CHAPTER 11

198 10 0
                                    

Aldrich POV
"Apa katanya barusan?! Memberikannya salah satu asetku?! Ternyata dia sama saja dengan Gisel yang ingin mendapatkan hartaku!" Batin Aldrich.

"Ya kau benar! Kau memang tidak sebodoh yang kukira! Setidaknya kau masih cukup pintar untuk meminta materi kepadaku!" Jawabku kepadanya

"Ya aku akan memberikannya! Anggap saja sebagai harga aku yang menidurimu selama beberapa hari ini!" Lanjut kataku, sengaja merendahkan harga dirinya.

"Dan ingat! Kau harus segera meninggalkan rumahku ini besok tanpa mengatakan apapun kepada orang tuaku!" Lanjut kataku kepadanya
Aldrich POV end

Air mata Sisi jatuh berderai, ketika mendengar perkataan Aldrich. Ternyata seperti inilah anggapan Aldrich terhadap dirinya.

Sisi melihat serta mengelus perut ratanya sambil menangis sesegukan.
"Tidak apa-apa ayahmu menghina dan merendahkan harga diri ibu. Yang penting kau mendapatkan hakmu sebagai anaknya!" Ucap Sisi.

Saat ini Aldrich sedang berada di ruang kerjanya, sambil mempersiapkan kelengkapan berkas seperti yang di inginkan Sisi.

Kesokan harinya Sisi dan Aldrich bersama orang tuanya sarapan seperti biasa seperti tidak ada permasalahan di antara mereka.

Selesai makan, Aldrich kemudian pamitan dan segera menuju ke kantornya.

Sisipun segera membersihkan dan merapikan meja bekas sarapan mereka bersama Denaya dan seorang ART nya.

"Sayang, mamih kan udah bilang. Jangan terlalu capek! Ingat kondisi kamu sekarang!" Ucap Denaya ketika melihat Sisi ikut-ikutan membersihkan dapur.

"Iya mih. Ini juga sudah selesai ko. Oh ia Mih, Sisi ijin keluar sebentar yach?! Bosan di dalam rumah terus!" Ucap Sisi.

"Mau kemana?! Mau mami temenin?" Tawar Denaya.

"Nggak usah Mih. Cuma ke taman sekitar komplek ko!" Tolak Sisi halus.

Sisi kemudian memeluk Denaya, ibu mertuanya. Karena mungkin, ini adalah terakhir kalinya ia memeluk Ibu mertuanya.

"Terima kasih mih. Mamih sangat baik kepadaku selama ini. Aku sayang mamih!" Ucap Sisi.

Denayapun sempat heran dengan perlakuan Sisi tersebut, tapi kemudian tersenyum karena berpikir ini mungkin bawaan bayi di dalam kandungan Sisi.

"Baiklah Sisi siap-siap dulu!" Ucap Sisi kemudian melepaskan pelukannya dan berlalu ke kamarnya.

Beberapa menit kemudian terlihat sisi sudah siap dan segera berlalu ke arah pintu keluar.

Saat ini, Arik/Atalarik ayah mertua Sisi tidak berada di rumah. Arik sudah ke kantor menyusul putranya.

Sesampainya di depan pintu gerbang rumah mereka, sisi menengok kebelakang sambil meneteskan air matanya.

"Selamat tinggal!" Guman Sisi dan segera berlalu dari tempat itu.

Siang ini, Aldrich tampak tidak berkonaentrasi memimpin rapat. Aldrich kebanyakan terlihat benggong, dan tampak memikirkan sesuatu.

"Ada apa denganmu son?! Kau terlihat tidak konsentrasi seharian ini!" Ucap Atalarich ketika sudah berada di dalam ruangan putranya.

"Aku tidak apa-apa Dad. Aku hanya merasa sedikit lelah saja!" Jawab Aldrich.

Tiba-tiba di otaknya terlintas 1 nama "Gisel!"
"Ya aku harus meminta penjelasannya kenapa Sisi bisa tahu dia hamil!" Batin Aldrich.

Aldrich kemudian tiba-tiba berdiri dan berucap "Dad bisa gantikan aku dalam rapat nanti sore? Aku ada keperluan sebentar!" Lanjut kata Aldrich.

"Hmm. Baiklah! Cepat selesaikan sana dan segera kembali ke kantor!" Jawab Atalarich yang di iringi dengan senyuman karena berpikir, Aldrich pergi karena ingin mencari sesuatu untuk Sisi istrinya.

Saat ini, Aldrich telah sampai di tempat tujuannya. Apartment mewah Gisel.

Setelah memarkirkan mobilnya, Aldrich kemudian menaiki lift yang akan membawanya ke lantai apartment Gisel berada.

"Tumben! Apa mungkin dia tidak berada di dalam?!" Ucap Aldrich bermonolog.

Aldrich ingin menelfon Gisel, tapi dia lupa membawa hp nya. Akhirnya Aldrich mengetikan nomor kombinasi di pintu apartment untuk masuk ke dalam dan memastikan Gisel berada di rumah atau tidak.

Setelah pintu terbuka, Aldrich langsung masuk ke dalam untuk mengecek Gisel.

Setelah mencari ke segala sudut ruangan dan tidak menemukan Gisel, akhirnya Aldrich memutuskan untuk keluar dan kembali ke kantor.

Belum sempat Aldrich melangkahkan kakinya keluar, samar-samar pendengarannya menangkap suara yang aneh dari dalam kamar Gisel.

"Ach,,ah,,ah! Lebih cepat sayang!"
"As you wish baby! Uuh,,ach,,ach! Kau benar-benar nikmat sayang!"
"Aaach! Aku sampai sayang!"

Sontak rahangnya mengeras di sertai geraman menahan amarah, karena mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

"Kau tahu sayang, berkat anakmu ini, kita akan mendapatkan tambahan harta secara cuma-cuma! dia tidak tahu kalau anak ini adalah anakmu!" Ucap suara tersebut disertai kekehannya yang ternyata adalah milik Gisel.

Habis sudah kesabaran Aldrich mendengar perbincangan tersebut. Aldrich kemudian mendobrak pintu kamar tersebut dengan emosi yang meluap-luap!

"Gisel!!!!"
Teriak Aldrich memanggil nama Gisel.

My Possesive Ex HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang