"Caine, dah siap belom?!"
Rion menunggu diruang tamu. Ia menatap jamnya sudah 20 menit sejak ia menunggu Caine bersiap yang tak segera selesai. Caine langsung keluar dari kamarnya dan turun ke ruang tamu dengan terburu-buru.
"Sabar! Gue juga butuh waktu buat siap-siap! Dah, yok berangkat." Caine berjalan lebih dulu meninggalkan Rion.
Rion menaiki mobil miliknya dan Caine berjalan menuju motornya. Ia mencari kuncinya di tas namun tak menemukannya.
"Bentar." ucap Caine.
"Kenapa lo?" Caine tak menjawab.
Ia bergegas masuk ke dalam rumah dan mencari kuncinya. Setelah menemukannya ia langsung menuju ke bagasi dan menyalakan motornya.
"Kunci gue tadi ketinggalan." balas Caine.
Rion hanya mengangguk kecil dan pergi lebih dulu.
"Mami!" Krow berteriak dengan kencang.
"Lo ga masuk sekolah Krow?" yang ditanya hanya menggeleng pelan.
"Gue sakit. Udah titip ijin ke Jaki, ntar juga disampein sama anaknya." Caine menatap Krow sedikit khawatir.
Ia menempelkan tangannya ke dahi Krow dan benar saja, suhu tubuhnya memang sedikit tinggi.
"Mia!"
"Iya mami?" Mia pun muncul dibelakang Caine secara tiba tiba.
"Yang gak sekolah siapa aja dirumah?" Mia terlihat berpikir sejenak.
"Ada kak Riji, kak Mako sama kak Elya sih. Kenapa mi?"
"Kamu sekolah?" Mia mengangguk kecil.
"Kalo gitu, kamu anterin si Krow ke kamarnya terus minta kakak-kakakmu buat bantu ngurus Krow. Ayo, ku tunggu disini. Kita berangkat bareng." ucap Caine.
Sudah 3 harian dia berbicara menggunakan aku-kamu pada Mia. sedikit terpaksa karena tidak enak kalau berbicara menggunakan Lo-gue pada juniornya itu.
Setelah menunggu sedikit lama, Mia pun datang begitu selesai mengantar Krow. Mereka pun berangkat berboncengan sampai sekolah.
Banyak sekali yang melihat mereka. Apalagi saat sampai di depan gerbang, Caine tak sengaja rem dadak hingga Mia memeluknya tanpa sengaja.
"Lo liat tadi? Gila, keknya gosip baru nih si Caine sama junior itu pacaran."
"Yah, gak rela gue. Masa selera Caine yang junior begitu?"
"Emang lo siapa bisa nentuin selera Caine sama siapa ha?"
"Ayo masuk, ntar orangnya denger."
Siapa sangka, ternyata percakapan mereka semua dapat didengar oleh Mia dan Caine. Mereka hanya tertawa kecil lalu turun dari motor.
Rion menghampiri mereka berdua dan segera menariknya menuju ke kelas masing-masing.
"Aduh aduh, iya iya! Paham kalo kak Caine cuma punya kak Rion doang, jangan tarik tarik gini dong! Sakit tau!!" Mia langsung menarik tangannya dan melihat pergelangan tangannya sedikit memerah.
"Lo gila banget. Tangan Mia sampe merah gini abis lo genggam." Caine meniup pelan pergelangan Mia.
Lagi lagi murid di sana berteriak histeris. Membuat Caine dan Mia kebingungan. Rion pun menghela nafasnya.
"Lo masuk." Mia yang merasakan tatapan tajam Rion langsung buru-buru masuk ke dalam kelasnya.
Rion langsung menarik tangan Caine untuk pergi menuju kelas mereka berdua. Sesampainya di kelas, mereka melihat bahwa seisi kelas sedang menyaksikan film di depan kelas.
"Laptop siapa yang lo pada pake buat nonton?"
"Oh, tadi guru ada yang masuknya lebih awal." kata Jaki dengan entengnya.
"Lo dah dapet izin orangnya belom?"
"Udah, katanya boleh buat nonton. Tapi bentar doang." Rion mengangguk lalu menarik Caine untuk duduk di bangku milik mereka berdua.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Bel istirahat berbunyi. Semua anak kelas Caine mulai berbondong-bondong keluar dari kelas, beberapa juga ada yang mengeluarkan bekal makanan mereka untuk dimakan dikelas.
Caine bermain ponselnya bosan. Rion sudah pergi sejak bel berbunyi. Lalu, suara ketukan pintu di depan kelas membuat Caine dan beberapa anak didalamnya menoleh.
Didepan kelasnya terlihat Gin berbicara dengan seorang wanita dan seorang pria. Caine menatap Gin dari dalam kelasnya. Tak biasanya pria itu terlihat canggung berbicara dengan seorang wanita.
Tak lama, Gin pun membuka pintu kelasnya dengan kasar.
"Caine!! Ada yang nyariin lo!!" teriak Gin dari luar kelasnya.
"Ada yang nyariin Caine?"
"Kita ga kenal wajahnya, masa anak alumni?"
Caine berdiri dari duduknya lalu menghampiri Gin dan wanita itu. Ia sedikit terkejut melihat siapa yang datang.
"Kakak? Ngapain kakak kesini?" tanya Caine.
"Pulang. Gue dah izinin lo ke guru lo. Ortu kecelakaan pas balik dari bisnis." Gin terkejut.
Rion yang baru saja datang membawa kaleng soda itu pun sontak menjatuhkannya. Suara itu sedikit mengejutkan Caine dan Gin yang tengah melamun.
"Kak makomi bukan?" Kakak Caine yang sedari tadi hanya menatap Caine tanpa ekspresi menoleh ke arah Rion lalu mengangguk.
"Buruan beres beres. Gue tunggu disini." Caine mengangguk dan berjalan dengan tatapan kosongnya itu.
Saat Caine keluar tangannya ditahan oleh wanita yang berdiri disebelah Gin. Ia memberikan Caine surat berwarna merah lalu berlari menjauh.
"Cewe tadi mau confess, tapi begitu denger kabar ortu lo kena musibah dari kak Mako, dia akhirnya cuma ngasih itu doang." jelas Gin.
Caine mengangguk pasrah lalu berjalan menjauh mengikuti Makomi. Rion dan Gin saling bertatapan.
"..."
"Gin." yang dipanggil pun menoleh.
"Besok kalo si Caine dah sekolah, suruh pindah rumah ke rumah kita aja. Gue rasa, kak Makomi ga bakal netap disini selama 2 hari." kata Rion dengan pelan.
"Niat gue gitu." ucap Gin sambil mengangguk pelan.
Setelah Caine pergi, berita tentang orang tua Caine yang terkena musibah itu langsung menyebar ke seluruh sekolah. Beberapa ada yang mengasihani Caine, dan beberapa ada yang tak peduli dengan itu.
Tbc
Cie, ada yang kecewa ga Makomi dijadiin kakak instead dijadiin crush Caine? 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya