8

59 10 0
                                    

years later...










Lia sama sekali tak tahu kenapa semuanya bisa terjadi. Baru rasanya sebulan yang lalu ia bertemu lagi dengan Jaehyun dan hari ini mendadak pemuda yang genap berusia 24 tahun itu membawa keluarganya untuk mengajaknya bertunangan.

Terlalu cepat? Tentu. Meskipun sekali lagi ia ingatkan, ia tak lagi menyimpan kemarahan apapun dari masa lalu pemuda itu dengan sang kakak. Tapi bukankah aneh? Dalam jangka waktu sebulan, bahkan mereka tak pernah berbicara intens apapun sebelumnya.

Suho yang merasa kaget juga dengan permintaan dadakan itu sepertinya juga sama bingungnya.

"Kamu yakin Jaehyun?"

Pemuda itu nampak mengangguk yakin dengan senyumnya. Keluarga yang menemani Jaehyun pun nampak sangat bahagia dengan hal ini.

"Saya sangat yakin, paman. Rasanya, tak ada yang lebih baik daripada Lia untuk mendampingi saya..." Jawabnya sambil menoleh ke arah Lia yang nampak menatapnya kaget.

"Begini... Ini semua kan baru pertunangan. Jaehyun pun sudah menceritakan semuanya. Jika menurut kalian ini terlalu cepat, kalian bisa gunakan masa pertunangan ini untuk mengenal lebih baik lagi..."

"Benar... Kami juga sempat bertanya pada Jaehyun mengenai keseriusannya mengingat mereka kan bisa menggunakan waktu untuk berpacaran dulu. Tapi Jaehyun menolak karena merasa pacaran itu tak kuat ikatannya..." Ucap Siwon yang membuat Suho menoleh pada putrinya. Lia, gadis itu jelas diambang kebimbangan sekarang. Dia tentu masih menaruh perasaan pada Jaehyun. Apalagi saat pertama kali mereka bertemu setelah 4 tahun dia dan ayahnya pindah. Tapi ia sendiri tak yakin se mendadak ini semuanya harus terjadi.

"Bagaimana,sayang?" Tanya Suho yang membuat Lia sadar dari pikirannya lalu menoleh pada ayahnya.

Nampak ragu, tapi Lia pun merasa dirinya akan tak enak hati jika sudah keluarga seperti ini yang datang.

"Aku... Terserah ayah saja..." Jawabnya pelan. Ia hanya tak ingin keputusannya nanti akan ia sesali. Setidaknya jika keputusan itu juga ada campur tangan ayahnya, dia akan merasa lebih tenang karena saat seperti ini tak ada lagi waktu berdiskusi dengan siapapun.

Suho nampak mengangguk pelan lalu menarik nafasnya. Dalam hati ia menyebut nama sang putra, Kun, sebelum mengambil keputusannya.

"Baiklah. Memang benar apa yang tuan Siwon katakan. Ini semua akan menjadi ikatan awal dulu yang bisa dirubah kemudian hari jika ada yang kurang berkenan nanti. Jadi saya menyetujui pertunangan Jaehyun dengan putri saya, Lia..."

"Syukurlah..."

Lia nampak memasang senyum standar nya berusaha terlihat sebaik mungkin meskipun dalam hatinya ia masih bingung. Memang ada debaran kebahagiaan sekarang, tapi sekali lagi, rasa ragupun masih juga ada.

Apa Jaehyun benar-benar menyukainya? Atau ini hanya bagian dari rasa bersalahnya saja atas apa yang dulu pernah terjadi?

Tanpa sengaja, matanya kembali bertemu tatap dengan Jaehyun yang nampak tersenyum bahagia ke arahnya dan mau tak mau ia juga membalasnya. Senyumnya masih sama, masih mendebarkan untuknya. Tak ada yang berubah, ia sadari itu. Perasaannya masih sama besar seperti dulu.

Hingga Yoona, mama dari pemuda itu memberikan kotak berisi cincin sebagai tanda pertunangan mereka. Menyematkan satu sama lain benda dengan mata berlian itu yang semua di rekam oleh salah seorang kerabat Jaehyun.

Di akhir, pemuda itu mencium punggung tangan Lia setelah menyematkan cincinnya dan menggenggam lembut tangan Lia. Menatap mata gadis yang tentu siapa saja akan luluh diperlakukan demikian.

"Semuanya akan baik-baik saja mulai hari ini..."






































Jungkook menyemburkan kopinya yang untung saja tak mengarah pada Lia setelah mendengar cerita temannya itu.

"Kau gila?!"

"Kau yang gila! Malu dilihat orang, kak!" Keluh Lia sembari membungkuk pelan meminta maaf pada pelanggan cafe yang lain dan mengelap ceceran kopi di meja.

"Tapi itu terlalu cepat. Aneh... Dan cepat. Apa kamu tak curiga?" Tanya Jungkook sambil mengelap bibirnya sendiri setelah menerima tisu dari Lia.

"Apanya yang harus aku curigai?"

"Ya semuanya,lah. Astaga...Lia. polos boleh, bodoh jangan. Sejak kapan pula kamu jadi sebodoh ini?" Tanya Jungkook menatap heran Lia yang membuat gadis itu memanyunkan bibirnya sebelum memasukkan sesendok eskrim ke mulutnya.

"Kan hanya tunangan. Kata ayah, kalau nanti tak cocok bisa batal. Lagipula, di jaman sekarang status pacaran itu memang ikatan yang tak bisa dipercaya lagi..." Jawab Lia acuh. Lebih tepatnya ia mempercayai saja ucapan ayahnya karena selama ini juga sang ayah memang sudah lebih dekat dan sering menghabiskan waktu dengannya.

"Bilang saja masih ada rasa. Lalu bagaimana kalau kamu disakiti olehnya nanti?"

Lia menunjukkan cengiran khas nya yang membuat Jungkook sudah paham artinya.

"Kan ada kakak..." Jawabnya tanpa dosa.

"Kan... Yang sibuk aku juga nanti. Heran. Semakin besar bukannya makin dewasa, kamu malah makin terlihat tingkah bocahnya..."

"Mana ada. Itu karena kakak semakin mengenalku lebih baik..."

"Jadi kamu menunjukkan jati dirimu karena itu?"

Lia kembali menunjukkan cengirannya membuat Jungkook harus menghela nafas pasrah akan tingkah gadis itu. Kadang ia berpikir, kenapa juga ia bisa berteman awet dengan bocah aneh seperti Lia? Padahal awalnya dia kesal sekali dengan gadis yang berani mengatainya saat pertandingan basket dulu.

Dan bodohnya bukan hanya saat menyusul Lia ke kampung halamannya setelah mendengar kabar Kun yang meninggal, ia juga mau saja melalui perjalanan jauh dari Seoul ke Busan setiap weekend nya hanya untuk menemani gadis itu. Yaps! 8 jam pulang pergi lebih setiap minggunya ia habiskan di jalan.

Dulu di awal alasannya masih jelas, ingin menemani Lia supaya gadis itu tak merasa kesepian setelah kehilangan Kun. Tapi tanpa sadar itu semua kembali menjadi kebiasaannya meskipun pada akhirnya mereka hanya akan menghabiskan waktu di rumah Lia hingga Suho saja heran dengan mereka.

"Tapi ingat satu hal ini..." Ucap Jungkook mendadak berdehem serius membuat Lia juga ikut menatapnya serius.

"Apa?" Tanyanya dengan menaikkan sebelah alisnya pada Jungkook.

"Aku tahu kamu bukan orang yang mudah menyerah dan putus asa. Tapi sekali saja. Jika sekali saja kamu mengeluhkan tentangnya padaku, maka aku akan membawamu pergi sejauh mungkin. Bahkan jika perlu keluar dari negara ini."

"Itu penculikan namanya!"

"Mana ada! Itu namanya misi penyelamatan. Kamu itu sepertinya sudah terlalu bucin dengan Jaehyun. Itu kenapa sampai sekarang kamu masih menyimpan perasaan untuknya. Jadi satu-satunya cara ya jangan sampai kalian bertemu lagi nanti..." Jawab Jungkook sembari melipat tangannya di depan dada dan menyenderkan punggungnya.

"Hhhmmm... Aku rasa tak separah dulu..."

Mendengar itu Jungkook berdecih dan menggeleng pelan. Lia memang polos. Jatuh cinta saja baru pada Jaehyun selama hidupnya. Jadi Jungkook bisa menebak endingnya.

"Lihat saja nanti. Semakin sering kamu menghabiskan waktu dengannya, maka kamu akan semakin sulit lepas darinya!"









.
.
.












JERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang