Chapter 7

208 9 0
                                    

Sejak sejam yang lalu, Sisi mondar mandir di depan terminal kedatangan Bandara Soekarno Hatta menunggu mertuanya tiba.

Sisi takut terjadi sesuatu yang buruk. Karena seharusnya, pesawat yang di tumpangi mertuanya sudah tiba sejak 30 menit yang lalu.

Semalam mertuanya mengatakan akan datang ke indonesia dan akan tiba siang ini.

"Sisi! Darling! I miss u so much!" Ucap Denaya, ibu mertua Sisi, sambil memeluk erat menantunya.

"I miss u too mom!" Balas Prilly.

"Hi my little girl! How are u?" Sapa Arik/Atalarik ayah mertua Sisi ketika Sisi melepaskan pelukan dari istrinya.

"I'm good Dad! I'm happy because you in here now!" Ucap Sisi sambil memeluk ayah mertuanya.

"Sayang kau datang sendiri?! Di mana Ali?" Tanya Denaya ketika melihat Sisi datang sendiri.

"Kita bicarakan itu nanti saja di mobil. Ayo kita pulang mih, pih!" Ajak Sisi sambil mengeret koper ibu mertuanya.

"Baiklah! Sekarang ceritakan. Kenapa kau menjemput kami sendiri di bandara?" Tanya Ibunya ketika mobil yang di tumpangi mereka mulai berjalan.

"Mamih, bukan Alinya nggak mau ngejemput kalian. Tapi mamih tahu sendiri, perusahaan yang di berikan papih lumayan besar, karena itulah Ali belum pulang kerja kalau masih jam segini!" Jelas Sisi.

60 Menit kemudian mereka telah tiba di halaman rumah mereka. Sisi kemudian meminta supir, serta beberapa ARTnya untuk mengangkat koper mertuanya agar mereka bisa segera beristirahat di kamar mereka.

"Nyonya! Nyonya Sisi. Ini ada kiriman untuk nyonya!" Ucap salah satu pembantunya ketika melihat Sisi akan menaiki tangga menuju kamarnya, sambil menyerahkan Amplop yang di maksud.

"Dari siapa bi?" Lanjut tanya Sisi sambil membolak-balik amplop tersebut.

"Nggak tahu nyah. Cuma orang tersebut bilang, ini khusus untuk nyonyah Sisi!" Jelas pembantunya tersebut.

"Oh gitu. Ya sudah bi. Makasih!" Ucap Sisi dan meneruskan langkahnya.

Setelah sampai di dalam kamarnya, Sisi kemudian membuka amplop tersebut, kemudian mengeluarkan isinya.

"Degh"
Jantung Sisi terasa berhenti berdetak, lututnya terasa lemas, sehingga membuatnya terduduk di atas ranjangnya tatkala melihat foto yang menampilkan suaminya tengah tidur bersama Gisel yang hanya di tutupi selimut.

Tidak perlu di katakan lagi, apa yang mereka lakukan sebelum atau sesudah foto tersebut di ambil.

Sisi mencoba berpikiran positif, walaupun mata dan hatinya tidak bisa berkompromi tatkala bayangan Negatif mendominasi pikirannya.

Sisi tahu suaminya memang sempat memiliki hubungan dengan Gisel. Seperti halnya orang pacaran yang pasti disertai pelukan atau ciuman. Tapi untuk tidur bersama, Sisi sama sekali tak pernah membayangkannya.

Waktu makan malampun tiba, tapi Sisi mendadak tidak ingin makan karena sedang merasa tidak enak badan.

Ali dan kedua orang tuanya pun, mengiyakan alasan Sisi. Karena menurut mereka Sisi memang perlu istirahat.

Pagi pun tiba, Aldrich telah selesai bersiap dan hendak berangkat ke kantor.

Di liriknya Sisi yang masih tertidur dengan nyamannya. Diapun mendekat dan mencium kening sisi dan segera berlalu dari kamar mereka.

Setelah sarapan dan berbincang ringan dengan orang tuanya, Aldrich kemudian pamit dan langsung ke kantor.

Pukul 10.00 Pagi, Sisi baru terbangun dari tidurnya. Entah mengapa, dia merasa tubuhnya benar-benar lelah.

Setelah membersihkan dirinya, Sisi pun turun ke bawah untuk menemui mertuanya.

"Mih, pih, maaf Sisi terlambat bangunnya. Sisi merasa tidak enak badan!" Ucap Sisi ketika mendapati kedua mertuanya yang berada si ruang tengah.

"Tidak apa-apa sayang!" Jawab Denaya.

"Tapi kenapa wajahmu pucat sekali sayang?!" Lanjut tanya Denaya.

Belum sempat Sisi menjawab, tiba-tiba pandangannya menggelap dan dunia terasa berputar kemudian sisi tidak sadarkan diri.

Denaya dan Atalarik yang melihat sisi pingsan, panik dan segera membawa sisi ke rumah sakit.

"Jadi apa yang terjadi dengan menantu saya dok?" Tanya Denaya khawatir sambil memperhatikan Sisi yang tengah tertidur di atas ranjang rumah sakit.

"Tidak perlu cemas! Dia hanya kelehan saja. Ibu hamil memang sering seperti itu!" Jelas dokter.

Denaya dan Atalarik pun terkejut mendengar penjelasan dokter barusan.

"Maksud dokter, menantu saya hamil?!" Tanya Denaya ingin memperjelas pendengarannya.

"Ia menantu anda benar hamil. usia kandungannya sudah 4 minggu, tolong jaga kondisinya agar tidak terlalu capek!" Ucap dokter kemudian segera berlalu dari ruangan Sisi

Beberapa menit kemudian Sisi mulai mengerjapkan matanya, yang menandakan ia mulai siuman dari pingsannya.

"Mamih, Papih? Sisi kenapa? Ini rumah sakit kan?" Tanya Sisi ketika melihat mertuanya serta memperhatikan ruanganya.

"Iya sayang. Kamu di rumah sakit. Kamu jangan banyak bergerak dulu. Kamu harus banyak istirahat!" Jawab ibu mertuanya.

"Tapi Sisi sakit apa Mih?" Tanya Sisi cemas.

"Kamu nggak sakit sayang. Kamu cuma perlu banyak istirahat karena sedang hamil!" Jelas Ibu mertuanya dengan bahagia.

"Congratulation litle girl. Papi akan telfon Ali, dan menyuruhnya segera ke sini!" Ucap Arick ayah mertua Sisi.

"Tunggu Pih! Jangan!" Ucap Sisi menghentikan niat ayah mertuanya. 

My Possesive Ex HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang