Caine memainkan pena nya. Ia merasa bosan hari ini karena guru pengajar kelas miliknya sedang rapat dengan guru-guru lain.
Hingga bel sekolah pun berbunyi menandakan bahwa jam sekolah diselesaikan dengan cepat. Caine membereskan barangnya, disaat ia ingin berdiri, sebuah tangan menggapai lengannya.
"Kenapa?" tanya Caine.
Rion terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan genggamannya dan membiarkan Caine pergi sambil menatap dirinya ketus.
"Gak jelas." Caine pergi menghampiri Gin dan Key yang sudah menunggunya di depan kelas dan pergi menjauh sampai menghilang dari pandangan Rion.
Rion melihat ke arah pantulan logam yang ada di meja nya. Cahaya silau yang ia lihat saat bersama Caine itu sudah pergi dan ia menyadari bahwa ada 2 anggota nya menunggu sembari bersembunyi di dekatnya.
"Coba lo pada cari tau siapa yang nargetin Caine tadi. Posisi gedung seberang." Selia dan Riji yang sedari tadi bersembunyi langsung keluar dan pergi mengeceknya.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Sementara Caine, ia berjalan sambil tertawa riang dengan Gin dan Key. Sampai-sampai ia tak sadar bahwa perempuan berambut putih di depannya berjalan dengan tergesa-gesa dan menabrak dia dengan keras.
"Aduh, sorry. Lo gapapa?" tanya Caine sambil membantu perempuan itu berdiri.
"Ah, ga papa kak... Loh? Kak Caine kan?" tanya perempuan itu.
"Kok tau?" Caine memiringkan sedikit kepalanya dan menatap perempuan tersebut.
"Oh.. Di angkatan ku Kak Caine jadi gosip. Oh iya! Namaku Mia, salam kenal ya kak Caine!" Seru Mia dengan antusias.
"Iya iya, salam kenal juga adik manis." balas Caine dengan senyum.
"Maaf ya kak, aku lagi buru-buru! Duluan ya!" Caine mengangguk dan melihat Mia menjauh.
"Suka ya lo?" celetuk Gin dan Key secara bersamaan.
"Enak aja lo! Gue sukanya yang ganteng." bantah Caine.
"Hah?! Ganteng?!!" Gin dan Key terkejut mendengar sanggahan dari temannya itu.
"Cewe! Gue masih suka cewe!! Maksud gue tadi cewe yang ganteng! Salah paham mulu lo pada, heran gue."
Gin dan Key hanya tertawa kecil dan setelah itu mereka bertiga berpisah lalu pulang ke rumah mereka masing-masing.
Mia yang sedari tadi melihat mereka dari kejauhan pun segera pergi setelah memastikan Caine pulang menaiki motornya.
Tetapi, saat ia ingin melangkahkan kakinya menjauh, dua orang mengenakan jaket hitam dan helm hitam itu mengikuti Caine. Mia mendesis kesal dan buru-buru berlari menuju parkirannya lalu mengejar 2 orang itu.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Sedangkan Caine, ia merasa bahwa ia diikuti oleh seseorang sejak keluar dari sekolahannya. Ia membelokkan sepeda nya di gang buntu dan berhenti di sana.
"Turun lo." ujar Caine sembari membawa tongkat baseball yang ia temukan di sebelah motornya.
Kedua orang itu saling menatap selama beberapa detik lalu turun dari motornya. Tak disangka, mereka juga membawa sebilah pisau di dalam jaketnya.
"Gue iri sama lo yang selalu menang di balap itu. Lo kudu mati biar gue bisa nempatin nomer 1 pembalap terbaik." ucap salah satu dari mereka berdua sambil menodongkan pisau itu ke depan.
"Gue gak takut. Maju lo berdua." Caine menantang kedua orang itu dan mengarahkan tongkatnya ke depan dengan berani.
Orang-orang itu langsung menerjang Caine dan dengan sigap Caine memukul kedua tangan pria itu hingga pegangannya ke pisau itu lepas.
Caine lompat dan menendang mereka sampai mereka terpental menghantam motor mereka. Saat Caine mendekati mereka, sebuah lemparan pisau mengenai kaki Caine membuat dirinya terjatuh.
"Sialan, licik ya lo bawa bawa temen." kata Caine dan ia mencabut tusukan pisau itu dengan pelan.
"Gue gak akan ngebunuh lo semua, jadi maju kalian. Gue bikin lo pada nyesel cari gara gara ke gue." Caine tersenyum dan menantang mereka yang datang.
Meskipun ia kalah jumlah karena 2 orang yang melawannya memanggil 8 orang lainnya, tapi ia tidak takut. Caine maju dengan sedikit sempoyongan dan menghajar mereka semua.
Setelah mereka semua babak belur, ia berbalik untuk mengambil sepeda nya dan tanpa ia sadari, satu lelaki yang sudah babak belur itu mengambil salah satu pisau kecil dan menusuk dalam perut Caine.
"Mampus lo. Mati aja lo, ga guna lo hidup." setelah mengatakan hal itu pria itu mencabut tusukannya hingga darah keluar mengucur dengan deras dari dalam baju Caine.
Sebelum Caine kehilangan kesadaran, ia berbalik dan hendak menghajar pria itu tapi ia segera jatuh. Dalam pandangannya yang semakin memburam, ia melihat 4 orang yang menolongnya, menembak 10 pria yang sudah mengepungnya itu sampai mati.
Setelah itu Caine benar benar kehilangan kesadaran tanpa tahu siapa yang telah menolongnya.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Tak disangka bahwa yang menolong Caine adalah Rion, musuhnya sendiri. Ia mengikuti Mia dari belakang dan memanggil teman temannya untuk jaga jaga.
Sementara itu, Rion yang melihat Caine pingsan itu langsung menembakkan peluru nya ke orang yang menyerang nya itu dengan brutal.
"Rion, udah. Ayo bantu dulu ini si Caine. Keburu pendarahannya makin parah." Sela Riji.
Rion menghembuskan nafasnya kasar lalu ia berlari menggendong Caine ala Bridal Style.
"Mako, lo bawa motornya si Caine. Riji, lo setirin mobil gue. Terus Krow, lo ambil alih mobil si Riji." semua mengangguk patuh dan segera melaksanakan tugasnya.
Bila ditanya dimana Selia, kondisinya mungkin tidak se mengenaskan Caine tapi ia tetap terluka. Hanya saja dia pingsan setelah dipukul oleh seseorang. Riji hendak mengejarnya tapi dihadang oleh Echi dan ia menyampaikan pesan Rion untuk mengikutinya mengejar Caine.
Mia pun mengalami hal yang sama. Setelah ia menyampaikan pesan di radio bahwa Caine diikuti oleh seseorang, ia langsung pergi menyusul Caine. Sekarang Ia berada di dalam mobil Mako dalam kondisi tubuh yang penuh luka. Mako menebak bahwa Mia diserang di jalan saat mengikuti Caine.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya