3

101 14 1
                                    

"kamu yakin?"

"Kapan dia pernah tak yakin setiap memimpikannya?"

Cerca dua gadis yang mengapit Lia di antara tribun penonton basket itu. Sementara gadis yang baru saja habis bercerita sama sekali nampak tak terusik dengan sindiran salah satu temannya. Lagi pula, dia hanya menceritakan kalau kemarin Jaehyun ikut makan malam di rumahnya dan memuji masakannya. Aa... Jangan lupakan kata "kamu pasti akan menjadi istri idaman kalau masakanmu seenak ini".

Apa bisa hatinya baik-baik saja setelah mendapat pujian seperti itu? Tentu tidak. Apalagi dia kan salah satu bucin rahasia seorang Jung Jaehyun. Ya, salah satunya saja. Dia juga yakin pasti ada banyak gadis yang menyukai pemuda tampan berlesung pipi itu. Lihat saja sekarang, contohnya. Hanya melihat Jaehyun tertawa pelan setelah melempar bola saja teriakan para gadis seakan bisa merobohkan gedung olahraga itu.

Tapi tentu saja Lia tak pernah terusik meskipun kadang sedikit cemburu juga. Hanya sedikit. Kan dia yang terjauh. Bisa memasak untuk Jaehyun pula. Jika semua orang tahu, pasti para bucin Jaehyun yang lain makin iri dengannya.

"Sudah sampai mana?"

Ketiga gadis itu sontak menoleh pada gadis lain yang baru tiba dengan cemilannya. Siapa lagi kalau bukan calon kakak ipar Lia, Son Wendy. Salah satu most favorite senior karena selain cantik, Wendy juga pintar dan memiliki suara merdu. Beruntung sekali Kun mendapatkan Wendy.

"Lama sekali kak..." Ucap Lia sambil mengambil cemilan yang disodorkan oleh Wendy.

"Ya bagaimana lagi. Taeyong menyebalkan sekali. Katanya laporannya tinggal buat penutup saja. Taunya setelah aku periksa, dia bahkan tak ada membuat setengahnya..." Keluh Wendy yang membuat ketiga adik kelasnya itu menertawai nasibnya.

"Tau sendiri dia memang begitu. Apalagi jika harus berhadapan dengan pertandingan basket. Kalau kata dia, pertandingan sama seperti mempertaruhkan nama baik sekolah..." Jawab Lia sambil kembali fokus pada pertandingan. 50 persen. Sisanya fokus pada Jaehyun tentunya. Sampai pada akhirnya...





Ccciittt....!!







Brrruukkkk....!!!







"Kak Kun!!"/"Kun!!"

Kompak keduanya langsung berdiri dan berlari turun ke lapangan. Sorak sorai para penonton yang tak terima akan tindakan lawan mendorong Kun, ditambah lagi para pemain yang terpancing emosi membuat suasana makin kacau.

Kun pun dibopong keluar oleh petugas dan harus digantikan oleh rekannya yang lain karena sepertinya pergelangan kakinya tak baik-baik saja.

"Lemah banget Lo! Gitu doang jatuh!" Teriak si tersangka membuat keributan yang awalnya sedikit mereda kembali memanas.

"Kalau gak bisa main bersih, gausah masuk lapangan Lo! Main curang aja sok keras!" Teriak Lia kencang yang tentu saja karena emosi kakaknya disakiti. Didukung oleh sorakan penonton, para pemain itu menatap nanar ke arah Lia.

"Eh Lo bocah —"

"Lo tuh bocah! Gak tau aturan! Salah,nyalahin lawan! Malu kalah tertib sama anak TK!" Potong Lia membuat tatapan pemuda dari kelompok lawan itu makin tajam ke arahnya.

"Udah Li..." Ucap Wendy dan Kun mencoba menenangkan gadis itu begitu juga dengan guru yang menjadi wasit pertandingan itu. Tanpa yang lain sadari, beberapa pemuda lainnya tertawa pelan melihat keberanian Lia melawan orang yang jelas saja lebih besar darinya.

"Tumben ada yang gak takut ditatap sama ni orang..."

"Iya. Gausah di ladenin, Kook. Bocil itu..." Ucap yang lainnya sambil menepuk bahu temannya yang mukanya sudah memerah itu.

"Lebay banget Lo belain dia!"

"Iri Lo? Gak punya saudara yang sayang sama Lo,ya?!"

"Astaga Lia..." Lirih Kun sabar dengan adiknya itu.

"Sudah... Sudah Lia. Biarkan saja dia..."

Jaehyun segera menarik Lia supaya tak menatap pemuda itu lagi sedangkan Taeyong juga membekap mulut Lia supaya tak bersuara lebih. Sungguh heran dia dengan kelakuan adiknya Kun itu. Kalau sudah marah, tingkahnya langsung berubah 180 derajat seketika. Apalagi jika itu menyangkut kakaknya. Jangan tanya apa ini baru. Setidaknya, tidak bagi Taeyong yang pernah mendapat tendangan ronaldo oleh Lia saat latihan basket sementara Kun sibuk dengan tugas kelompok mereka.

"Bau banget tangannya kak Taeyong!" Keluh Lia setelah terlepas dari bekapan Taeyong membuat pemuda itu langsung mengendus tangannya sendiri yang ternyata memang berbau agak aneh karena keringat dan gesekan dengan bola karet itu.

"Makanya jangan dilanjutkan. Mana mulut adikmu sepanas api neraka lagi, Kun..." Heran Taeyong melirik sinis Lia yang nampak kembali khawatir dengan kakaknya sementara Kun yang mendengar itu hanya bisa tertawa pelan sambil meringis saat tim kesehatan memijat kakinya.

"Sorry. Waktu dicetak lupa pasang filternya..." Jawab Kun bercanda membuat yang lainnya tertawa kecuali Lia yang nampak kesal tapi harus sabar karena itu kakaknya tercinta yang bicara.

"Anak cantik tak boleh bicara kasar,Li. Nanti tak laku..." Ucap Jaehyun sambil mengusap pucuk kepala Lia membuat gadis itu manyun, menahan senyum malunya yang hampir saja terbongkar.

"Memang yang model begini, jodohnya seperti apa?" Ledek Taeyong sambil menoel bahu Lia membuat gadis itu melirik kesal lagi padanya.

"Yang jelas bukan kak Taeyong! Tak lolos standar soalnya!"

"Lah...bocil..."

Taeyong hendak membekap Lia lagi namun langsung dihentikan dengan suara peluit wasit tanda permainan akan dimulai lagi setelah memberi peringatan pada tim lawan supaya tak terjadi cidera lagi.

"Kita main dulu..."

"Hhmmm... Sorry Taeyong..." Sesal Kun merasa bersalah.

"It's okey. Permainan laki-laki memang tak jauh dari cidera. Istirahat saja dulu ditemani dua putrimu itu..." Ucap Taeyong mengusak agak tak santai kepala Lia dan berlari masuk lapangan sebelum gadis itu sempat melawan.

"Dasar siluman!" Keluh Lia kesal sambil merapikan rambutnya yang tentu saja berantakan di buat oleh Taeyong.

"Jangan marah-marah terus..." Ucap Jaehyun mencubit pelan pipi Lia sebelum akhirnya masuk ke dalam lapangan lagi membuat para fans pemuda itu berteriak histeris karena iri akan nasib mujur Lia.

Sejenak, saat Lia hendak tersenyum,namun tertahan tatkala matanya bertemu tatap dengan mata pemuda yang mendorong kakaknya tadi. Nampak tatapan yang sulit diartikan, namun langsung dibalas dengan dengusan dan juluran lidah oleh Lia sebelum akhirnya ia kembali berbalik menatap kakaknya yang sudah ditinggalkan oleh petugas kesehatan. Nampak kakaknya itu tengah bergurau dengan kekasihnya yang nampak khawatir juga membuat Lia tersenyum gemas menatap penuh arti.

Sementara dari tribun penonton, Ryujin dan Chaeryeong menontonnya sambil memakan cemilan yang ditinggalkan Wendy tadi. Menebak dengan jelas isi pikiran sahabat mereka itu.

"Anak itu pasti berangan lagi..."


















.
.
.






















JERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang