Spesial Part 06 : Manisnya Kebersamaan

3.3K 227 10
                                    

Spesial 01 : Manisnya Kebersamaan

“Ini waktu Sena umur tiga bulan, Mas.”

“Dia sudah bisa tengkurap.”

Sembari mengusap sayang potret sang buah hati dalam album foto, Sayana pun melempar ingatan kembali ke masa lalu.

Tepatnya saat usia Assena Kesnapati sekitar sembilan puluh hari. Kala itu, sang buah hati sedang mengikuti proses tummy time.

Assena pun bisa melakukan dengan mudah dan tidak cengeng. Putra kecilnya selalu saja anteng, asalkan tak tengah lapar.

“Kalau yang ini, saat anak kita umurnya enam bulan. Sena sudah bisa merangkak, walau masih pelan-pelan dan suka jatuh.”

Ya, sang suami tengah menyaksikan foto buah hati mereka yang dalam posisi siap bergerak dengan kedua kaki menekuk.

Senyum Assena mengembang lebar di potret tersebut, karena waktu itu dirinya meloloskan beberapa kata guyonan untuk sang putra.

Tentu masih diingat dengan jelas momentum tersebut, tidak akan bisa dilupakan.

Semua perkembangan Assena mulai dari lahir hingga berusia satu tahun, bahkan ia catat dalam sebuah buku harian.

Sengaja diabadikan dengan coretan tinta agar Atmaja Wedasana bisa memiliki gambaran akan tumbuh kembang Assena juga, walau saat itu tidak bisa mendampingi sang putra.

Namun buku hariannya belum tiba di Jakarta, masih dalam pengiriman dari Kanada dengan barang-barang lain kepunyaannya.

Baru album-album foto saja yang datang tadi pagi. Ia pun segera memberikan pada sang suami, setelah pria itu sampai di rumah.

“Ini saat Sena ulang tahun yang pertama.”

“Aku belikan kue dan balon. Dia suka banget nyanyi lagu ulang tahun sambil tepuk tangan terus.” Sayana mulai bercerita lagi.

“Sena suka banget sama kue buatan ak–”

Tak dilanjutkan ucapan karena melihat setitik air mata menuruni pipi sang suami.

Dengan sigap Sayana menghapusnya.

Lalu, memeluk sang suami. Ia akan menjadi tempat ternyaman untuk pria itu bersandar, disaat perasaan Atmaja mungkin saja berkecamuk seperti sekarang.

Mereka sudah menghabiskan waktu hampir satu jam di ruang keluarga, tepatnya duduk bersama pada sofa panjang sembari melihat satu demi satu foto manis Assena Kesnapati.

Sayana sadar suaminya merasa begitu haru melihat potret-potret buah hati mereka waktu bayi, namun tak disangka juga jika pria itu akan meneteskan air mata.

Sayana berusaha menyelami perasaan sang suami. Dan rasanya amat wajar jika Atmaja bereaksi demikian. 

Sang suami pasti merasa bersalah karena tak bisa menemani buah hati mereka sedari lahir hingga berumur empat tahun.

“Semua sudah berlalu, Mas.”

“Tenang, ya.” Sayana pun mengusap-usap lembut punggung suaminya. Mengeratkan pula rengkuhan pada pria itu.

“Papaaaa!”

“Mamahhhh!”

Full versi part ini ada di karyakarsa. Link di bio.

Bisa dibeli juga dalam bentuk pdf, pemesanan via WA 081717254225. Only 15k untuk 10 ekstra part.

Mantan Suami AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang