Semua orang yang berada dalam mobil yang dibuat penasaran oleh keadaan Rafa sekarang.
Terutama, Belinda.
Saat ini ia sangat khawatir dengan keadaan Rafa.
'Kenapa gue kemaren bego banget sampe gak dengerin penjelasan dia dulu?' batinnya.
"Sabar, Bel. Gue yakin Rafa gapapa kok." Aldo mengelus bahu Belinda.
Yang Belinda bisa lakukan hanya menggeleng.
"Tadi sebelum Rafa pingsan, saya masih ada di kelasnya, saya dengar dia sebut nama kamu terus. Mukanya sangat pucat, tubuhnya panas dan lemas. Saya gak nyangka, cinta bisa buat orang sekarat." Ucap Pak Teguh.
"Ya elah si bapak, namanya juga patah hati. Bapak kayak gak pernah muda aja nih."
"Bener tuh pak, orang cita mati tuh begitu."
"Hm, sebenernya kejadiannya tuh gimana sih? Bapak penasaran."
"KEPO!" ucap mereka bersamaan.
Dan selanjutnya, mobil itu pun hening.
***
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah sakit.
Dengan bergegas, Belinda menuruni mobil Pak Teguh dan berlari ke resepsionis.
"Mbak, tadi ada gak cowok pake seragam sekolah baru masuk sini? Tadi dia pingsan."
Resepsionis dengan dandanan menor itu pun berpikir sebentar, "Oh yang ganteng itu ya? Tadi dia dibawa ke....sebentar saya cek." Resepsionis itu pun terlihat sedang mencari data, "Ruang Kenanga nomor 123."
Belinda yang merasa kesal dengan resepsionis itu pun menatapnya dengan tajam, "Makasih!"
Ia pun langsung menuju kamar yang disebutkan, namun sebelumnya ia balik lagi ke meja resepsionis, "Jangan macem-macem, itu pacar saya!"
Belinda langsung berlari melanjutkan pencariannya, namun suara Aldo memanggilnya.
"Dia dimana?"
"Ruang Kenanga nomor 123."
Mereka mengangguk dan ikut mencari ruang yang dimaksud.
Dengan jantung yang terus berdetak, Belinda terus berlari mencari ruangan Rafa.
Bahkan saat menaiki lift pun, Belinda masih terus memikirkan Rafa.
'Rafa, maafin gue, ini semua gara-gara gue.'
"Belinda! Sini!" suara Ardi membuyarkan lamunan Belinda.
Belinda pun menengok ke belakang, "Lo kelewat semangat, ruangannya udah lo lewatin."
Melihat nomor kamar di dekatnya, Belinda menepuk dahi, "Oh iya anjir gue kelewatan."
Dengan perlahan, Belinda mendekati ruangan itu.
Ia takut Rafa sudah tidak sayang lagi padanya, ia takut Rafa akan marah padanya, ia takut Rafa tidak ingin mengenalnya lagi.
Pikiran-pikiran buruk sudah memenuhi otak Belinda, ia takut semua hal ini akan menjadi kenyataan.
"Ih pelan amat jalan lo, buruan sini!" Karin menarik tangan Belinda.
"Gue takut Rafa marah sama gue terus gak mau peduli sama gue lagi." Bisik Belinda.
Karin pun menahan lengan Belinda untuk berhenti berjalan, "Lo liat gue."
Belinda pun menatap Karin, "Lo sayang sama Rafa?" Belinda mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Enemy
Roman pour AdolescentsGue udah terlalu bosen baca Teen Fiction dengan tema 'benci jadi cinta'. Tapi, tanpa gue sadar, ternyata gue dan dia yang terjebak dalam situasi ini.