"Ibu Sayana ...,"Saat namanya disebut, atensi langsung saja dipindahkan dari layar ponsel. Jari-jarinya juga berhenti mengetikkan pesan ke Sanji.
Sosok pria jangkung berusia senja yang telah memanggilnya, tentu dijadikan objek pandang utamanya dengan tatapan yang waspada.
Apalagi, situasi di sekitarnya lumayan tegang karena ada tiga orang ajudan profesional sedang berjaga. Mereka mengawasinya.
Saat datang ke rumah Lalitha Wedasana, nenek dari sang mantan suami yang adalah mantan hakim, sudah pasti akan berlaku pengamanan super ketat dari para pengawal.
Tiga puluh menit lalu, ketika pertama kali tiba, ia harus mengikuti protokol pemeriksaan yang tidak main-main. Semua barang bawaan pun diperiksa dengan sangat cermat.
Untung, ia bisa lolos masuk karena memang
"Nyonya Litha bersedia bertemu dengan Anda, Ibu Sayana. Tolong ikut saya."
Reaksi cepat ditunjukkan atas perintah baru didapatkan. Ia beranjak bangun dari kursi.
Mengikuti sosok Bapak Raman Santoso yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.
Mereka menyusuri lorong rumah guna menuju ke ruangan pribadi Lalitha Wedasana, masih berada di lantai yang sama.
Tidak perlu lama berjalan karena jarak harus ditempuh tak lah jauh seperti sempat dikira.
"Silakan masuk, Bu Sayana."
"Nyonya Litha menunggu Anda di dalam."
"Iya, terima kasih banyak," jawab Sayana cepat dengan sopan. Tersenyum tipis.
Dirinya hanyalah perlu melangkahkan kaki masuk karena pintu sudah dibukakan.
Ruangan kerja Lalitha Wedana tidak asing, sebab pernah dikunjungi bersama Atmaja dulu saat masih menikah dengan pria itu.
"Akhirnya kamu datang menemui saya."
Sayana berusaha tetap tenang melangkah ke arah meja kerja, dimana nenek sang mantan suami tengah menunggu dirinya.
Butuh beberapa detik saja untuk sampai.
Walau pertemuan ini menegangkan, ia akan terus menunjukkan rasa hormat pada wanita tua berusia tujuh puluh lima tahun itu.
Dibungkukan diri untuk sesaat.
"Saya senang kamu datang, Sayana."
Jika tadi nada bicara Lalitha Wedana sarat kesinisan, ucapan nenek sang mantan suami sangat berbeda kali ini, terdengar bersahabat dan juga ramah seperti dulu.
Bahkan, wanita paruh baya itu berhambur ke arahnya. Lalu, memeluk dengan erat.
Sayana hanya bisa diam saja. Masih tak bisa percaya akan perlakuan yang diterima.
Padahal tadi, sebelum masuk ke ruangan, ia sempat berpikir akan sengit menghadapi Lalitha Wedasana, mengingat hubungan masa lalu dimiliki dengan orangtuanya yang buruk setelah membuat Atmaja bangkrut.
"Kamu harus membantu saya, jika kamu ingin Nana dan Yoga Dermawan tidak mendekam seumur hidup di dalam penjara."
Nada bicara nenek sang mantan suami masih biasa saja, namun tetap saja kata-kata yang diluncurkan mampu merindingkan tubuhnya.
Lalitha Wedasana tengah mengancam.
"Kembalikan cucu saya, Sayana."
"Sudah hampir lima tahun, Atmaja berubah menjadi cucu yang tidak saya kenal."
"Setelah keluargamu memanfaatkan cucu saya sampai bisnisnya hancur....."
"Setelah kamu menceraikan cucu saya."
Sayana kian tegang mendengar semua ucapan Lalitha Wedasana. Fakta-fakta baru disebutkan tentu benar adanya.
Setelah pelukan dilepaskan, ia kian melihat jelas sorot sinis nenek mantan suaminya. Kebencian untuknya yang begitu terang-terangan ditunjukkan.
"Cucu saya berubah menjadi orang yang asing bagi saya."
"Saya tidak punya ruang untuk tahu penderitaan seperti apa yang harus dia tanggung karenamu."
"Atmaja sangat tertutup."
"Apa yang terjadi dengan Mas Atmaja?" Tak bisa dipahami situasi, jika tidak diberikan informasi pasti kondisi dari pria itu.
"Kamu akan tahu setelah bertemu dengan cucu saya, bagaimana kondisi Atmaja sesungguhnya."
"Nyonya ingin kita bersepakat?" Sayana pun merasa perlu untuk menciptakan perjanjian.
Lalitha Wedasana tertawa sinis.
"Kamu perhitungan seperti ibumu, Sayana."
"Saya ingin orangtua saya mendapat vonis yang lebih ringan dari tuntutan jaksa. Saya yakin Anda bisa membantu orangtua saya."
"Jika Anda menolong saya, akan saya jamin Mas Atmaja bisa kembali jadi cucu yang Anda kenal, Nyonya Litha," janjinya dengan serius.
"Lancang sekali kamu, Sayana."
"Jika Anda masih membutuhkan pertolongan saya, kita sepakati perjanjiannya segera."
"Baiklah, kita sepakat, Sayana."
Uluran tangan Lalitha Wedasana diterimanya tanpa ragu sama sekali. Apa pun akan coba dilakukan demi menyelamatkan ayah serta sang ibu. Inilah bukti rasa baktinya.
Walau, harus berhadapan kembali dengan pria di masa lalu yang begitu membencinya.
"Mulai besok, kamu akan tinggal di rumah cucu saya. Kamu tidak boleh pergi dari sana, sampai cucu saya bisa berubah seperti dulu."
"Apa?" Sayana belum mendapatkan poin utama pemahaman atas ucapan nenek dari sang mantan suami. Makna seperti ambigu.
"Bagian kesepakatan kita."
"Kamu harus menyerahkan dirimu sepenuhnya lagi ke cucu saya, Sayana."
"Itulah salah satu isi kesepakatan kita."
Kini, hanya perlu seperkian detik untuknya mengerti keinginan Lalitha Wedasana.
Dan ketika hendak menunjukkan ketidaksetujuan, tiba-tiba saja dari arah belakang, ada orang yang menangkap tubuhnya dengan kuat.
Mulutnya dibekap sampai kesadaran hilang.
..................
Lanjut nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Suami Antagonis
Fiksi Umum[Follow akun ini dulu untuk bisa baca part dewasa diprivat bagi follower] Bisnis bangkrut. Diceraikan sang istri. Lalu, harus kehilangan calon bayinya yang akan dijadikan pewaris. Tiga kepahitan hidup tidak akan bisa dilupakan oleh Atmaja Wedasana (...