Dengan nafas terengah, langkah cepat Lia terhenti saat melihat figur yang dicarinya sejak siang. Figur seorang anak SMP yang tengah duduk menunduk di bawah guyuran hujan masih lengkap dengan seragam dan tas sekolahnya.
Sedikit ia bisa bernafas lega karena nyatanya sejak siang tadi pihak sekolah mengabari kalau putra Jung itu hilang dari kelasnya membuat Jaehyun panik dan menanyakannya pada Lia.
"Sayang..."
Anak laki-laki berusia 14 tahun itu menoleh pelan. Melihat wanita yang selama ini ia panggil dengan sebutan mama tengah tersenyum teduh padanya. Sedikit sesal terasa karena pasti ia merepotkan mamanya lagi saat ini.
"Ma..."
Masih dengan senyumnya, Lia mendekat lalu berdiri di depan putranya itu yang langsung memeluknya erat dan mendustakan wajahnya pada perut sang mama.
Suara isakan pelan Lia dengar dari Junghwan membuatnya tersenyum dan mengusap pelan kepala putranya itu.
"Everything's okey?" Tanya Lia yang dijawab gelengan oleh Junghwan.
"Maaf aku pasti bikin mama repot..." Cicitnya yang membuat Lia terkekeh pelan. Mengabaikan bajunya yang juga mulai ikut basah karena pelukan putranya itu.
"Ingin cerita dirumah?"
Lia terdiam sebentar setelah mendengar cerita Junghwan. Sedikit merasa marah tentunya. Bagaimana tak marah? Putranya sampai kabur dari sekolah karena terus diledek pasal ibu kandungnya.
Bukan hal baru lagi. Nyatanya keluarga Jung kini sudah tahu asal usul Junghwan namun mereka menolak mengakuinya karena menganggap Junghwan adalah aib. Anak keturunan keluarga Jung yang lahir diluar pernikahan tentu menjadi berita panas jika diketahui media.
Tekanan dari keluarga sudah cukup berat untuk anak seusianya. Ditambah lagi sekarang teman-teman sekolahnya yang mengatainya anak buangan yang tak diinginkan orang tuanya membuat Junghwan kehabisan kesabaran dan memilih meninggalkan kelas.
"Ma.."
Lia yang mendengar suara Junghwan sedikit tersentak dan kembali sadar dari pikirannya. Melihat putranya itu menatapnya dengan tatapan yang menyayat hati seorang ibu sepertinya.
"Iya sayang?" Tanya Lia lembut sembari mengusap kepala Junghwan.
"Siapa mama dan papaku,ma?" Tanyanya polos yang membuat Lia kembali merasa sesak.
"Mama adalah mamamu, Junghwan. Dan selamanya akan begitu..."
"Tapi mereka bilang aku anak dari panti asuhan yang—"
"Sssttt... Mereka hanya iri. Iri karena kamu lebih dari mereka. Kamu lebih pintar, lebih berani, lebih tampan dari mereka. Kamu tak kekurangan apapun, itu sebabnya mereka melakukan itu untuk membuatmu jatuh..." Jelas Lia sambil mengusap pipi putranya itu.
"Tapi ma... Kenapa mama sama papa gak tinggal serumah? Kenapa mama tinggalnya sama papa Jungkook? Kata mereka mama lebih sayang Juna dan Jay daripada aku."
"Kata siapa?"
Keduanya menoleh ke arah pintu dimana nampak Jungkook datang sambil membawa susu hangat. Tersenyum ke arah keduanya dan berjalan lalu duduk di sebelah Junghwan.
"Mamamu juga sayang denganmu. Seperti yang mamamu katakan tadi. Mereka hanya iri. Iri karena kamu punya dua papa sekaligus dan dua adik yang menurutimu. Mereka tak punya keluarga sebaik keluargamu. Karena itu mereka iri dan mengatakan hal yang membuatmu sedih. Mereka tak suka melihatmu bahagia..." Ucap Jungkook yang membuat Junghwan terdiam berpikir sejenak.
"Itu jahat..."
Lia terkekeh pelan mendengarnya lalu memberikan susu di tangan Jungkook pada Junghwan.
"Dengar, sayang. Dunia ini tak semua tentang apa yang ingin kamu dapatkan. Ada banyak hal yang akan menjadi batu sandungan nantinya. Termasuk masalah yang seperti ini..." Ucap Lia sambil memperhatikan Junghwan meminum susu hangatnya.
"Tapi semua masalah yang ada, bisa menjadi latihan untukmu supaya menjadi lebih kuat dan cerdas..." Tambah Jungkook mengambil alih gelas susu yang sudah tandas oleh Junghwan.
"Terimakasih, pa..."
"Sama-sama, Jung..." Jawab Jungkook sambil ber tos ala mereka.
"Kak Jung...!!!"
Ketiganya menoleh pada dua anak yang baru masuk dan langsung lompat naik ke ranjang.
"Kak Junghwan disini? Menginap?" Tanya Jay semangat.
"Bukannya besok hari kamis? Belum hari libur?" Tanya Juna heran karena biasanya kakaknya itu hanya akan menginap di libur sekolah.
"Kakak kalian sedang lelah saja. Kalian temani disini,bisa?"
"Tentu! Ayo kak! Papa kemarin beli puzzle 1000 keping. Kita selesaikan secepatnya!" Ajak Juna semangat yang tentu saja membuat Junghwan langsung lupa akan masalahnya. Maklum saja. Ketiga anak itu hobinya sama semua. Bermain permainan yang mengasah otak.
Lia dan Jungkook pun memilih keluar dari kamar itu sambil membawa tas Junghwan karena ada buku yang harus Lia keringkan. Semoga saja tak ada buku catatannya yang rusak.
"Kakak sudah beri tahu kak Jaehyun kalau Junghwan disini?" Tanya Lia sambil mengeringkan buku Junghwan dengan hair dryer nya.
"Sudah. Jaehyun bilang dia akan datang kesini nanti..." Jawab Jungkook yang juga membantu Lia dengan menggunakan lap kering.
Lia terdiam sejenak, mengingat kembali bagaimana cerita Junghwan. Dalam hati dia merasa kasihan karena tak tahu sampai kapan putranya itu akan mendapatkan perlakuan buruk dari semua orang.
"Hey... Everything will gonna be okey. Don't worry..." Bisik Jungkook yang ternyata sudah berada di belakang istrinya itu. Memeluknya erat dan mencium pipi Lia.
"Kasihan Junghwan, kak. Aku takut, bagaimana jika masalah ini terbongkar ke media? Sedangkan keluarga Jung tak ada yang mau membelanya..."
"Maka kita yang akan membelanya. Kita juga keluarganya,kan? Aku juga papanya. Maka aku akan memastikan orang-orang yang mengatakan hal buruk tentangnya tak akan bisa bicara lagi..."
"Kak..."
Jungkook tertawa pelan mendengar rengekan kesal Lia karena ucapannya yang terdengar bercanda semata.
"Iya sayang. Percaya padaku. Memang hanya pemerintah saja yang bisa menutup media? Kalau kata kak Seokjin, kita punya uang, kita punya kuasa. Jaehyun juga uangnya pasti sudah berjubun,kan?" Ucap Jungkook lagi diselingi tawanya yang membuat Lia menghela nafas sabar dengan tingkah suaminya itu. Ia tahu, Jungkook hanya sedang berusaha menghiburnya meskipun memang cukup memperbaiki moodnya.
"Kak..."
"Hhmmmm??"
Lia meletakkan hair dryer di meja lalu berbalik badan dan mengalungkan tangannya di leher suaminya itu. Jungkook pun tersenyum dan melingkarkan tangannya juga di pinggang istrinya.
"Terimakasih sudah menerima Junghwan juga. Itu sangat berarti besar untukku..." Ucap Lia tulus yang membuat Jungkook gemas dan menggesekkan hidung mereka.
"Kata pepatah, jodoh adalah cerminan dirimu sendiri. Kamu saja yang bukan ibu kandungnya bisa menerimanya, jadi jodohmu ini pasti juga sama..."
Lia tersenyum lalu mengecup pipi Jungkook sekilas.
"Kurang... Disini..." Ucap Jungkook sambil menunjuk bibirnya yang membuat Lia terkekeh pelan dan mencium lagi suaminya itu di bagian bibirnya.
"Terimakasih sudah menjadi suamiku dan ayah dari anak-anakku..."
"Terimakasih juga sudah menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERA
Fanfictiondalam kisah ini hanya akulah yang berjuang, sedangkan kamu, memikirkannya saja sepertinya tidak. selamanya kebahagiaan sementara ku ini akan diingat sebagai rasa kasihan darimu semata