CHAPTER 6

225 10 0
                                    

Susah seminggu ini Aldrich menghindari Gisel. Aldrich bahkan memindahkan Gisel ke divisi lain, serta mengganti Sekertarisnya.

Hubungan Aldrich dan Sisi pun sudah semakin baik. Walaupun Aldrich belum menampilkan Sisi di depan publik, tapi perlakuan dan sikapnya terhadap Sisi sudah berubah jadi lebih baik.

Saat ini Sisi tengah berada di dalam kamarnya, sambil menggenggam sebuah Pigura foto dia dan ibunya.

"Bu, bagaimana kabar ibu di sana?! Baik-baik saja kan? Bu, saat ini Aldrich sudah mencintaiku. Jadi ibu tidak perlu khwatir lagi. Mulai sekarang, aku akan hidup lebih baik lagi!" Ucap Sisi sambil melihat foto ibunya tersebut di sertai tangisannya.

"Drrt,,drrt,,drrt!"
Terlihat hp Aldrich bergetar, menampilkan notifikasi telfon masuk dari seseorang.

"Gisel?! Ada apa lagi dengannya?" Guman Aldrich.

"Kenapa kau menelfonku lagi?! Bukankah aku sudah memberimu uang?" Ucap Aldrich saat mengangkat telponnya.

"Iya. Tapi Aldrich, bisakah kita bertemu sebentar?! Ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu!" Ucap Gisel di seberang telfon sana.

"Hal penting apa?! Katakan saja sekarang! Kalau tidak aku akan menutup telfonnya!" Jawab Aldrich ketus.

"Baiklah kalau kau ingin seperti itu. Kau tahu? Aku hamil Aldrich! Dan ini adalah anakmu!" Ucap Gisel membentak Aldrich.

"Degh!"
Tiba-tiba saja jantung Aldrich berhenti berdetak, di sertai pusing dan sakit di kepalanya.

"Hallo?! Aldrich? Kau masih di situ kan? Aku bilang, aku hamil. Jadi aku harus bagaimana?" Tanya Gisel menyudutkan Aldrich.

"Ok! Baiklah mari kita bertemu. Aku akan mengatur waktunya dan akan menghubungimu lagi!" Ucap Aldrich kemudian langsung mematikan telfon genggamnya tanpa menunggu jawaban dari Gisel.

Akibat telfon dari Gisel, seharian ini Aldrich jadi tidak konsentrasi bekerja. Dia tengah memikirkan langkah apa yang harus di ambilnya soal kehamilan Gisel.

Pukul 09.00 malam seperti biasanya Aldrich tiba di rumahnya. Dia kemudian di sambut Sisi yang tengah menunggunya di ruang tengah sambil menonton TV.

"Apa kau ingin makan malam sekarang, atau mau mandi dulu?" Tanya Sisi kepada suaminya.

"Aku tidak lapar Si. Ayo kita istirahat saja!" Ucap Aldrich sambil merangkul pinggang istrinya menaiki tangga menuju kamar mereka.

Aldrich sebenarnya belum terlalu yakin tentang perasaannya terhadap Sisi. Tapi Aldrich akui, ketika berada di samping Sisi, ia selalu merasa tenang dan nyaman.

Sisi wanita yang baik. dan Aldrich tidak ingin membuang Sisi istrinya hanya untuk seorang Gisel.Meskipun dia menolak. Tapi hati Aldrich berkata, tidak bisa melepaskan Sisi.

"Aldrich? Bisakah aku meminta sesuatu kepadamu?" Tanya Sisi yang sedang menyandarkan kepalanya di dada suaminya.

Saat ini Sisi dan Aldrich tengah berada di dalam kamar mereka untuk beriatirahat.

"Hmm. Kau ingin apa? Aku akan berusaha mengabulkannya!" Jawab Aldrich.

"Bisakah aku memanggilmu Al, atau Ali seperti orang tuamu memanggilmu?" Lagi tanya Sisi.

"Hanya itu?! Ku pikir kau ingin meminta apa!" Ucap Aldrich sambil tersenyum memandang istrinya.

"Kau bisa memanggilku dengan apapun yang kau mau. Lagipula mereka juga orang tuamu kan?!" Jawab Aldrich kemudian.

"Ya sudah! Ayo tidur. Aku akan menemanimu besok berbelanja!" Ucap Aldrich sambil mengeratkan pelukannya di tubuh istrinya.

Waktu menunjukan pukul 07.00 Pagi ketika Sisi bangun dari tidurnya. Saat ini ia tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya.

"Akhirnya tuan dan nyonya akur juga. Bibi senang melihatnya!" Ucap pembantu rumah tangga yang membantu Sisi saat ini.

"Ia bi. Makasih doanya! Sisi juga senang akhirnya Ali mau nerima Sisi sebagai istrinya! Jawab Sisi.

Tidak lama kemudian Aldrich turun dari kamarnya dan segera menghampiri istrinya.

"Sayang, kamu sudah siap?" Tanya Aldrich sambil memeluk Sisi.

Sisi yang baru pertama kali mendengar panggilan sayang dari suaminya, kemudian tersenyum sambil menyembunyikan wajah merah meronanya dari Aldrich.

Selesai sarapan, Aldrich kemudian mengajak Sisi berbelanja sesuai perkataannya tadi malam.

Karena ini hari minggu, makanya Aldrich bisa menemani istrinya berbelanja, walaupun hanya untuk keperluan dapur mereka.

Sisi dan Aldrich tampak sangat bahagia, mereka tampak sangat saling mencintai. Bahkan orang-orang yang berada di swalayan pun tersebut, sempat iri melihat keromantisan mereka berdua.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat Gisel yang meremas kepalan tangannya menahan marah dan kesal melihat mereka berdua.

"Tunggu dan lihat saja! Siapa yang akan jadi pemenangnya!" Guman Gisel sambil menatap marah ke arah Aldrich dan Sisi.

My Possesive Ex HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang