Chapter 12 : A New Chapter

159 22 6
                                        

Dalam tiga hari terakhir, Wang Yibo telah merenungkan apakah ia benar-benar akan melakukan ini, membawa Xiao Zhan keluar dari pondok dan mengajaknya tinggal di tempatnya yang lebih nyaman.

Selama tiga hari mereka melewatkan banyak momen sederhana di pondok ini dan pada malam hari, sepanjang waktu dia tidur di pelukannya. Awalnya yang Yibo tahu adalah tidak ada jalan untuk kembali dari situasi ini. Xiao Zhan tidak akan kembali ke rumahnya, pada tunangannya, maupun dunianya. Dia akan tetap berada dalam pondok sederhana, merasakan ketenangan dan kenyamanan yang semu. Dia akan tinggal di tempat tidurnya, di kamarnya, tidur di pelukannya setiap malam dan bangun di sisinya setiap pagi.

Yibo akan membuat mereka bersama, selalu, selamanya. Tetapi secara ajaib, perasaan egois itu memudar perlahan-lahan. Pondok ini terlalu berbahaya untuk ditinggali lebih lama.

Suatu saat di malam hari, Wang Yibo terbangun dari mimpi buruk bahwa polisi menemukan pondok persembunyiannya dan membawa Xiao Zhan pergi. Setelah itu ia tidak bisa tidur. Itu bukan hal yang aneh baginya. Dia pernah mengalami insomnia berkepanjangan dengan atau tanpa mimpi buruk. Dia memandangi wajah damai Xiao Zhan yang terlelap di bawah sapuan cahaya lembut lentera merah kekuningan. Yibo tidak melakukan apa-apa untuk mengganggunya, hanya mengelus satu sisi wajahnya dengan jemari. Itu pun dilakukan dengan sangat lembut agar Xiao Zhan tidak terusik. Namun beberapa waktu kemudian, Xiao Zhan tiba-tiba membuka matanya.

Yibo terkesiap, lantas mengukir senyum tipis di bibirnya.

"Kau tidak tidur?" tanya Xiao Zhan dengan mata menyipit.

"Aku tidak bisa tidur."

Xiao Zhan mengubah posisi tubuhnya, menatap Yibo berhadapan dalam posisi berbaring.

Xiao Zhan tidak merasa canggung lagi sekarang. Kenyamanan yang diberikan Yibo di pelukannya, dalam kehangatannya, telah menyesatkannya di antara ilusi dan kenyataan.

"Apa yang kau pikirkan saat ini?" Xiao Zhan menyentuh wajah Yibo. Sekilas ada kehampaan berkelebat di sana, yang hilang dalam sekejap.

"Sebenarnya besok aku berencana mengajakmu ke rumahku," bisik Yibo.

"Benarkah?" Xiao Zhan nampak terkesiap. Dia mengerjap-ngerjapkan mata.

Yibo mengangguk. "Kita tidak bisa terus tinggal di sini karena aku merasakan bahaya. Kupikir sudah saatnya menyelinap diam-diam. Tim Keamanan pasti telah mengerahkan orang-orang untuk mencarimu. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan kita."

"Jadi lakukanlah," sahut Xiao Zhan bersemangat.

"Ya. Tetapi aku ingin kau berjanji untuk tidak meninggalkanku. Kita akan hidup bersama dan kau memainkan untukku sebuah lagu cinta," gumam Yibo, suaranya bergetar.

"Kau terlihat khawatir. Sepertinya belum sepenuhnya percaya padaku," sahut Xiao Zhan.

Yibo menggeleng perlahan, nafasnya terdengar berat dan mendesah.

"Hubungan ini sangat rumit. Jika kau pergi, semuanya berakhir dan polisi mungkin akan segera menangkapku."

Pikiran Yibo mendadak tidak fokus, bibirnya gemetaran. Sekejap, seolah baru terbangun dari mimpi buruk, kecewa bahwa dunia kecilnya kini terancam berantakan oleh sesuatu yang bernama kenyataan.

"Mereka harus memiliki bukti kuat untuk menangkapmu, tidak cukup hanya sekedar curiga dan asumsi tidak berdasar."

"Aku ..." Yibo mengatupkan bibir rapat-rapat. Menggenggam jemari Xiao Zhan.

"Aku harus menghadapi semua akibatnya. Aku yakin aku bisa, dengan dukungan semangat darimu, aku tidak akan kehilangan keberanian. Tetapi tidak akan mudah meyakinkan keluargamu, bukan? Setelah kekacauan yang kuciptakan di pesta pernikahanmu."

𝐃𝐞𝐬𝐩𝐞𝐫𝐚𝐭𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang