12

54 11 0
                                    

Tahun berganti tahun. Kini Junghwan bahkan sudah berusia 3 tahun. Anak itu nampak makin aktif dan tampan. Dan yang paling jelas adalah semakin mencintai mamanya. Bahkan Junghwan tak lagi mau tidur sendiri dan memilih tidur di kamar Lia sejak gadis itu memutuskan tak melanjutkan S2 nya supaya bisa lebih fokus pada Junghwan.

Tentu hal itu membuat kontroversi baru terutama dari Taeyong dan Jungkook yang tak setuju dengan keputusan Lia. Tapi sekali lagi, saat ia melihat senyum Jaehyun mendengar niat tulusnya menjaga Junghwan membuat gadis itu tak ambil pusing lagi.

Tapi apa semuanya membaik?

Ya...cukup baik. Tapi tak sebaik dulu. Lia merasa semakin lama dirinya semakin hampa. Ada sesuatu yang kosong, namun ia tak bisa mengatakannya.

Hubungannya dengan Jaehyun pun masih berjalan baik. Meskipun memang sejak hari itu Jaehyun lebih berani marah jika Lia lengah menjaga Junghwan. Tapi untungnya tak menunggu hari berganti, Jaehyun akan selalu meminta maaf setelahnya. Wajar kalau kata yang lain. Yang tak wajar itu malah dirinya.

Dia makin merasa ada yang salah padahal semua berjalan seperti biasa. Bukan hanya masalah kekosongannya, tapi juga masalah yang lain.

Yang paling membuatnya makin goyah adalah hari ini. Saat dirinya menginap di rumah orang tua Jaehyun karena akan ada perayaan hari jadi pernikahan calon mertuanya itu.

Bukan karena Yoona ataupun Siwon. Bahkan keduanya membuat Lia makin merasa tak kekurangan dan menginginkan apapun lagi di dunia ini saking baik dan perhatiannya mereka pada Lia.

Tapi hari ini, saat dirinya tengah berada di bagian perpustakaan rumah keluarga Jung itu.

Ia sebenarnya berencana meminjam buku untuk dibaca malam nanti jika ia tak bisa tidur. Tapi sesuatu yang mengejutkan dan mind blowing membuatnya terpaku pada sebuah rak berisi banyak jejeran foto lama.

Ya, foto lama Jaehyun tentu ada disana juga. Anehnya, bagaimana bisa foto masa kecil Jaehyun bisa sangat mirip dengan Junghwan?

Lia ingin menampik, tapi sebagai lulusan hukum ia tentu merasa kemungkinan itu terlalu kebetulan. Kebetulan Jaehyun 'mendadak' jatuh cinta padanya(?), kebetulan Jaehyun ingin mengadopsi anak, kebetulan Jaehyun dengan cepat memilih Junghwan, kebetulan Jaehyun dan Junghwan yang bisa bonding dengan baik bahkan mirip sekali saat usia mereka sama.

"Mama... Junghwan...itu..." Ucap si kecil yang membuat Lia merasakan sesak secara tiba-tiba. Sungguh, ia merasa seperti de Javu dengan perasaan itu. Perasaan yang hancur, sama seperti ketika ia tahu Jaehyun memilih Wendy kekasih kakaknya dan saat dirinya kehilangan sang kakak.

"Mama..."

Junghwan menoleh menatap wajah mamanya yang bahkan anak kecilpun bisa melihat ada yang tak beres dengan ekspresinya.

"I-iya sayang..." Ucap Lia sembari mengangkat Junghwan dalam gendongan meski tubuhnya gemetar. Memeluk putranya erat namun tetap nyaman untuk yang lebih muda. Junghwan pun yang memang senang menempel pada sang mama langsung mengalungkan tangannya di leher Lia membuat Lia meneteskan air mata, menatap lagi deretan foto lama di ruangan itu.

"Sekali lagi. Satu kali lagi. Dan untuk yang terakhir kalinya..."































"Ayah..."

"Iya, sayang?"

Suho langsung menoleh pada putrinya yang tak berpaling menatap Junghwan dan Jaehyun tengah bermain bersama. Sepasang ayah dan anak yang tengah bercanda secara dekat itu membuat perasaan Lia makin tak karuan.

"Jika seandainya aku bukan putri ayah, apa yang akan ayah lakukan?"

Suho mengerutkan alisnya dan menoleh pada Junghwan. Ia berpikir, apa putrinya itu kini menyesali mengadopsi seorang anak? Tapi dari perlakuannya pada Junghwan, sepertinya tidak.

Pria paruh baya itupun berdehem sebentar, berusaha memposisikan dirinya sesuai dengan apa yang Lia bayangkan. Setidaknya ia harus bisa memberi jawaban yang tepat dan jujur untuk sang putri.

"Ayah akan tetap menganggap mu putri ayah. Tapi kamu pun berhak tahu siapa orang tua kandungmu..."

"Ayah tak akan merasa kecewa dengan hal itu?"

"Bohong jika ayah tak kecewa. Tapi bagaimana lagi. Pernikahan telah terjadi dan kamu adalah anak dari orang yang ayah cintai. Mencintai seseorang artinya kamu juga harus menerima segala tentangnya..."

"Termasuk ketidak jujuran itu?"

"Ya. Karena sumpah pernikahan itu sangat sakral hukumnya di depan Tuhan. Menerima kekurangan dan kelebihan pasangan salah satu di dalamnya. Itu sebabnya di banyak Alkitab menyatakan kalau perceraian itu bukanlah hal yang baik..."

"Bagaimana jika belum menikah?"

Alis Suho berkerut bingung. Maksudnya, menikahi seorang duda atau seseorang yang sudah punya anak? Apa Lia ingin mengakhiri hubungannya dengan Jaehyun dan merawat Junghwan sendiri?

"Dengar sayang. Ayah hanya bisa memberi saran untukmu. Jika menurutmu baik, bisa kamu simpan, jika menurutmu tak baik, boleh kamu abaikan..."

Lia menoleh hingga baru sadar ayahnya sudah ada di posisi condong menghadapnya.

"Kalau kamu ragu, maka selesaikan semua baik-baik sebelum berpisah. Ayah tak masalah jika nanti kita akan merawat Junghwan. Ayah yakin kamu sudah menyayanginya seperti anakmu sendiri,kan?"

Lia menoleh pada tangannya yang di genggam oleh Suho. Senyumnya sedikit terukir melihat wajah sang ayah yang tersenyum ke arahnya.

"Ayah sangat mirip dengan kak Kun. Kenapa kalian harus mirip?" Tanya Lia terkekeh pelan namun mulai meneteskan air matanya. Melihat itu, Suho ikut tertawa meski hatinya juga terasa pedih. Ia menghapus air mata putrinya dengan lengan kemejanya mengingat ia tak membawa sapu tangan sama sekali sambil berkata...

"Aku ayahnya. Tentu saja ia akan mirip denganku. Sejak kecil bahkan nenekmu berkata demikian. Kalau, anak pertama adalah duplikat ayahnya..."










.
.
.




















JERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang