Caine akhirnya membuka matanya setelah seminggu ia tertidur. Key dan Gin yang baru saja datang menenteng tas sekolah mereka pun terkejut. Mereka langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Caine.
"Pak Caine sudah baik-baik saja. Beliau diperbolehkan pulang hari ini." ucap dokter.
Gin dan Key mengangguk antusias lalu membiarkan sang dokter pergi. Caine menatap temannya aneh.
"Masih waras kan lo pada?" tanya Caine. Ia memastikan bahwa temannya itu masih dalam akal sehat.
"Lo pikir kita udah gila? Lo ditanyain sama guru mulu, gue sampe bosen." ujar Gin dan mendudukkan dirinya di kursi kamar rawat itu bersama Key.
"Tanya gimana emang?"
"Ya tanya lo kemana lah, sakit seminggu sakit apa lah, mau dijenguk apa engga lah. Macem macem deh, gue males jawab nya, jadi cuma gue senyumin doang." sahut Key.
"Oh! Rion juga tanya sih, katanya lo kemana udah seminggu ga masuk sekolah gitu. Kek, nyari eksistensi lo." imbuh Key.
"Rion? Ngapa dah tu anak nyari gue." ujar Caine dengan malas.
"3 hari yang lalu juga ada anak pindahan, yang satu rambutnya pink, satunya lagi putih kek uban anjir." lanjut Gin dengan semangat.
"Ngawur banget anak orang lu kata udah punya uban." balas Key dan memukul kepala Gin.
"Namanya siapa?" Key dan Gin sejenak berpikir...
"Kalo ga salah inget, si rambut pink itu Jaki, si rambut putih itu Aenon." jawab Key.
"Jaki? Cowo? Gue kira cewe." Key mengangguk.
"Gue juga ngira dia cewe, cantik sih wajahnya tapi ternyata cowo dia." Caine mengangguk paham.
"Dah ayo pulang, gue ga mau bau obat lagi disini. Gue kangen rumah gue."
Caine pun berdiri dibantu oleh kedua temannya itu. Mereka berjalan menjauh dari Rumah Sakit. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat didepan mereka, memperlihatkan perawakan seseorang berambut ungu gelap duduk di dalam mobil itu.
"Kok lo tau gue disini?" tanya Caine dan menatap nya curiga.
"Gak usah banyak tanya lo, masih untung gue kasih tumpangan. Pikir-pikir hemat dikit lah duit lo itu." balas Rion.
"Ck! Yaudah, gue naik. Thanks." Caine menyuruh Gin dan Key untuk ikut naik mobil itu.
Caine duduk di kursi sebelah kursi pengemudi. Rion pun menjalankan mobilnya menuju rumah Caine.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
"Dah sampe. Cepet turun." cetus Rion dengan kasar.
"Tanpa lo suruh juga gue bakal turun sendiri." Caine membuka pintu mobil itu dan menarik teman temannya untuk keluar dari mobil Rion.
Setelah mereka bertiga keluar, Rion tak berucap sepatah katapun dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan Caine dan 2 temannya didepan rumah.
"Emang anak--"
"Stop ngomong kasar." potong Key. Gin pun mendesah pasrah.
"Udah, yok masuk. Sementara lo berdua nginep dulu aja di rumah gue." ujar Caine.
Gin dan Key mengangguk dan mereka pun masuk ke dalam rumah Caine.
"Caine... Ini beneran rumah lo?" Key memandang sekitar rumah Caine. Gin pun yang biasanya hanya mampir ke depan rumah Caine saja hanya bisa melongo.
"Hah? Bukannya kalian pernah ke sini?" tanya Caine kebingungan.
"Lah? Kapan anjir, kita ga pernah ke rumah lo sebelumnya. Yah... Gak heran juga sih, kita kan sempet musuhan waktu itu tapi perasaan dulu rumah lo ga gini deh?" kata Key.
"Oh, bukan emang, gue kesini soalnya rumah ini butuh diurus beberapa hari. Orang tua gue pada sibuk keluar negeri, jadi ga bakal sempet ngurusin nih rumah." Key dan Gin pun mengangguk.
Mereka berjalan mengikuti Caine dan masuk ke sebuah kamar yang ditunjukkan oleh Caine. Gin memakai kamar yang dipakai kakaknya sedangkan Key memakai kamar tamu.
Malam pun tiba, Caine mendapat pesan didalam grup kelas bahwasanya teman temannya ingin menjenguk nya tapi ia segera menyanggah perkataan itu dan mengatakan bahwa ia sudah pulang dari Rumah Sakit dan akan kembali sekolah besok.
"Caine, lo yakin lo besok masuk?"
Entah mengapa Gin merasa sedikit meng khawatirkan Caine karena dia baru saja keluar dari Rumah Sakit takut hal seperti malam itu terulang kembali.
"Santai aja kali, gue gak selemah itu juga. Toh gue masih hidup kan sampe sekarang?" ucap Caine.
"Ya udah. Gue tidur duluan." Caine mengangguk dan mereka pergi menuju kamar masing masing untuk tidur.
Keesokannya, Caine berangkat bersama Key dan Gin ke sekolah. Menaiki motor kesayangannya membuat dirinya menjadi sorot perhatian.
"Apa dah, perasaan gue juga bukan murid baru kok pada ngeliatin." Caine melepas helmnya dan merapikan rambutnya yang berantakan.
Lagi-lagi aksinya membuat siswa-siswi yang melihatnya semakin heboh. Caine yang pusing mendengarnya hanya bisa tersenyum pasrah.
"Mampus lo, salah sendiri pake motor lo yang itu. Motor yang ini kan biasanya cuma buat balap, lagian tumbenan amat lo pake motor kesayangan lo?" ejek Gin.
"Motor yang buat gue ke sekolah lagi di bengkel. Ini aja gue males pake motor begini kalo ke sekolah." Caine memutar bola matanya malas.
"Yok masuk, bentar lagi bel bunyi." ajak Key ke kelas.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Sesampainya di kelas, suasana yang awalnya sepi pun menjadi ramai begitu melihat Caine dengan rambut berantakannya itu.
"Wah gila! Caine kah?"
"Kok berubah banget sejak habis masuk Rumah Sakit?"
"Yo! Gue Jaki, salken ya!" cowo berambut pink itu tiba tiba merangkul bahu Caine dan Gin sambil tertawa.
"Lo waras?" tanya Gin.
"Waras lah. Orang secakep gue masa Gila." balas Jaki dengan cepat.
"Banyak kok orang gila modelan kek lo." imbuh Caine.
"Enak aja gue disamain sama orang gila." Jaki melepas rangkulannya dan menarik Aenon yang sedang berbincang dengan Key itu ke Caine.
"Nah dia Aenon, salken ya Caine!" Aenon memasang wajah tak terimanya karena ia sedang asik berbicara dengan Key pun terganggu.
"Oh, iya."
Caine melangkah lebih dulu ke bangkunya dan duduk sambil memainkan ponselnya tak mempedulikan kondisi kelasnya yang lumayan kacau.
"Lo ngapa dah tiba tiba sksd sama Caine?" tanya Gin ke Jaki.
"Ya suka suka gue lah Gin, gue juga biasanya gini kok." balas Jaki.
"Bohongnya keliatan banget. Lo pikir kita gatau kelakuan lo yang sebenernya?" Jaki terdiam setelah mendengarkan perkataan Key.
"Kelakuan yang mana?" Aenon memotong pembicaraan dan menatap mereka serius.
"Lo ngapain di tengah jalan? Minggir." Rion tiba-tiba datang menyela pembicaraan mereka.
Key, Gin, Aenon dan Jaki pun menyingkir. Rion berjalan duduk disebelah Caine yang sibuk memainkan ponselnya.
"Awas aja lo kalo berani cari gara sama Caine. Gue hajar lo." ancam Gin dan ia pun menarik Key untuk pergi ke tempat duduk mereka.
Jaki dan Aenon hanya saling menatap satu sama lain. Saat mereka ingin berbincang, mereka tak sengaja melihat ke Rion yang memberikan Warning sign pada mereka. Jaki yang paham pun langsung menarik Aenon untuk pergi ke tempat duduk mereka.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasíacerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya