"Papa, Mamah masih lama periksa dokter?""Tidak, Nak." Atmaja lekas menjawab apa yang sang buah hati tanyakan.
"Mamah sakit disuntik dokter, Papa?"
"Mama tidak disuntik, Nak." Atmaja kembali dengan cepat membalas pertanyaan putra kecilnya. Walau tanpa penjelasan rinci.
Tentunya, sang buah hati masih belum dapat menghilangkan ekspresi takut. Yang paling tampak jelas sudah pasti dari sorot mata.
"Mama tidak disuntik karena Mama tidak sakit, Mama lagi periksa perut di dalam."
"Dokter periksa calon adiknya Assena yang ada di perut Mama," terang Atmaja lagi.
Dirinya tak cukup pandai menerangkan dalam bahasa yang akan mudah dipahami oleh balita seusia sang buah hati.
Biasanya, ia hanya perlu panjang lebar bicara saat mempresentasikan bisnis di depan para investor, tentu dengan lebih formal dan juga lugas menyasar pada poin-poin yang penting.
Sangat berbeda saat menerangkan sesuatu ke putranya dengan kata-kata mudah dicerna. Ia harus terus belajar demi bisa menjaga komunikasi yang baik dengan anaknya.
"Papa sama Sena tunggu Mama di sini, yah?"
"Nggak ke dalam? Sena nggak mau lihat dokter, Papa. Sena takut dokter."
Full part ini bisa dibaca di karyakarsa, link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Suami Antagonis
General Fiction[Follow akun ini dulu untuk bisa baca part dewasa diprivat bagi follower] Bisnis bangkrut. Diceraikan sang istri. Lalu, harus kehilangan calon bayinya yang akan dijadikan pewaris. Tiga kepahitan hidup tidak akan bisa dilupakan oleh Atmaja Wedasana (...