"Kepala gue pusing banget. Semalem gue ga bisa tidur sumpah." kata Krow sambil memijat sedikit kepalanya.
"Sini gue pijitin." sahut Jaki dari balik punggung Krow dan menggantikan tangan Krow untuk memijat kepala nya.
"Kenapa emang kok sampe ga bisa tidur?" tanya Rion yang sedang berkutat dengan laptop nya.
"Semalem gue dapet chat aneh. Pas mau gue forward ke grup chat-nya hilang dan dia nge blokir gue." balas Krow.
"..." Jaki menatap Krow tanpa ekspresi.
"Kalo dipikir-pikir, gue kemarin juga ada liat orang misterius. Dia pake outfit jaket kulit, celana jeans sama topi an. Yang jelas, rambutnya item dan poni dibelah 2." imbuh Jaki.
"Kok lo ga ngomong ke gue?!" balas Rion sembari menutup laptopnya dengan keras.
"Gue ga sempet mau bilang kalian dah pergi. Belum lagi si Krow dapet pesannya setelah gue ngeliat tuh orang. Menurut lo ini masuk ke insiden sengaja atau ga sengaja?" sahut Jaki.
Ia selesai memijat Krow lalu duduk disebelahnya. Caine duduk diam merenung berpikir tentang percakapan mereka.
"Lo tau sesuatu Caine?" tanya Rion yang sadar akan sikap aneh Caine.
"Gak, kalo ga salah gue juga dapet telpon misterius. Mau gue angkat tapi sama dia keburu ditutup." ucap Caine.
"Loh, mami juga dapet notif dari tuh orang?!" balas Krow dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Hm... Nomernya ga dikenal sih, cuma ada inisialnya. Punya lo inisialnya apa Krow?" tanya Caine dan ia langsung membuka nomor dari orang yang menelponnya semalam disaat semua orang sudah tertidur.
"Gue... Bentar, gue cari dulu." Krow terlihat fokus pada ponsel nya membuat situasi di ruang tamu terasa tegang.
Disaat acara santai begitu, mereka malah mendapatkan perilaku aneh dari orang misterius.
"Oh ini!! Inisialnya AS, punya mami apa?"
"Punya gue cuma A. Lo ada bisa nebak?"
Semua terlihat berpikir. Mereka mulai menggali informasi yang mereka punya tak terkecuali Rion.
"Kita kaga ada kenalan yang punya inisial AS sama A. Coba lihatin ke gue ponsel lo berdua, Krow sama Caine." lalu keduanya memberikan ponsel mereka kepada Rion.
Disaat Rion sedang mencoba menganalisa pesan itu, Echi, Gin dan Elya mendapat pesan dari orang yang berbeda lagi.
"Lo ga akan selamat." -Elya.
"Keluar atau nasib lo sama kaya Elya." -Echi
"Kasian banget lo." -Gin
"APA-APAAN?!!" teriak dari Gin, Echi dan Elya itu secara bersamaan membuat mereka semua terkejut.
"Kenapa lo bertiga?" tanya Rion.
"Gatau nih, orang ga jelas ngirimin gue pesan kalo gue disuruh keluar, tapi gue ga tau maksudnya gimana." ucap Echi.
"Gue malah dibilang ga bakal selamet. Selamat dari apaan dah?" balas Elya yang merasa sebal itu.
"Kalo gue cuma dibilang kasian." sahut Gin.
Tak lama notif dari ponsel Garin berbunyi keras. Ketika sang empu melihatnya, ia terlihat shock.
"Gue tau rahasia lo semua. Tinggal tunggu waktu." -Garin.
"Eh, gue barusan dapet pesan mencurigakan. Dia bilang kalo dia tau semua rahasia kita." ucap Garin sedikit panik.
Tak sengaja matanya menatap Caine yang sedikit tersenyum saat bermain ponselnya. Ia penasaran dengan apa yang dilihat Caine, namun ia tutup mulut karena itu bukan suatu keharusan.
"Jangan jangan lo Caine?" ucap Rion memicingkan matanya curiga kepada Caine.
"Hah? Gue kenapa? Ngapain juga gue ngabisin waktu nge prank anak anak." balas Caine malas.
"Daritadi disini yang fokus main hp cuma lo Caine." ucap Rion sedikit tajam.
"Emangnya kalo gue main hp bisa nentuin yang ngirim pesan ke mereka gue?" Caine meletakkan ponselnya dengan kasar lalu menatap Rion kesal.
"Udah woy! Disini kita keluarga, jangan curiga satu sama lain napa." Krow memotong pembicaraan Rion dan Caine yang seperti akan memanas itu.
Setelah itu, pembicaraan mereka ditutup hanya sampai situ saja. Rion dan Caine memutuskan untuk pergi keluar sedangkan yang lain hanya kembali ke kamar mereka masing-masing.
"..."
"gagal."
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Saat ini yang sedang berada dirumah hanyalah Garin, Gin, Funin. Kondisi rumah itu diisi dengan suara menggelegar dari bercandaan mereka bertiga.
"Caine masuk radio, dikamar ada hp gue gak? Yg dirumah tolong cek in." ucap Caine dari dalam radio.
"Bentar, gue kasih tau kalo nemu." balas Funin.
Ia segera beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamar Rion dan Caine di lantai atas.
"Lo ngapain ke kamar Rion sama Caine, nin?" tanya Garin dan Gin yg sedari tadi mengikutinya dari belakang.
"Caine minta buat ngecek hp nya ada di kamar apa kaga. Mumpung lo berdua ada disini, bantu gue nyari biar cepet ketemu." mereka berdua mengangguk dan ikut membantu Funin.
"Gue nemu!" ucap Garin berdiri didepan laci meja kamar tersebut.
Setelah itu, beberapa detik kemudian notifikasi pesan dari nomor tak dikenal muncul. Garin ingin membukanya tapi...
"Eh tapi ini hp nya dikunci." sahut Funin.
"Facelock... EH COBA PAKE WAJAH LO, NIN!" sahut Gin dengan suara lantangnya.
"Lah, kenapa gue?" balas Funin sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Kan muka lo yg paling mirip sama mami. Coba aja."
Funin menghela nafas. Dia mengambil hp Caine dari tangan Garin lalu mengarahkannya ke muka nya.
Ajaibnya, ponsel Caine langsung terbuka kunci nya dan menampilkan pesan misterius itu.
"Bunuh mereka."
"Atau lo yang gue bunuh."
"Gue tunggu jawaban lo 2 hari lagi, Caine."
"Jangan coba-coba cari tau gue."
"Udah selesai buka bukain hp orang lain, hm?" tanya Caine yg tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang mereka bertiga.
"..." Tak ada satupun dari mereka bertiga menjawab perkataan Caine yang membuat pria bersurai merah itu sedikit terheran.
"Maaf habis buka ponselnya mi." ucap Funin sedikit tertunduk kepalanya.
"Emang abis baca apaan kalian? Ga ada angin, ga ada ujan,tiba-tiba jadi pendiem gini." balas Caine.
"Itu..." Garin menggantungkan perkataannya, terdengar nada sedikit ragu dalam perkataannya.
"Lo cek sendiri aja, Caine. Gue, Funin sama Garin mau turun ke ruang tamu. Ada Rion kan?" Caine mengangguk lalu ia ditinggalkan mereka bertiga di kamar sendirian.
Caine menatap pintu yg sudah tertutup itu. Lalu, Caine langsung membuka ponsel nya melihat apa yg dibaca oleh Gin, Garin, dan Funin baru saja.
Ia membelalakkan matanya tak percaya. Ia bahkan tak mengenal nya tapi kenapa ketikannya seperti sudah saling mengenal sejak lama?
Caine langsung berlari keluar dari kamar nya dan menghampiri Gin, Garin, Funin, yg berdiri dibelakang Rion yg memasang wajah ekspresi seramnya.
"Lo... Pasti tau sesuatu kan Caine?"
Tbc
Spoiler dikit nih, bagi kalian yang udah baca sampe sini...
Karena bentar lagi mau end, ku saranin kalian siapin mental untuk 3 chapter terakhir ya👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya