1

235 16 3
                                    

Dulu aku tak percaya kata, "laki-laki hanya jatuh cinta sekali, setelahnya hanya sekedar menjalankan hidupnya".

Tapi sekarang, setelah merasakan langsung, berhadapan langsung dengan keadaan itu, aku menyesal pada waktu yang telah aku buang. Semua terasa percuma.































Bagasi mobil berwarna hitam itu tertutup. Menyadarkan wanita berusia 24 tahun yang tengah menatap untuk yang terakhir kalinya. Sebuah bangunan besar yang 2 tahun terakhir ia anggap sebagai "rumah".

Harapan memang tak seindah dongeng dan karangan novel cinta. Apa lagi hanya sekedar Upik abu yang sejak awal seharusnya sadar akan sesuatu yang seharusnya tak ia impikan.

Tangis suara anak laki-laki dari dalam rumah besar itu menggema, membuat dadanya terasa sesak luar biasa. Namun apalah daya, dia sendiri harus bisa egois untuk kebahagiaannya juga.

Sudah cukup selama ini dirinya berjuang, lebih lama dari dirinya memasuki rumah besar itu namun hasilnya tak sesuai harapan. Yang ada hanya menghabiskan waktu dan menguras perasaan saja.

"Mama...."

Jeritan anak itu kembali terdengar membuatnya memejamkan mata dengan tangan terkepal erat. Ingin rasa menjadi tuli sesaat, namun suatu saat pasti suara itu akan dirindukan dan menghantuinya juga.

Tepukan pelan di bahu membuatnya membuka mata dan kembali pada kesadaran. Melihat seorang yang tersenyum tipis dengan anggukkan pelan seakan meyakinkannya lagi pada pilihannya. Tak mau ada rasa sesak diakhir pada diri sang gadis. Namun meski perbandingannya tipis, ia memilih lebih dulu masuk kedalam mobil membuat yang tertinggal menghela nafas pelan. Menyusul ke bagian kemudi untuk membawa mesin beroda itu keluar dari sana.

Sangkar emas yang menahan salah satu bagian dari cerita hidupnya. Meskipun ini baru pertama kalinya keluh itu terdengar, namun sesuai janjinya dulu bahwa ia akan datang dan membawanya pergi.

Gerbang besar berwarna coklat dengan corak emas itu terbuka, bersamaan dengan tatap para penjaga rumah yang nampak kehilangan namun tak mau ditatap langsung oleh yang akan dirindukan.

Sekali lagi, dari belakang kemudi ia melirik dan mengusap pelan kepala gadis yang setia tertunduk itu. Membiarkannya meluapkan tangis tanpa suara. Emosi tanpa pelampiasan.

Tak mau memberi kata apapun yang mungkin hanya akan memperburuk suasana, ia hanya berusaha menjadi penghangat hati yang tengah diliputi badai kehancuran.

"Kak..."

"It's okey... You're not alone. I'm here with you..."

















.
.
.


















Wel..........wel........wel.... Welcome back to author gabut story. Opening pendek ye😂
Maafkan author cuti lama karena puasa sambil menulis itu susah, shay. Lagi mikir malah dijawab suara perut.

Semoga para readers tak bosan, tak jenuh tak memendam kekesalan pada author ya. Btw, kapal JaeLi balik yes. Tapi gak janji jadi pelabuhan terakhir 🤣

Cuma ada kapal baru yang keknya author belum pernah sebut deh.

Auk ah lupa, intinya seinget author belum pernah lah.

So, staytoon kalau tertarik ya!









.
.
.








JERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang