"meninggal?!"
Jungkook mengangguk pelan.
"Kenapa kakak baru memberi tahunya sekarang?!"
"Aku pikir kamu sudah tahu dari Jaehyun. Kalian kan pasangan..." Heran Jungkook yang diakhiri dengan suapan besar carbonara kedalam mulutnya.
"Aku tak pernah menanyakan itu..." Cicit Lia merasa tak enak yang membuat Jungkook mengerutkan alisnya.
"Lalu, apa saja yang kamu bicarakan dengannya selama dua tahun lebih bersama? Cara main jenga?" Canda Jungkook tertawa hingga membuatnya hampir tersedak.
Melihat itu Lia kesal sekali. Mengambilkan tisu dan memberikannya pada Jungkook untuk menutup mulutnya supaya makanan yang sudah di mulut tak tersembur kemana-mana lagi seperti kopinya dulu.
"Aku serius! Untuk apa membahas masa lalu yang hanya akan menyakiti diri sendiri,kan? Lagi pula bukannya biasanya pria tak suka jika membahas masa lalu?"
"Kata siapa?"
"YouTube..."
"Dan kamu percaya?"
"Memang salah?" Tanya Lia dengan tatapan polosnya membuat Jungkook ingin sekali meremat wajah bodoh itu.
"Begini Lia sayang... Ka—"
"Sayang?"
Jungkook dan Lia bertatapan namun memiliki pemikiran yang berbeda.
"Kamu bisa diajak bercanda,kan?"
"Tentu... Tapi maksudku... Selain ayah dan kak Kun... ini baru pertama kalinya ada orang yang memanggilku... sayang..." Cicitnya memelan di akhir kalimat sembari mengingat hubungannya dengan Jaehyun.
Mendengar itu, mata Jungkook membulat kaget.
"Yaaa...!! Kamu serius?! Lalu kamu dan Jaehyun... Astaga... Apa kalian tak pernah mengucapkan kata sayang satu sama lain?!" Tanya Jungkook yang dijawab gelengan pelan Lia hingga membuat pemuda itu tak tahu lagi harus bicara apa.
Ini entah pasangan itu yang aneh, terlalu introvert dan jaim, atau terlalu tsundere. Tapi dari keseharian yang dilihatnya, Jaehyun dan Lia tak terlihat seperti itu. Mereka terlihat sangat cocok dan romantis.
"Dia tak pernah mengatakan kata sayang, jadi aku juga tidak..." Jawab Lia yang jujur saja membuat Jungkook membungkam. Segala kesimpulan aneh muncul begitu saja dalam benaknya.
Apa yang terjadi pada dua orang yang memiliki status tunangan ini?
Apalagi jika diingat-ingat, ini sudah dua tahun lebih mereka bersama dan kenapa tak ada perkembangan lebih dengan hubungan mereka? Menikah contohnya. Bukannya Jungkook mengharapkan Lia menikah muda. Tapi rasanya janggal sekali,kan?
"Kenapa kamu mendadak menanyakan Wendy?" Tanya Jungkook kembali. Jika siapapun yang peka pasti bisa sadar kalau kini pemuda itu tengah sangat serius sekarang.
Lia menatap mata Jungkook yang menatapnya tajam penuh selidik."Apa yang sedang kamu cari tahu, Lia?"
"Hai...! Kita bertemu lagi!" Seru Ryujin dengan pakaian khas dokternya yang disenyumi oleh pemuda berkaca mata itu.
"Sudah cek tensi,kan?" Tanyanya lagi sembari menyiapkan peralatan yang akan digunakan. Ryujin, salah satu anak yang sedang menempuh program S2 kedokteran namun kini tengah berpartisipasi dalam kegiatan donor darah yang dilakukan fakultasnya.
"Hhhmm..." Jawab pemuda itu singkat namun tetap tersenyum sambil mulai berbaring di ranjang yang sudah disediakan.
Prosedur pun mulai dilakukan oleh Ryujin. Nampak pemuda yang lebih muda darinya itu sedikit meringis saat jarum menembus kulitnya namun hanya sebentar sampai ia kembali tenang.
"Aaaww...!!" Ringisnya sambil mengusap pelan kepalanya yang terasa sakit. Ryujin yang memang tengah merapikan posisi bantal pemuda itu pun sedikit kaget.
"Astaga,maaf. Apa rambutmu ada yang terjepit?"
"Sepertinya begitu. Tapi tak apa..." Jawab Renjun lalu kembali berbaring dengan nyaman.
Merekapun nampak banyak berbincang satu sama lain dengan sangat akrab terutama karena pemuda itu bukan pertama kalinya ikut kegiatan donor darah disana. Dia memang sangat bersih. Bersih dari tato, miras, obat-obatan, rokok, bahkan asapnya sekalipun mengingat ia kemana-mana selalu menggunakan masker seperti sekarang ini. Berbaring pun maskernya tetap terpasang.
Setelah beberapa saat, Ryujin menyelesaikan prosedur terakhirnya dengan membersihkan bekas jarum dan menutup lukanya.
"Renjun... Beristirahatlah dulu,oke? 30 menit lagi baru kamu bisa bangun. Aku harus pergantian shift dulu..." Ucap Ryujin tersenyum ramah yang diangguki oleh Renjun.
Setelahnya gadis itupun bertukar shift dengan temannya dan langsung berjalan ke luar area kegiatan sosial itu. Bukan menuju kantin dimana seharusnya ia beristirahat. Dengan penampilan wajar tak mencurigakan, ia berjalan menuju sudut tempat dimana seseorang sudah menantinya disana.
"Jika bukan karena Lia itu bodoh, aku tak akan mau mengambil pekerjaan beresiko seperti ini!" Keluhnya sambil menyerahkan kantong bening khusus berisi kapas dan jarum bekas darah Renjun dan beberapa helai rambut pemuda itu membuat Jungkook terkekeh sambil mengangguk pelan.
"Bukankah kau yang mengenalnya lebih lama? Jadi kau yang seharusnya lebih tahu bagaimana dirinya..." Ucap Jungkook sembari mengamankan barang itu.
"Iya! Dia bodoh bin bucin sejak dulu. Jadi selamatkan sahabatku dari cinta gilanya itu!"
"Kemana?"
"Terserah! Eh...! Tapi nikahi dulu dia!"
Mendengar itu Jungkook tertawa dan mengangguk paham membuat Ryujin berdecih pelan.
"Nyatanya kamu sama bucinnya dengannya. Kalian sepertinya memang berjodoh!"
"Katakan saja itu sesering mungkin karena siapa tau ucapanmu adalah doa untukku..."
Ryujin menyinyiri ucapan Jungkook yang tengah tertawa pelan itu. Bisa-bisanya ia terlibat dalam rencana yang tentu melanggar hukum karena sama sekali tak diketahui oleh Renjun, adik dari Wendy itu.
Gadis seusia Lia itupun melipat tangannya di depan dada dan bersender di dinding bangunan sebelahnya. Menatap Jungkook yang nampaknya mengirim pesan pada Lia.
"Bagaimana semua bisa berakhir seperti ini? Dan... Bagaimana perasaan Lia nanti?"
Jungkook menoleh pada Ryujin dan bisa ia lihat meski samar, mata gadis itu berkaca-kaca.
"Lia sudah pernah hancur karena ulahnya, tapi bisa-bisanya dia—"
"Semua akan baik-baik saja..."
"Bagaimana bisa begitu? Dia... Lia... Aku kehilangan sahabatku dulu. Dan setelah semuanya, kau tahu,kak. Lia, dia bahkan tak segan melawan siapapun untuk kakaknya. Tapi pada akhirnya..."
Ryujin menghapus air matanya yang menetes lalu menghela nafas panjang.
"Pastikan Lia baik-baik saja. Aku percayakan dia padamu,kak..."
Pria itupun tersenyum mengangguk dan menepuk pelan bahu Ryujin.
"Jangan katakan pada temanmu yang satunya itu. Bisa saja dia menghancurkan semuanya karena emosinya saat menangis seperti saat Lia pergi dulu. Bisa-bisanya dia datang dan melempar Jaehyun dengan panci rumahnya..." Canda Jungkook yang membuat Ryujin terkekeh juga.
"Hhmm... Aku akan menceritakannya setelah kisah Lia sudah bahagia denganmu..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERA
Fanfictiondalam kisah ini hanya akulah yang berjuang, sedangkan kamu, memikirkannya saja sepertinya tidak. selamanya kebahagiaan sementara ku ini akan diingat sebagai rasa kasihan darimu semata