11

59 10 0
                                    

"bukankah aku memintamu untuk menjaganya dengan baik, Lia? Bagaimana bisa dia sampai seperti itu?!" Tanya Jaehyun marah setelah mendengar cerita Lia hingga gadis itu tertunduk merasa bersalah.

"Maaf kak..."

"Aku sudah pernah mengatakan padamu, jika tak mendesak, tak perlu menitipkan Junghwan pada yang lain. Lagi pula kamu hanya duduk dengan Taeyong. Kenapa sampai menitipkan Junghwan pada baby sitter segala?"

Lia yang mendengar itu makin merasa bersalah. Ya, seharusnya memang ia tak menitipkan Junghwan tadi dan mengalah untuk anak mereka.

"Maafkan aku,kak. Tadi Junghwan merengek tak mau duduk dan ingin berjalan terus. Jadi aku—"

"Tetap duduk dengan Taeyong dan mengabaikan Junghwan?! Lia...kamu itu seorang ibu. Suatu saat kamu akan memiliki anakmu sendiri. Jika mengurus Junghwan saja kamu tidak bisa, bagaimana mengurus bayi yang lebih kecil lagi?!" Cerca Jaehyun yang membuat Lia menunduk terus hingga air matanya tanpa sadar menetes.

"M-maaf kak..."

"Haaahh...!!"

Jaehyun menghela nafas dan mengusak rambutnya.

"Jadikan ini pelajaran. Lain kali jangan abaikan Junghwan lagi. Kau tahu, kita tak bisa mempercayai siapapun seratus persen..."

Lia mengangguk pelan menjawabnya.

"A-aku permisi dulu kak..."

Tanpa menunggu jawaban, Lia langsung berjalan keluar kamar Jaehyun. Bukan menuju kamarnya, Lia memilih berjalan keluar rumah. Untuk saat seperti ini, dia cukup sesak jika harus berdiam menangis di kamar. Jadi ia memilih berjalan-jalan sebentar malam ini meski para penjaga khawatir dengannya.


























Lia memilih duduk di sisi taman kompleks perumahan itu untuk merenung. Mengingat kesalahannya karena tak bisa menjaga Junghwan dan merenungkan ucapan Jaehyun.

"Memiliki anakku sendiri. Entah kenapa aku tak yakin akan hal itu..." Lirihnya.

"Aku merasa, hal itu tak akan terjadi antara kita,kak. Kamu...bahkan tak pernah menunjukkan itu..."

Lia merapikan rambutnya yang terurai dan mengikatnya asal.

Kalian pernah gagal melakukan sesuatu saat sedang tak tenang? Padahal itu merupakan pekerjaan yang mudah.

Ya, begitulah Lia sekarang. Ia bahkan tak selesai-selesai mengikat rambutnya yang malah membuatnya makin kusut.

"Sial!"

"Jangan lakukan itu pada rambutmu..."

Lia menoleh dan sesuai dengan tebakannya, itu adalah Jungkook. Pemuda yang saat ini mengenakan Hoodie hitam dan celana training putih itu menggeleng heran lalu mengambil alih mengikatkan rambutnya.

Aneh memang. Meskipun Lia tahu Jungkook memang tinggal di perumahan yang sama. Tapi apa yang pemuda itu lakukan malam hari seperti ini? Merampok rumah kosong?

"Rambutmu bisa rontok jika kamu sentak-sentak seperti tadi..."

Pemuda itupun duduk disebelah Lia setelah mengikat rambut panjang itu dengan cukup rapi.

"Ada apa? Sepertinya kamu sedang kesal..." Tanya Jungkook yang dijawab anggukkan pelan oleh Lia.

"Aku kesal pada diriku sendiri. Kak Jungkook...?"

"Hhmmm...??"

"Apa menurut kakak...aku layak menjadi seorang ibu?" Tanya Lia sambil memainkan jarinya membuat Jungkook mengerutkan alis bingung.

"Tentu saja. Kamu menjaga Junghwan dengan baik..."

Mendengar itu Lia langsung memanyunkan bibirnya.

"Menjaga yang sebesar Junghwan saja aku masih kecolongan. Bagaimana jika aku melahirkan bayi sendiri?" Gerutunya yang membuat Jungkook tertawa pelan.

"Jauh sekali pikiranmu. Sudah proses membuat anak dengan Jaehyun,hah?" Tanya Jungkook yang mendapat balasan pukulan keras pada betisnya dari Lia. Sakit tidak, perih iya. Panas perih gimana gitu.

"Sakit Li...!"

"Makanya otaknya dijaga kebersihannya. Menikah saja belum..."

"Tapi kan sudah serumah. Sudah jadi orang tua, pula..." Goda Jungkook lagi yang hampir saja mendapat pukulan kedua jika saja ia tak segera menjauh duduknya dari Lia.

"Aku serius kak..."

"Aku juga serius. Lagi pula ya kata mamaku yang sebagai seorang wanita berpengalaman tentunya, meskipun belum pernah mengurus anak, insting sebagai seorang ibu akan hadir begitu saja bahkan sejak baru mengandung anaknya..."

"Benarkah?"

"Tentu..."

"Semua wanita?"

"Mungkin? Tapi pasti ada beberapa persennya yang tidak. Dilihat dari banyak anak yang ditelantarkan orang tuanya..."

"Seperti aku yang ditelantarkan ibuku,ya?"

Jungkook terdiam seketika. Lia terlalu normal baginya sebagai anak sampai ia lupa kalau gadis itu besar tanpa ibunya. Dilihatnya Lia yang tersenyum seakan ucapannya sendiri merupakan candaan. Maklum saja, bukan hal baru jika ada yang meledeknya mengenai ibunya sendiri.

"Li..."

"Iya?"

"You know? Your smile is first thing that make people fall for you..."













.
.
.














JERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang