Setelah aksi penculikan yang terjadi pada Caine kemarin, sekarang ia sudah bisa bersantai tanpa gangguan apapun.
"Akhirnya setelah berhari-hari gue kena kejar, bisa nyantai juga." ucap Caine yang sedang tidur menatap atap kamarnya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia melihat siapa yang mengiriminya pesan di malam hari begini.
"Key? Tumben nih anak nge-chat gue."
Caine membuka room chat temennya itu lalu membacanya. Ia mengernyit heran. Tak biasanya Key memintanya untuk melakukan balap lagi.
"Gue telpon aja kali ya?" tanya Caine.
Caine menekan nomer Key lalu menunggu dari pihak sana untuk mengangkat teleponnya.
"Halo, kenapa Caine?" tanya Key
"Lo minta gue balap, emang siapa musuhnya? Tumbenan amat lo yang nyuruh gue balap lagi." timpal Caine.
"Itu... Lo dateng aja jam 12. Ntar gue ceritain di sana. Tau tempatnya kan?" tanya Key.
"Tau. Gue dateng ntar, awas aja lo kalo ga jadi cerita." balas Caine.
Key hanya tertawa mendengarnya dan tak lama telepon itu pun ditutup oleh Key. Caine menghela nafasnya. Ia melihat ke jam dinding miliknya menunjukkan pukul 11 malam.
Caine langsung berdiri dan mandi untuk bersiap-siap. Setelah bersiap, ia mencari ponselnya dan menelpon Gin. Selama 3 kali ia menelpon tak dibalas, akhirnya telponnya diterima.
"Hm... Halo? Lo ngapain nelpon gue jam segini... Gue ngantuk nih, hoam..." terdengar suara serak dari telpon Caine.
"Gue ada balap. Ga mau lihat lo?"
Lalu, suara benda jatuh terdengar sangat kencang dari benda pipih tersebut.
"Lo kan gak ada jadwal balap Caine?! Siapa yang minta lo balap malem ini?!!!" suara teriakan Gin itu membuat telinga Caine sedikit berdengung.
"Lo berisik amat dah. Gue juga gatau kenapa gue ada balap malam ini. Tadi gue dikasih tau si Key ada yang nantangin gue balap dadakan. Giliran ditanya kenapa, dia nyuruh gue dateng ke lokasi." balas Caine panjang lebar.
"..."
"Tungguin gue. 15 menit gue bakal nyusul lo. Kita berangkat kesana bareng." setelah itu terdengar suara telepon terputus dari pihak seberang.
Caine melihat jam di ponselnya masih menunjukkan pukul 11:30. Masih ada waktu 15 menit menunggu Gin datang, ia pun pergi ke dapur untuk membuat roti sandwich.
Caine pun membawa rotinya menuju ruang tamu. Ia memakannya sembari melihat konten yang sedang ramai di medsosnya.
Tak terasa 15 menit terlewat, Gin benar benar datang menepati waktu. Caine segera keluar membawa helm full-face nya dan mengeluarkan motor kesayangannya dari garasi.
Gin pun pergi lebih dulu dan diikuti oleh Caine dibelakangnya. Sesampainya di tempat balap, mereka melihat ada banyak sekali yang menunggu disana.
Key melambaikan tangannya dari arah cafe. Gin dan Caine segera pergi kesana meminta penjelasan dari Key.
"Jadi kemarin gue tuh pas lagi tidur dirumah, dapet telpon dari nomer kosong. Pas mau gue cari posisi orang yang nelpon gue, tiba tiba ditutup gitu aja telponnya. Mana isinya ngancem gue sambil bilang 'minta Caine Chana buat ikut balap. Kalo besok gue gak nemu keberadaan dia di balap, si Caine ini bakal gue teror.' gitu." jelas Key.
"Lo bisa ngenalin suaranya kaga?" Key menggeleng saat ditanya oleh Caine.
"Masalahnya gue sadar kalo dia pake voice changer. Jadi gue ga bisa tau dia siapa." balas Key.
"Ya udah, balap aja dulu. Ntar gue ikutin si Caine dari kejauhan." ucap Gin.
Key dan Caine pun mengangguk. Mereka segera berjalan ke pinggir jalan dan Caine bersiap untuk melakukan aksi balapnya itu. Gin menatap Key dan berbisik agar Caine tak mendengar percakapan mereka berdua.
"Gue bakal open radio. Jadi kalo misal ada bahaya, gue bakal ngasih tau lewat radio. Rion gatau kan kondisi Caine yang sekarang kan?" bisik Gin pada Key.
"Untuk sekarang engga. Semoga aja Rion sama yang lain ga open radio juga sekarang." sahut Key.
Gin dan Key pun mengaktifkan radio mereka. Gin langsung menaiki motornya dan pergi sedikit menjauh dari Caine.
Beberapa menit setelah Gin sedikit menjauh, balap liar yang dilakukan Caine pun dimulai. Mereka langsung melaju dengan kencang diikuti oleh Gin di belakangnya.
Gin fokus melihat ke depan dimana Caine yang ahli itu meliuk-liuk motornya di tengah jalan. Matanya itu tak sengaja melirik ke arah atap gedung yang ada di pinggir jalan.
Matanya terasa silau karena ada 2 penembak yang bersedia untuk menembak dirinya dan Caine itu. Gin segera melepas salah satu pegangan pada motornya dan menyalakan radionya.
"Gin masuk radio. Key, tolong gue. Gue ga bisa kalo ngelawan mereka. Gue ga lagi bawa senjata. Ini ada 2 orang yang narget gue sama si Caine. Ke tempat gue dong." suara Gin masuk ke dalam radio dan diterima oleh Key.
Namun, siapa sangka ternyata anggota TNF sedang menyalakan seluruh radio mereka. Gin sekilas melirik ke arah koordinat yang ia kirim di chat Key dan tak disangka suara dari semua anggota TNF masuk ke dalam radionya.
"GIN LO DIMANA? KIRIM KOORDINAT LO KE KITA, CEPET!! SI PAPI NGAMUK INI!!!" teriak Krow dari radio.
"duh, gue sama Key bisa nanganin ini. Kalian ga perlu intervensi. Cuma 2 orang doang kok." balas Gin.
Setelah itu, Gin meletakkan radionya ke dalam saku celana nya dan menarik gasnya sekencang mungkin untuk menghindari tembakan beruntun.
"CAINE!!!!" sekilas, Gin dapat melihat Caine melirik ke arah spion.
Gin memberi sinyal bahaya melalui tangannya kepada Caine. Seakan mengerti, Caine langsung menoleh ke arah atap gedung dan benar saja ia sedang dibidik oleh seseorang.
Caine dengan lihai meliuk-liuk motornya dan menambah kecepatan gas motornya. Gin yang tak sepandai Caine yang bisa membelok belokan motornya pun hanya berjalan lurus mengikuti Caine.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
Rion membanting meja yang ada di rumah itu. Gin memutus sepihak suara radio itu membuat Rion semakin marah.
"Lacak dimana mereka." Rion pergi ke kamarnya selagi Mia melacak keberadaan Gin.
Untungnya setiap radio yang mereka bawa sudah dipasangi chip khusus jadi Mia bisa langsung tau. Setelah tau keberadaan Gin, Rion keluar dari kamarnya membawa perlengkapan senjata yang tak disangka oleh anggota TNF.
"Loh pi, itu kan peralatan buat SPR-2... JANGAN BILANG?!!" Krow terkejut.
"Jangan salah paham. Ini buat jaga jaga kalo emang darurat. Gue pakenya yang kecil." potong Rion
"Gue ikut pi." ujar Echi.
"Ga usah. Gue sendiri bisa." balas Rion dengan cepat.
"Ga mau. Gue bakal tetep ikut."
Echi mengeluarkan senjata 'Light Fifty' miliknya yang sudah lumayan lama tak ia pakai namun masih terlihat bagus. Rion dan yang lainnya terkejut. Entah darimana Echi mendapatkan uang sebanyak itu karena yang mereka lihat, Echi tak pernah memegang uang sebanyak itu.
"Ya udah, lo ikut gue. Yang lain tetep di rumah. Kalo si Gin tiba tiba pindah area, bilang ke radio."
Semua mengangguk dan Rion serta Echi langsung pergi begitu saja menggunakan mobil. Senjata yang mereka bawa, mereka letakkan di kursi belakang.
Sementara Rion memikirkan kondisi Caine yang sedang ditarget itu, Echi malah memikirkan Gin. Mereka terbilang sudah cukup dekat, jadi wajar bila Echi mengkhawatirkan Gin.
Rion menambah kecepatan mobilnya agar bisa cepat sampai di tempat Gin. Mereka berharap semoga saja mereka bertiga bisa bertahan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya