[14] Discussion

71 13 24
                                    

"Laki-laki sialan! Bagaimana caranya dia kabur?!"

Para bawahannya saling bersungut memeriksa kamar di mana awalnya Dae-Hee berada. Kosong, menyisakan ranjang berantakan serta beberapa barang kecil yang kelihatannya berasal dari dalam laci, lalu diberantaki oleh anak itu.

Dong-Hyun menyakukan tangannya ke kantun celananya, sambil merokok terdiam seakan pikirannya telah kosong.

Perlahan maniknya bergerak seakan melihat secara langsung bagaimana cara Dae-Hee melarikan diri. Ia tak menunjukkan emosi apa pun-marah, kesal, atau kecewa saat sanderanya sendiri kabur.

Mendadak, teleponnya bergetar menandakan seseorang menghubunginya. Dalam diam, Dong-Hyun masih terfokus pada ruangan sekitarnya sambil mengangkat panggilan tersebut.

"Hah?"

Beberapa detik seseorang di sebrang sana berbicara. "Si Jepang sialan itu? Katakan padanya aku sibuk hari ini." Dong-Hyun memutar matanya malas lantas menyakukan kembali ponselnya.

"Hoi, cari semua jejak yang mungkin tertinggal. Tingkatkan keamanan tempat ini."

Pria itu melenggang pergi meninggalkan para bawahannya yang saling bersungut lantaran lengah menjaga sandera. Sedangkan Dong-Hyun, kembali ke tempat tinggal utamanya, menemui pria yang sejak dulu sudah ia benci itu meski terpaksa menjalin aliansi.

===

"Kau benar-benar menyukai kekacauan, ya, aho."

"Habisnya kau selalu mengtidakacuhkan panggilan-panggilanku, padahal aku ingin berkunjung baik-baik." Byakuya Saburo, pemimpin yakuza Byakuya-gumi yang kini tengah menjalin aliansinya dengan Dong-Hyun. Beberapa lama ini ia menetap di Korea, padahal dikatakan ia sudah direncakan hendak kembali pulang. Namun, pria itu masih ada di tanah kota Seoul ini.

"Mengapa kau masih di Korea, sialan?"

"Kau mengusirnya? Sedihnya, padahal aku ke sini sengaja menunda kepergian karena suatu hal menarik."

Saburo, melewati setiap anak buah Dong-Hyun yang berjaga di ruangan tersebut. Setiap laki-laki itu tumbang, ulah Saburo maupun anjingnya yang selalu bersamanya, Go-Hyun.

"Anak-anakmu terus menghalangi kami, jadi mau tak mau kami harus menepuk lalat." Dengan santai pria itu duduk di atas sofa, tak mempedulikan Dong-Hyun yang memelototinya.

"Apa yang kau inginkan di sini?"

"Hmm ... bagaimana, ya, aku ingin mengambil kembali apa yang sempat kau curi."

Dong-Hyun mendengkus. "Kau masih memikirkannya?"

"Tentu saja, bajingan!" Saburo menggebrak meja. "Mana sudi aku membiarkanmu mengambil begitu saja si cantik yang tadinya sudah milikku!" ucapnya menggebu-gebu, seolah tengah memarahi Dong-Hyun.

"Oh? Apa kau pikir gadis itu akan menerimanya juga?" Dong-Hyun memicingkan matanya.

Saburo menyeringai jahat. "Aku akan memaksa, itulah cara kami; lakukan atau mati."

Dong-Hyun mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Terserah kau saja, bajingan. Gadis itu tampaknya tak begitu banyak keistimewaan-apa yang dilakukannya adalah mengumpat, memberontak, memelototiku tanpa benar-benar ada tindakan yang begitu menarik perhatian," katanya seolah tengah membicarakan hewan sirkus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOWHERE TO GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang