sia sia saja'

Di mobil Adela mengeluarkan ponselnya, ia menelpon suster penjaga Amara, "Rani, siapkan barang barang Amara, saya akan ke sana sekarang, dan jangan banyak tanya"

Setelah itu, Adela mengakhir panggilanya lalu menarik pedal gasnya dengan kecepatan tinggi.

Diruang mini game Suga merasa kawatir dengan ke adaan Azura, tak hanya itu, ia juga ingin sekali mengajukan beberapa pertanyan pada Azura.

"Lea, main sendiri dulu yah, Ayah mau susulin bunda dahulu" Lea mengangguk paham sebagai jawaban untuk Ayahnya.

Saat suga menyusul Azura, Azura juga sudah kembali dari taman belakang, membuat keduanya bertemu di ruang keluarga "Ra kamu baik baik aja kan kamu tak terluka"

"Aku baik baik aja kok, bunda kamu gak nyakitin aku" jawabnya sambil menunjukan bahwa dirinya memang baik baik aja.

Suga bernafas lega saat melihat Azura memang baik baik saja, "Ra saya ingin memastikan sesuatu denganmu,"

"Apa, apa yang ingin kamu tanyakan" Azura membulatkan matanya, ia menunggu jawaban dari Suga, ia sangat penasaran apa yang akan Suga tanyakan padanya.

"Ini soal ucapan bunda, apa kau benar benar tak tinggal bersama dengan Jimin"

Mata Azura semakin membulat sempurna, "Kau tak percaya padaku, kau meragukanku Suga" ucap Azura yang tak percaya ia meragukan dirinya.

"Bukan tak percaya Ra, aku hanya ingin memastikan saja, jika apa yang di tuduhkan Bunda gak benar"

"Dengan kau meragukan ku seperti itu, sama saja kau tak percaya padaku Suga"

"Ra, gak gitu aku hanya ingin memastikan jika Lea anakku" Ucap suga tanpa sadar dengan ucapanya.

"Coba kau ulangi ucapanmu sekali lagi, ulangi Suga," teriak Azura, kini Azura terlihat emosional. "Ucapanmu kini jauh lebih menyakitkan dari hinaan ibumu Suga"

"Ra maaf, saya tak bermaksud menyakitimu"

"Andai saja benar Lea anak bang Jimin, itu akan lebih melegakan untukku, jadi aku tak perlu sakit hati dengan ucapanmu yang meragukan anakku"

Azura pergi meninggalkan Suga, Namun lenganya kembali di tahan Suga "Ra, maaf" hanya itu yang terucap dari mulut Suga saat ini, Suga tidak tau harus mengatakan apa kini, melihat Azura marah saja sudah menyakitkan untuknya, 'Kenapa saya tak bisa mengontrol diri, saya lagi lagi nyakitin Azura.'

Azura menepis lenganya dengan kasar, lalu melanjutkan langkahnya untuk menemui Anaknya "Azura, selangkah kamu pergi sari sini, saya akan merebut hak asuh Lea dari kamu"

Azura membalikan tubuhnya, ia tertawa, sepertinya Azura juga tidak tau harus marah atau tidak mendengar ucapan konyol dari Suga "Suga, ucapan konyol macam apa itu, baru saja kau meragukan Lea, sekarang kau tiba tiba inging mengambil Lea, wah kau memang sangat konyol Suga"

"Saya serius Azura, jika kau berani pergi dari sini, saya akan ajukan hak asuh atas Lea" Ancam Suga sekali lagi, kin lebih tegas dari sebelumnya.

"Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan Suga, Saya akan melawan kamu di pengadilan, Lea punya saya, dia akan tetap milik saya" Azura kembali melanjutkan Langkahnya.

Di ruang Mini Game, Azura melihat Lea tengah Asik bermain "Lea kita pulang ya, bunda ada kerjaan"

"Baik bunda" Jawab Lea "Bunda Lea pamit dahulu sama Ayah yah Bunda"

Azura mengusap rambut Lea "Ia sayang Bunda tunggu Lea dihalaman depan yah"

Lea menghampiri Suga yang tengah berada di depan pintu masuk ruangan mini game "Ayah Lea pulang dulu yah, Lea boleh kan nanti main lagi sama Ayah"

"Boleh dong cantiknya Ayah, Lea boleh datang setiap hari bahkan nginap disini, tapi jangan lupa izin dahulu sama bunda"

"Oke Ayah" Suga memeluk dan mencium Lea sebelum Lea pergi  'Maafin ayah nak, lagi lagi Ayah mengecewakan kamu'

Azura pulang dengan mengunakan taksi, di dalam mobil ia tak hentinya memeluk Anaknya sambil sesekali mengusap Air matanya, dadanya sangat sesak karna menahan tangis yang akan pecah, mengingat ia sedang bersama Lea.

Azura dan Lea tiba diapartamanya, Azura meminta Lea untuk main sendiri dahulu, Azura sangat ingin menenangkan dirinya, Azura menaruh tasnya di sofa sedangkan ia kembali ke kamarnya.

Lea, ia merasa kawatir pada bundanya, ia mengambil ponsel milik Azura lalu menelpon Jimin. "Paman mochi tolong Lea"

"Kenapa sayang, kamu kenapa?" Tanya Jimin

"Bunda tadi nangis paman, Lea takut bunda sedang sedih" lirih Lea

"Baik lah paman kesana sekarang Lea tolong jaga bunda yah sayang" Jimin mengakhiri panggilanya dan bergegas keapartaman Azura.

Jimin berlari menuju unit Azura, hanya butuh waktu 5 menit untuknya tiba ditempat Azura, "Bunda mana Lea" tanya Jimin

"Bunda sedang di balkon paman"

"Ya sudah Lea main di kamar, paman mochi lihat bunda dahulu ya, pokoknya lea jangan keluar kamar oke" Lea mengangguk patuh atas permintaan Jimin.

Jimin menghampiri Azura yang tengan duduk di balkon dengan beberapa soju di depanya "Ra kenapa kau minum lagi"

Jimin menghampiri Azura yang tengan duduk di balkon dengan beberapa soju di depanya "Ra kenapa kau minum lagi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azura menoleh ke arah suara, "Bang Jimin, sedang apa kau disini"

"Itu tidak penting Ra, kau kenapa Azura, apa ini karena Suga lagi"

"Bang dia meragukan Lea sebagai anakmu bukan anaknya" ucap Azura Lirih,

Jimin yang nendengar itu merasa marah, dalam hatinya ia bersumpah akan menghajar Suga tanpa ampun.

Jimin duduk di samping Azura, "Jika kau ingin menangis menangislah sekarang Ra" ucap Jimin sambil menarik kepala Azura ke dadanya agar bisa menangis dengan puas.

"Abang Zura benci Suga, kenapa dia terus menyakitiku, dan kenapa ucapannya lebih menyakitkan dari pada hinaan yang bundanya lontarkan pada ku" ucal Azura di antara  isak tangisnya.

"Aku benci dia" lirihnya.

Jimin hanya diam, ia membiarkan Azura meluapkan emosinya sampai Azura puas. Sudah sekitar 1 jam mereka duduk dibalkon, kini Azura sudah sedikit tenang.

"Ra kau istirahat saja, biar abang yang mengurus Lea"  Jimin menawarkan diri untuk membantu Azura

"Gak usah bang, Azura sudah cukup merepotkan abang," tolak Azura yang merasa gak enak

"Abang tak menerima penolakan Ra, jadi kau harus nurut, ayo sekarang pergilah ke kamarmu, istirahat, biar bang Jimin yang buatkan makan siang untukmu dan juga Lea"

'Kenapa aku tak bisa mencintai bang Jimin aja, dia peria yang baik, dia pria yang sangat lembut, andai saja Lea anak bang jimin itu akan lebih baik dari pada keaadan seperti sekarang'  gumam Azura dalam hatinya.

Jimin membantu Azura bangun dan mengantarnya ke kamar Azura "istirahatlah, nanti jika makan siang sudah selesai aku antar ke kamarmu, kau jangan menunjukan kesedihanmu di depan Lea, Abang tau kau wanita yang hebat" ucap jimin di iringi senyuman yang manis.

Azura ElainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang