Belinda POV
Hari ini gue berangkat ke sekolah dengan senyuman yang tercetak di bibir gue.
Seperti biasa, sekolah gue kalo pagi rame banget. Gue langsung masuk ke kelas gue.
Bel pun bunyi dan semua anak masuk ke kelas lalu duduk di tempat masing-masing.
Seperti biasa, Pak Teguh dateng dengan gagahnya masuk ke kelas, dan mulai mengajar.
Tiba-tiba pintu diketuk,
"Misi pak Teguh, saya minta waktu sebentar," kepala sekolah gue, pak Gunawan masuk diikuti seorang cowok yang gue akui, ganteng. Gayanya geren banget kayak Nick Robinson. Cewek-cewek di kelas gue pun teriak histeris, tak terkecuali Karin.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru. Nah kamu, perkenalkan diri kamu." Pak Gunawan melihat ke arah anak baru itu.
"Pagi semua, nama gue Ardi. Gue pindahan dari Bogor, salam kenal, semoga kita bisa berteman baik." Cowok itu memperkenalkan dirinya yang diakhiri dengan senyuman.
Senyumannya manis banget.
"Baik, kamu duduk di sebelah Dani, orang yang duduk sendiri disana," Pak Teguh menunjuk salah satu kursi, dan ternyata kursi di belakang gue.
Tunggu, di belakang gue? Anjir!
Ardi berjalan ke bangkunya, dan saat di sebelah gue dia tersenyum ke arah gue.
Please, dia senyum ke gue!
Pelajaran pun dimulai, tapi gue ngerasa dari tadi kursi gue di dorong dari belakang. Mungkin gue yang GR atau gimana, Ardi mau ngajakin gue kenalan, tapi kalo mau kenalan gak usah pake dorong-dorong kursi gue juga kali.
Gue pun balik badan ke belakang sambil senyum, "Lo dari tadi dorong kursi gue, kenapa?"
"Sorry, gue mau ngasih tau kalo tipe-x lo jatoh" Senyuman gue luntur.
Gue langsung balik badan ke arah depan, malu banget gila! Gue yakin pipi gue udah merah sekarang. Untung tadi gue gak langsung kasih tangan gue, bisa dianggep apa gue di depan anak baru? Gue gak berani lihat ke belakang dan gue berharap bel istirahat cepet bunyi. Malu!
3 jam kemudian, bel istirahat bunyi, akhirnya.
Gue langsung berdiri dan mengajak Karin ke kantin. Saat gue berdiri,
"Hai, sorry boleh kenalan? Gue Ardi, kalian?" Ardi berdiri depan gue dan Karin.
"Hai, hm boleh, gue Belinda" Gue menyebut nama gue dengan gugup, iyalah gue masih malu.
"Halo, kenalin gue Karin"
"Di, gue sama Karin ke kantin duluan ya." Gue langsung menarik tangan Karin ke kantin dan mencari meja tiga cowok itu.
"Lo berdua dari mana aja? Lama amat!" ucap Aldo saat gue dan Karin berdiri depan meja mereka.
"Tadi ada anak baru di kelas kita, astaga cogan banget gila!" Cerita Karin excited.
"Yang pasti gak ngalahin kita bertiga, kan?" Aldo menepuk dadanya, pede.
Gue hanya menaikkan bahu dan Karin tersenyum salting.
"Bel, beliin nasi goreng, dong."
Gue lupa, gue masih ada perjanjian sama anak ini. Gue kira setelah kejadian kemarin, dia udah lupa sama dare itu.
"Iya bentar"
Gue berjalan ke arah ibu kantin, "Bu, nasi goreng nya satu ya."
"Dua, bu." Gue nengok.
Ardi.
"Lo ngapain?"
"Ya kalo gue di kantin terus pesen nasi goreng, tandanya gue mau ngapain?"
Mampus, gue keliatan bego depan dia.
Nasi goreng pesanan gue akhirnya jadi "Gue ke meja duluan ya, Di."
Sampai di meja, gue memberikan nasi goreng pesanan Ardi ke hadapannya.
"Kayak kemaren, lo harus makan!"
Rafa pindah ke sebelah gue lagi, nyuapin gue lagi.
Saat gue makan nasi goreng itu, gue lihat Emily yang menatap gue tajam. Mampus.
"Raf, stop, ada Emily liatin gue sinis banget" Rafa mengedarkan pandangannya ke arah seluruh penjuru kantin.
"Lo inget kan, apa yang gue bilang kemaren? Gue bakal janji kok sama apa yang gue omongin kemaren, lo jangan takut"
Gue senyum. Gue inget yang kemaren lagi.
"Gak usah diinget kali, itu hari pertama lo seneng berkat gue, masih ada hari berikutnya yang gak kalah nyenengin dari yang kemaren," Dia tau aja apa yang gue pikirin.
"Semua kebaca kok di mata lo, haha" gak usah baca pikiran orang, lo mau gue tampol?
"Jangan di tampol napa, iya deh gue gak baca pikiran lo lagi"
Ngeselin! Gue langsung buang muka dari dia.
"Ih bebeb, kamu jangan ambek dong ama aku, aku kan cuma becanda," Rafa cemberut.
Gue kaget. Gila!
"Apa? Gue gak salah denger? Bebeb? Cius kalian?" Aldo, Aldi, dan Karin nengok kaget ke arah gue dan Rafa.
"Oh, iya dong!!" ucap Rafa sambil ngerangkul gue.
Gue menepis tangan Rafa, "Ih, apa sih!"
"Kamu kok gitu sih beb sama aku?" Rafa cemberut.
"Au" Mereka berempat menertawakan gue. Malesin.
Jam pulang. Akhirnya gue bisa pulang ke rumah, gue cape banget sumpah.
Saat gue di parkiran mau ke mobil Aldi,
"Bel"
Gue nengok, "Kenapa?"
Rafa nyengir, "Temenin gue ke toko buku, yuk"
"Tapi,"
"Gue udah bilang ke mereka buat balik duluan, inget kan lo harus ikutin gue seminggu? Hehe"
"Iyaiya" Rafa menarik gue ke mobilnya.
Sampai toko buku, gue temenin dia nyari buku.
Dan gue tertarik pada majalah yang menampilkan lima orang laki-laki yang tinggal di benua yang berbeda dari gue.
"Gue gak kalah ganteng kok dari mereka."
"Ih, ngagetin aja sih!"
"Lo liat yang ini, siapa namanya?"
"Zayn Malik?"
"Nah iya! Coba bandingin sama gue, gantengan siapa?"
"Dia" Rafa cemberut.
Gue mengembalikan majalah itu ke tempatnya dan menarik Rafa ke kasir. Gue mau pulang, cape.
Sampai parkiran, gak sengaja gue menabrak seseorang.
Hola, gue balik lagi. Cogan bertambah satu guys hehe. Gatau kenapa gue suka banget sama Nick Robinson abis gue nonton Jurassic World gitu. Gayanya yang cool gitu, keren banget hehe.
Vomments ya guys...

KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Enemy
Teen FictionGue udah terlalu bosen baca Teen Fiction dengan tema 'benci jadi cinta'. Tapi, tanpa gue sadar, ternyata gue dan dia yang terjebak dalam situasi ini.