Li Qin merasakan getaran aneh di dadanya akibat perasaan terkejut, khawatir, dan berakhir pada rasa marah yang membara mencoba menguasainya. Dia harus berusaha keras untuk membuat perasaan itu memudar. Dihampirinya Paman Chen yang masih terbujur di lantai, membungkuk untuk menyentuh bahunya.
"Paman, kau dengar aku?"
Rintihan pelan meluncur dari bibir pria itu disusul gerakan tangannya menyentuh tengkuk.
"Uh, keras sekali ... " keluhnya.
"Apa yang terjadi? Di mana Xiao Zhan?"
Mendengar suara Li Qin, pria di lantai berjuang untuk bangun melawan rasa pening di kepala. Dia berhasil duduk di lantai, menatap nanar pada wanita anggun di depannya. Riasan dan gaun pesta yang dikenakan Li Qin menyentakkan Paman Chen, menyadari bahwa satu momen penting telah kacau.
Dia meringis lagi, merasakan denyut sakit yang hebat di belakang kepalanya."Nona," desisnya, mengatur napas.
"Sesuatu yang buruk telah terjadi."
Li Qin mundur selangkah, mengendalikan diri. Sementara suara langkah kaki mulai bergema di koridor setelah seorang pelayan melihat kekacauan ini.
"Katakan dengan jelas."
Tatapan Paman Chen terpaku pada kotak cincin. "Aku datang kemari dengan membawa kotak itu untuk memperlihatkan cincinnya pada tuan muda. Kupikir dia lupa meletakkannya di sembarang tempat. Dia masih berada di sini, terlihat baik-baik saja. Tiba-tiba seseorang memukul kepalaku dari belakang dan setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi."
"Apakah ada yang aneh dengan Xiao Zhan saat kau menemuinya?"
Paman Chen menggeleng, nampak bingung. "Tidak ada hal ganjil. Dia sangat normal, walaupun sedikit pucat. Mungkin itu efek kecemasan karena akan menghadapi upacara penting."
Saat itu Tuan dan Nyonya Xiao menyerbu masuk ke dalam kamar. Ekspresinya kacau dan mulai histeris.
"Lelucon apa ini? Ke mana puteraku pergi? Ini tidak boleh terjadi! Astaga!"
Tuan Xiao mencoba menenangkan istrinya, lalu seorang pelayan masuk membantu Paman Chen bangkit berdiri, mendudukkannya di kursi. Satu orang lagi berniat merapikan kamar yang berantakan tapi Li Qin melarangnya.
"Tolong jangan sentuh apa pun, atau memindahkan barang. Aku khawatir Xiao Zhan tidak pergi karena keinginannya sendiri, melainkan atas paksaan seseorang. Kupikir kita harus memanggil polisi." Li Qin menyimpulkan di antara deru kepanikan dalam dirinya.
Nyonya Xiao mulai menangis. Situasi makin buruk saat pelayan lain datang mengabarkan bahwa mereka telah mencari ke sekitar villa tapi tidak berhasil menemukan tuan muda mereka.
"Aaah Xiao Zhan, Xiao Zhan puteraku ... tragedi apa ini?" Bahunya berguncang hebat saat tubuhnya meluncur jatuh. Namun Tuan Xiao masih sempat menahannya dan membimbing sang istri ke sofa.
"Tenangkan dirimu. Kita akan mengatasi ini," bisiknya, tidak yakin. Kemudian dia menoleh pada Li Qin yang masih berdiri kaku di tengah ruangan.
"Bagaimana dengan Ling? Apa kau melihatnya?" tanya Tuan Xiao.
Seakan baru tersadar, napas Li Qin tercekat. Astaga, putera kecilnya. Ke mana dia?
"Apa kalian melihat Ling?" Tatapannya menyapu semua orang. Jemarinya terkepal, dan perutnya mulai terpilin, rasanya sakit dan mual.
"Terakhir aku melihatnya, dia berkeliaran di villa ini. Mungkin ke taman samping," seorang pelayan menjawab.
"Ayah, aku akan mencari Ling. Sepertinya kita harus menelepon polisi," setelah berkata penuh kecemasan, Li Qin bergegas pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐬𝐩𝐞𝐫𝐚𝐭𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟)
FanfictionSatu insiden tak terduga terjadi di hari pernikahan Xiao Zhan dan Ren Min. Sang pengantin pria tiba-tiba menghilang secara misterius, meninggalkan sejuta tanya dalam hening. Pihak keluarga menduga seseorang telah menculiknya, tapi kebenarannya tak p...