"kak?"
Jaehyun yang baru saja mengakhiri panggilan dengan teman kantornya langsung menoleh dan tersenyum melihat Lia yang datang dengan teh hangat seperti biasanya. Dulu sebenarnya sebelum ada Lia, Jaehyun lebih sering meminum kopi malam, namun Lia melarangnya lagi dan menggantinya dengan teh chamomile yang katanya baik untuk merelaksasi tubuh dan pikiran.
Jaehyun tak menolak karena memang dia tahu Lia pasti selalu memilihkan yang terbaik untuknya. Buktinya gadis yang sudah selama 6 bulan menjadi tunangannya itu mengurusnya dan Junghwan dengan sangat baik.
Ia menerima teh yang Lia berikan lalu meminumnya sementara Lia mulai menutup gorden kamar Jaehyun dan mempersiapkan tempat tidurnya. Mereka tak sekamar. Jangan tanya bagaimana. Iman mereka kuat kalau kata Johnny saat mendengar selama ini mereka tak pernah melakukan hal yang aneh-aneh.
Jaehyun memperhatikan itu semua. Semua yang Lia lakukan untuknya dan tersenyum bangga pada pilihannya itu.
"Junghwan sudah tidur?"
Lia mengangguk pelan sambil mengambil jas yang lupa Jaehyun letakkan pada keranjang cucian.
"Sudah lewat jam 9. Dia juga tidur awal hari ini..."
"Sepertinya dia bersenang-senang tadi..."
"Hhmmm...kakak tahu sendiri dia selalu begitu jika dengan kak Jungkook. Energi mereka sepadan..." Jawab Lia lalu menerima kembali gelas teh yang telah tandas diminum Jaehyun.
"Istirahatlah. Kamu pasti lelah hari ini..." Ucap Jaehyun sambil mengusap kepala Lia.
"Hhmmm... Kakak juga. Jangan bermain ponsel,tau!"
Keduanya terkekeh pelan lalu Jaehyun mendekatkan wajahnya ke arah Lia dan mengecup keningnya seperti biasa.
"Selamat malam..."
"Hhmmm...selamat malam..."
"Kak. Baju yang ini sudah pudar warnanya. Aku buang ya?" Tanya Lia sambil menunjukkan baju yang paling sering Jaehyun gunakan itu. Katanya nyaman dan ia juga tipe orang yang jika terlanjur suka satu hal maka akan terus mengenakannya.
"Tak apa. Masih bisa digunakan. Kalau sudah rusak baru buang..." Ucap Jaehyun sembari mengecek keadaan kaos yang Lia bawa.
"Tapi kak..."
"Aku suka bahannya, Lia. Nyaman. Kadang yang lebih nyaman itu lebih baik dari yang mahal,kan?" Ucap Jaehyun yang diangguki oleh Lia. Ia menatap tunangannya itu kagum. Meski Jaehyun akan menjadi penerus usaha kakeknya, besar dengan materi yang berlimpah, namun hal-hal sederhana seperti itu ada padanya.
"Kenapa?" Tanya Jaehyun saat menyadari Lia terus menatapnya.
"Tak ada. Hanya saja sepertinya aku makin jatuh cinta..." Ucap Lia dengan nada bercanda membuat Jaehyun tertawa pelan dan mengusap kepalanya.
"Aku beruntung kalau begitu. Mau makan malam diluar hari ini? Sudah sangat lama kita tak makan diluar..." Ajak Jaehyun yang membuat mata Lia berbinar cerah. Sungguh, sangat jarang, bahkan masih bisa dihitung jari seberapa sering mereka jalan bersama. Tapi Lia sadar itu semua karena kerjaan Jaehyun yang sangat banyak dan jadwal kuliahnya juga lumayan.
"Mau!!" Serunya semangat yang kembali membuat Jaehyun tertawa gemas.
"Nanti,ya. Sekarang kita makan siang dulu. Junghwan pasti sudah menunggu di meja makan. Ayo..." Ajak Jaehyun yang diangguki oleh Lia.
Terlihat indah,kan? Percayalah, banyak wanita yang iri dengan Lia. Apalagi memang sejak dulu kan kapal mereka banyak yang iri. Nampak dari wajah Lia yang selalu bahagia, siapapun akan siap menggantikan posisinya jika Lia mundur.
Tapi, dibalik indahnya sebuah lukisan, pasti akan ada muncul keretakan cat secara perlahan yang tak disadari oleh semua orang.
Ya... Dibalik kebahagiaan Lia, ada satu orang yang jujur saja membuatnya tak tahu lagi harus bagaimana.
Dia adalah Lee Taeyong. Lia pernah bilang pemuda itu pernah datang,kan? Tapi mengetahui hubungan Lia dan Jaehyun nampaknya Taeyong tak begitu senang. Entah apa penyebabnya, Taeyong sering meminta Lia berpisah dengan Jaehyun seperti saat ini. Saat mereka tak sengaja bertemu di mall untuk membeli keperluan Junghwan.
"Cukup Lia..."
"Kalau begitu beri tahu aku alasannya,kak. Kalau kakak tetap diam, dari mana aku bisa punya kepercayaan pada ucapan kak Taeyong?" Tanya Lia hampir frustasi.
"Aku tak bisa mengatakannya sekarang. Tapi aku ingin kamu mengakhiri hubunganmu dengan Jaehyun dan buang jauh-jauh perasaanmu untuknya sebelum terlambat..."
Mendengar itu Lia menghela nafas panjang dan mengusak pelan rambutnya. Sungguh, ia bingung dengan maksud Taeyong. Bukankah dia seharusnya ikut bahagia melihat dirinya yang bahagia sekarang? Dia sendiri yang mengatakan kalau dia sama seperti Kun, sama-sama kakaknya. Tapi kenapa Taeyong seakan ingin merusak kebahagiaannya?
"Kak—"
"Nona Lia!"
Sontak keduanya serta beberapa orang di cafe itu menoleh pada sang baby sitter yang nampak panik menggendong Junghwan. Balita itupun nampak menangis kencang membuat Lia dan Taeyong panik menghampirinya.
"Ada apa, bi?! Kenapa Junghwan menangis? Kemari sayang..."
Lia mengambil alih Junghwan dari tangan baby sitter nya dan berusaha menenangkannya. Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada seorang wanita yang membawa putranya di sebelahnya, nampak menatap penuh rasa bersalah.
"Ada apa, bi? Katakan?" Tanya Taeyong sekarang sambil mengusap kepala Junghwan.
"Maafkan kelalaian saya, nona. Tadi saat saya tengah menunjukkan kolam ikan pada tuan Junghwan, saya tak sadar kaki tuan Junghwan tadi dijepit mainan oleh adik ini..." Ucap sang suster sambil menunjuk pada anak kecil yang memegang mainan penjepit.
Lia pun panik dan memeriksa kaki Junghwan yang kulitnya memerah. Bisa dipastikan jepitan anak itu pada kaki anaknya memang cukup keras.
"Astaga... Apa ini..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERA
Fanfictiondalam kisah ini hanya akulah yang berjuang, sedangkan kamu, memikirkannya saja sepertinya tidak. selamanya kebahagiaan sementara ku ini akan diingat sebagai rasa kasihan darimu semata