Matahari terbenam di ufuk barat melahirkan bercak jingga dan merah yang menggenangi cakrawala. Wang Yibo pergi mandi dan Xiao Zhan berniat untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri dan juga untuk Yibo. Dia tidak pernah melakukan hal semacam pekerjaan di dapur karena ia seorang tuan muda. Namun sepertinya membuat kopi bukan sesuatu yang sulit. Ketika Xiao Zhan menghidupkan kompor, dia mendapati bahwa gasnya telah kosong. Jadi dia mencari ke satu ruangan kecil dekat dapur di mana ia bisa melihat cadangannya. Saat itu sudut matanya menangkap sesuatu yang terasa familiar.
Di atas kotak-kotak berbagai ukuran yang bertumpuk di sudut, ia melihat satu kotak kayu yang rasanya pernah dia lihat sewaktu di pondok tepi sungai.
Terdorong rasa penasaran yang kuat, dia memeriksanya. Debu menyelimuti permukaannya. Selain kotor, aroma apak menyergap hidungnya. Dia mengerutkan kening, memeriksa dengan cermat. Isinya tidak banyak, tapi cukup untuk membuat matanya bersinar oleh kejutan yang menyenangkan. Kotak itu berisi peralatan tukang, pemantik logam berwarna keperakan, satu bungkus rokok dengan isi dua batang.
Yang terakhir namun tidak kalah penting--- ini dia.
Ponselnya.
Tersenyum takjub karena tidak menduga bahwa Yibo masih menyimpan benda itu, Xiao Zhan mengambilnya. Kondisinya masih bagus selain satu retakan kecil di ujung bawah. Seperti benda itu sempat terbanting keras. Layarnya hitam dan mati. Tentu saja. Dia perlu mengisi daya.
Xiao Zhan membatalkan niat untuk membuat kopi. Dia mundur dan kembali ke kamar, menoleh kesana kemari lantas membongkar laci demi laci. Dia menemukan kabel pengisi daya yang kebetulan cocok dengan ponselnya. Dia menunggu beberapa lama dan tidak sabar untuk menyalakan benda kesayangannya. Tidak sabar menghubungi orang tuanya, tidak sabar untuk memeriksa emailnya. Semoga saja ponsel terisi cepat selama Yibo berada di kamar mandi. Dia sangat penasaran apakah benda itu masih berfungsi. Setelah terisi daya sepertiga, ia menekan tombol power dan mulai menghidupkannya. Matanya melebar sewaktu layar ponsel menyala hidup dan ia mengenali gambar layar berupa fotonya sendiri.
"Aku tidak percaya ini," gumamnya sambil menyeringai.
Belum sempat dia melakukan apa pun dengan ponselnya, suara langkah Yibo yang telah keluar dari kamar mandi membuat Xiao Zhan seketika menutup ponselnya dengan sesuatu dan bersikap senormal biasanya. Dia menghampiri Yibo dan berkata, "Kau terlihat segar dan sangat tampan."
Wang Yibo hanya tersenyum.
"Mengapa kau berdiri bingung di sini? Kau bilang akan membuat kopi," Yibo membalas dengan topik lain, sambil merangkul pinggang Xiao Zhan.
"Ah, ya. Kupikir kita kehabisan gas. Jadi kompornya tidak bisa menyala."
"Astaga," gumam Yibo. "Tuan muda sepertimu harus direpotkan dengan hal semacam itu. Aku jadi merasa bersalah. Baiklah, akan kuganti dengan yang baru."
Yibo melepaskan pelukannya dan berbalik menuju pintu.
"Aku melihat ada cadangannya di sudut dapur," ujar Xiao Zhan, menanti dengan waswas sampai Yibo keluar dari ruangan.
"Ya, aku meletakkannya di sana."
Saat tubuh Yibo lenyap di balik pintu, Xiao Zhan memeriksa ponselnya dengan gugup. Ada beberapa pesan masuk, tapi dia mengabaikannya untuk sementara. Dalam waktu singkat yang dia miliki, pikirannya tertuju pada seseorang yang mungkin bisa dia ajak bicara pada saat ini. Dengan cepat dia menekan nomor Haikuan, menunggu kawannya menjawab telepon dengan dada berdebar.
"Zhan!" suara Haikuan terdengar tidak lama kemudian, nyaris memekik karena terkejut. "Astaga! Di mana kamu sekarang?"
"Ssstttt, Haikuan ... " bisik Xiao Zhan, merendahkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐬𝐩𝐞𝐫𝐚𝐭𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟)
FanfictionSatu insiden tak terduga terjadi di hari pernikahan Xiao Zhan dan Ren Min. Sang pengantin pria tiba-tiba menghilang secara misterius, meninggalkan sejuta tanya dalam hening. Pihak keluarga menduga seseorang telah menculiknya, tapi kebenarannya tak p...