Part 4. Wrong Choice

8.1K 368 4
                                    

Belinda POV

Bego!

Kenapa harus dare? Kenapa gue gak pilih truth? Tapi kalo gue pilih truth, nanti dia nanya yang aneh-aneh ke gue. Ah tau ah!

Pagi ini, gue berangkat bareng sama Rafa. Si dua kampret itu tinggalin gue dan nyisain si cowok tengil itu di rumah, sialnya dia bawa mobil ke rumah gue.

"Woi, jalan cepet kenapa sih? Mau telat hah?" Berisik!

"Gak usah ngatain gue berisik" Lah? Dia tau dari mana?

"Gak usah tau gue tau dari mana, tebakan gue bener kan? Udah buruan deh, gue gak mau telat." 

Suara mesin mobil pun terdengar. Anjir, dia mau ninggalin gue?

Gue langsung cepet-cepet pakai sepatu, minum susu, gigit roti, dan lari ke dalem mobil Rafa. 

Keheningan menyelimuti keadaan di mobil ini. Gue sibuk makan roti yang tadi gue bawa sesekali ngelirik ke arah cowok sebelah gue ini. Dan ternyata, dia juga lagi diem-diem ngelirik ke arah gue!

"Lo, bawain tas gue. Gak pake nolak karena lo harus nurut" ucap Rafa setelah kita sampai di sekolah dan mobil udah terparkir di parkiran sekolah.

Dengan pasrah, gue bawain tas dia dan buka pintu mobil.

Saat gue keluar dari mobil Rafa, semua anak-anak Garuda langsung melihat ke arah gue dan Rafa. Mungkin mereka bingung kenapa gue bisa turun dari mobil Rafa?

Rafa pun berjalan ke arah kelasnya, dan yang gue bisa lakuin cuman jalan di belakangnya. Saat gue sampai di depan kelas Rafa, ada cewek yang keliatan genit dan centil berdiri dan langsung tersenyum lebar karena kehadiran Rafa. 

Yang gue tau, cewek ini namanya Emily. Emily ini suka sama katanya suka sama Rafa dan udah ngejar-ngejar Rafa dari dulu. Dan walaupun Rafa cuek banget sama dia, dia tetap gencar deketin Rafa tanpa tau malu.

"Pagi, Raf. Lo kok gak bawa tas?" tanya Emily dengan nada yang bikin gue merinding.

"Udah ada yang bawain. Ini masih pagi, jangan ganggu gue." Rafa melirik ke arah gue dan melanjutkan langkah ke dalam kelasnya.

Emily menatap Rafa sampai dia masuk ke kelasnya dan langsung menatap gue dengan tatapan menilai dari atas sampai bawah, gue gak suka tatapan itu. 

Tanpa peduli, gue menyusul Rafa masuk ke dalam kelasnya dan berjalan menuju bangkunya. Selama di dalam kelas Rafa, gue bener-bener ngerasa risih karena semua mata terarah ke gue dengan ekspresi yang bikin gue tau kalo mereka iri, bingung, dan kaget.

Tepat di depan meja Rafa, gue memberi Rafa tasnya dan langsung balik keluar berjalan ke arah kelas gue.

"Bel, lo tadi gue liat keluar dari mobilnya si Rafa? Kok bisa? Lo bawa-bawa tas dia lagi. Katanya lo sebel sama dia, tapi mau aja disuruh" tanya Karin saat gue udah duduk di sampingnya.

"Ceritanya panjang, intinya gue main truth or dare dan dia dare gue jadi babunya seminggu. Mau gak mau gue harus terima."

"Demi apa? Ih, kalo gue jadi lo mah gue bakal ngerasa beruntung banget kali! Bisa deket sama Rafa, Bel! Gue yakin pasti banyak cewek yang iri sama lo! Gue sih kalo di suruh jadi pembantu nya bakal nerima dengan senang hati hehe" 

"Terserah lo." Gue lagi gak mood banget buat ngomongin masalah ini.

Jam 7, bel bunyi. Bukan guru yang masuk, tapi Dani, ketua kelas.

"Hai para fans! Hari ini kita free ya guys! Soalnya guru-guru pada rapat sampai selesai istirahat nanti. Kalian bebas tapi gaboleh keluar kelas yaa! Sekian info dari gue, kembarannya Niall Horan," Dengan pede nya, Dani berjalan balik ke arah meja nya.

Anak-anak kelas gue bersorak. Semua! 

Karin langsung tidur dengan tangan sebagai bantal dan gue ambil earphone yang terpasang ke mp3 gue dan mendengarkan lagu dari band kesukaan gue.

She said to me,

"Forget what you thought

'Cause good girls are bad girls that haven't be caught.

So just turn around and forget what you saw,

'Cause good girls are bad girls that haven't be caught."

Suara para cowok Australia itu terganggu oleh suara notif Line yang tiba-tiba ada di HP gue.

Rafa: Istirahat, makan bareng gue. 

"Rin, nanti istirahat ke kantin ya, disuruh Rafa makan bareng dia." 

Karin bangun dengan wajah berbinar, "Sumpah lo? Anjir! Akhirnya gue bisa kenal sama Rafa, bahkan makan bareng di kantin sama dia!"

Bel istirahat pun bunyi. Gue dan Karin keluar kelas dan jalan ke kantin. Setelah gue mengedarkan pandangan ke arah kantin, gue menemukan meja Rafa yang di sana udah ada Aldi dan Aldo. 

Gue dan Karin menyusul mereka dan duduk di hadapan mereka.

"Siapa suruh lo langsung duduk? Beliin gue bakso sama es teh manis, dong" pinta Rafa.

"Rese! Baru duduk," Gue berdiri dan bisa mendengar tawa dari Aldi, Aldo, dan Karin. Gak setia kawan!

Gue berjalan membeli pesanan Rafa dan langsung balik ke meja gue setelah membeli apa yang Rafa mau.

"Nih" 

"Kok kita gak dibawain juga?" Aldi sama Aldo emang minta gue pukul banget!

Gue langsung menatap mereka tajam.

"Eh iya, ini temen lo siapa namanya?" Aldo melirik Karin.

"Dia temen gue di kelas, Karin." 

"Hai Karin, gue Aldi" 

"Gue Aldo, Rin."

"Karin, kak." Karin menunduk dan bisa gue liat pipi nya yang udah merah.

"Kok lo gak makan?" tanya Rafa.

"Gue gak laper"

"Nih deh lo aja yang makan, lo kan pagi gak makan, cuman roti doang" Rafa memberikan bakso dan es teh nya ke gue.

"Asik! Diem-diem perhatian Rafa!" Aldo meledek Rafa yang langsung di beri tatapan tajam dari Rafa.

"Gak usah, buat lo aja, gue gak laper." Gue yang nolak tawaran dia dorong bakso itu lagi ke depannya.

"Ish bandel amat sih dibilangin," Rafa pindah duduk di sebelah gue dan tiba-tiba ada satu suapan di depan mulut gue, "Makan nih, kapan lagi lo disuapin sama cogan kayak gue?"

Karena terus dipaksa, mau gak mau gue membuka mulut gue dan satu bakso pun masuk ke dalam mulut gue.

"Ih, gue juga mau dong Raf disuapin kayak gitu!" Aldo mengedip-ngedipkan matanya ke arah Rafa.

"Geli ih" Aldi memasang muka jijik.

"Gue bisa makan sendiri, ih." Gue menarik sendok dan mangkuk bakso lalu memakannya.

"Good girl" Rafa mengelus kepala gue. Dia kenapa nih? Aneh.

"Gue juga mau dong di gituin, Di" Aldo menatap Aldi.

Aldi menengok ke arah Aldo dan melirik ke arah K

"Najis tau, gak? Minta Karin aja tuh," Karin yang lagi diam tiba-tiba menunduk malu.

Saat gue makan dengan santainya, tiba-tiba gue kebelet.

"Eh, gue ke kamar mandi dulu ya." Gue langsung berdiri dan lari ke kamar mandi.

Setelah selesai urusan di kamar mandi, gue mau buka pintu, tapi

BYUR!

Holaa..

Ketemu lagi sama gue, hehehe. Gue gak ada kerjaan sih di rumah, jadi gue ngetik aja, walaupun yang baca baru dikit, gapapa kok..

Vomments yaa! Jangan bosen-bosen, guys

Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang