2. Bertengkar?

2.2K 246 3
                                    

Sementara Gin dan Key yang mengantar Caine itu panik, pria berambut merah itu malah santai dan bermain ponselnya.

"Taruh dulu ngapa itu ponsel, Caine! Liat! Kepala lo jadi makin banyak keluar darah!!" ucap Key dengan panik sembari menekan pendarahan di kepala Caine.

"Gue gak selemah itu buat mati. Santai aja kali. Yang harus di pikirin tuh nih cowo rambut abu-abu yang kena tabrak gue tadi. Sampe ga bergerak sama sekali nih anak." tunjuk Caine ke pria yang dia maksud.

Gin menghentikan mobilnya didepan pintu UGD dan memanggil EMS untuk segera datang. Sekitar 8 orang datang dan membawa tandu untuk dibawa ke UGD. Pria berambut abu abu dibawa lebih dulu karena lukanya terbilang cukup serius karena Caine menabraknya hingga terpental ke pohon.

Sementara Caine, setelah diletakkan di tandu, kesadarannya pun ikut menghilang dan ia dibawa ke UGD dengan cepat.

"Duh, gue salah. Maafin gue ya Caine. Padahal gue tau kalo lo baru keluar dari Rumah Sakit kemarin tapi lo tetep gue ajak buat balapan." Gin menyesal. ia mengacak acak rambutnya dengan kencang dan tangannya pun ditahan oleh Key.

"Duh. Lo diem dulu! Ntar lo bakal gue marahin kalo Caine sama si cowok satu itu selesai." Key menggerutu kesal karena mendengar celotehan Gin.

Setelah menunggu berjam-jam, Dokter yang menangani Caine dan pria bersurai abu-abu itu pun keluar.

"Untuk lelaki berambut abu-abu ini untungnya tidak terkena masalah yang sangat serius jadi kondisinya pun sudah stabil. Untuk yang berambut merah, walau luka di kepalanya cukup serius tapi dia kuat. Jadi kami sudah membantu untuk men-stabilkan kondisi mereka berdua." Gin dan Key menghela nafas lega.

Mereka menunduk dan berterima kasih kepada dokter lalu mereka mengikuti ranjang Caine bersama korban tabrakan itu ke kamar yang sama. Untungnya satu kamar itu hanya dapat terisi 2 pasien jadi Gin dan Key tak khawatir akan terganggu oleh pasien yang lain.

Tanpa mereka sadari, mereka diawasi oleh pria berambut putih dan wanita berambut putih dari kejauhan. Setelah melihat bahwa 'teman' mereka baik baik saja, mereka berdua langsung berjalan keluar dari Rumah Sakit dan melapor ke 'atasannya' itu.

"Gimana?" tanya seorang pria dari dalam mobil.

"Krow aman tapi sepertinya pria berambut merah itu tidak aman." ia mengangguk sekali dan memberikan gesture untuk masuk kedalam mobil.

Tanpa basa-basi, mereka berdua masuk ke dalam mobil 'atasannya' dan segera pergi dari area Rumah Sakit.

~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><

"??" Krow membuka matanya dan melihat atap atap ruang rawat inap nya di Rumah Sakit.

"Oh, dah bangun. Sorry ya, temen gue abis nabrak lo semalem. Dia belum bangun dari 2 hari ini. Cuma lo doang." jelas Key ke pria itu.

"Anyway, nama lo siapa? Perlu gue bantuin nganter ke rumah lo ga?" sahut Gin dari kursi seberang.

"Panggil Krow." jawabnya dengan singkat.

"Masalah rumah, gak perlu. Gue bakal minta temen gue buat jemput. Lo urus aja temen lo yang abis nabrak gue." tunjuk Krow ke Caine yang masih terlelap dan mulai berjalan menuju pintu dengan pelan.

"Duh, lama banget lo kalo jalan. Sini gue gendong aja." celetuk Gin dengan suaranya yang keras itu. Ia buru buru menggendong Krow yang memberontak itu menuju ke lobby Rumah Sakit.

"Dah, gue tungguin disini sampe temen lo dateng." ujar Gin.

"Gak perlu."

"Emang gue ada nanya pendapat lo?" imbuh Gin dan Krow hanya mendengus kesal.

Setelah itu mobil berwarna hitam dengan perempuan berambut ungu berada di dalamnya membunyikan klakson didepan Gin dan Krow.

"Duh, harus banget lo yang jemput? Kalo gue mati gimana?" Krow menggerutu sebal.

"Nurut aja ngapa si? Yang lain pada sibuk, cuma gue yang free. kalo gue yang nyetir, pasti aman kok." balas perempuan itu dengan percaya dirinya.

"Kalo tujuannya akhirat, iya aman." Krow memutar bola matanya malas. Lalu ia pun masuk kedalam kursi sebelah pengemudi.

"Eh, dia siapa?" tunjuk perempuan itu ke Gin.

"Orang yang nolongin gue. Buruan Echi, gue ada kerjaan ini."

"Iya iya, buru buru amat." perempuan bernama Echi itu melambaikan tangannya pelan ke Gin dan melaju meninggalkan Rumah Sakit.

"Unik amat tuh anak." Gumam nya pelan. Gin pun berbalik menuju kamar Caine.

~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><

Setelah Echi menjemput Krow, suasana didalam mobil sangat sunyi. Tidak ada yang berani membuka suara hingga sampai di rumah, mereka mendengar suara pukulan yang amat keras dari dalam rumah.

"Ini yang gue bilang mereka pada sibuk tadi." ucap Echi. Krow pun segera turun dari mobil diikuti oleh Echi.

Echi membantunya berjalan hingga sampai di ruang tamu melihat temannya yang selalu memakai topi itu terduduk di lantai bersama Selia.

"Riji kenapa yon? Kok lo emosi banget?" tanya Krow dengan pelan.

"Lu diem dulu, Krow." Rion menatap tajam Krow membuat ia diam tak bergeming.

Rion terus menghajar Riji hingga babak belur dan Selia yang terdiam tak bisa berbuat apa apa membuat Echi menatapnya pilu.

"Yon! Udah!! Ini masalah Caine kan? Gak usah emosi!!" Krow menyela kegiatan Rion membuatnya makin menyulut emosi Rion.

"He's okay. Gin bilang dia cuma tidur, gak koma!!" imbuh Krow.

Rion pun berhenti menghajar Riji dan menatap Krow tanpa ekspresi.

"Gin?" tanya Rion.

"Cowo rambut coklat kalo lo inget." Krow membalas perkataan itu dengan hati-hati takut apabila Rion naik pitam lagi.

"Selia, kok lo bisa ga tau mobilnya bermasalah? Kan lo yang gue suruh jadi penanggungjawab mobil Caine kan?" Selia yang ditanya terdiam.

"JAWAB!!! LO GAK BISU KAN?!" Rion membentaknya membuat Selia terkejut.

"S-sebelum balap itu gue udah cek, Rion! Gak ada masalah di mobilnya!! Gue bahkan cek sampe 5 kali..." jelas Selia dengan gemetaran.

" Terus gimana lo jelasin tentang ban mobil Caine yang tiba-tiba meledak di tengah-tengah balap kek gitu hah?! Lo juga Riji, bukannya udah gue suruh buat ikut ngecek? Lo cek kagak?!" Murkanya Rion membuat Riji bergidik.

"G-gue sama Selia waktu itu ngecek. Gue pastiin gak ada masalah sama sekali di mobilnya sebelum dipake balap." balas Riji.

Riji sedikit kesulitan untuk berbicara karena mukanya yang babak belur setelah dihajar habis-habisan oleh Rion. Lalu Perempuan berambut putih datang menyela pembicaraan mereka semua.

"Papi, di mobil kak Caine ada semacam paku payung. Tadi aku sama kak Mako cek di tempat kejadian, tempat dimana kak Caine kecelakaan itu, ternyata di sana banyak banget jenis paku. Kayanya ada yang sengaja buat nyelakain kak Caine karena iri dan gak suka." perempuan berambut putih itu datang dengan tangannya yang membawa bukti bukti.

"Mia." pria berambut putih bernama Makoto itu memanggilnya dengan pelan. Mia paham oleh panggilan dari sang kakak langsung maju dan memberikan barang bawaannya.

"Nih papi, bisa di cek." Mia memberikan disk CCTV yang ada di jalan itu beserta paku yang diletakkan di plastik sebagai barang bukti.

"Obatin luka lo ke Pak Sui, habis itu ngobrol lagi sama gue." Rion menatap Riji dan yang ditatap pun mengangguk.

Riji langsung berdiri dibantu oleh Selia dan pergi menuju Pak Sui untuk meminta pengobatan, sedangkan Rion mengambil laptop nya untuk mengecek hasil CCTV yang didapatkan oleh Mia.

Tbc

Enemies? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang