Mia terbangun dan melihat Mako tertidur dalam posisi duduk di sofa. Ia tak ingin membangunkan kakaknya, jadi Mia bangun dari kasurnya hendak pergi ke kamar mandi.
Tetapi, matanya tak sengaja menoleh ke arah meja di mana bukunya yang terbuka dan terlihat tulisan tangan seseorang didalamnya.
"Ini nomer gue. Kalo mau nge chat, lo bisa langsung DM ke nomer itu. Btw, thanks karena udah usaha buat nolong gue walaupun lo kena imbasnya juga." lirih Mia dan ia pun tersenyum lebar lalu tertawa girang.
Mako langsung terbangun mendengar suara tawa dari sang adik. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati bahwa Mia sedang bahagia sambil melihat bukunya.
"Ada apa di bukunya, dek? Kok seneng banget lihatnya." tanya Mako yang baru bangun tidur.
"Ini, kak Caine kasih nomer nya ke aku hehehe. Aku seneng banget!! Padahal kemarin itu aku mau minta nomernya pas ketemu kak Caine, gak disangka dapet langsung dari orangnya tanpa diminta!" Mako tersenyum kecil dan berjalan mendekati sang adik.
Ia menarik tangan Mia dan mendudukkannya di ranjang Rumah Sakit itu dan menepuk kepalanya beberapa kali.
"Sekarang kamu istirahat dulu. Besok baru boleh sekolah lagi." ucap Mako.
Mia mengangguk dan kembali tidur. Setelah melihat Mia tertidur, Mako membuka buku milik Mia dan membaca pesan yang ditulis oleh Caine. Ia memotretnya dan mengirimnya ke Rion.
"Gua tau lo khawatir sama si Caine. Nih gue kasih nomernya, barang kali lo mau nge chat." -Mako
"Ya, thanks." -Rion.
Respon singkat dari Rion tak membuatnya heran lagi. Hanya saja yang membuatnya kepikiran itu, bagaimana bisa dulu Rion sedekat itu dengan Caine bahkan tak punya nomornya?
Mako menampik pikirannya dan memfokuskan diri pada sang adik yang terlelap.
Sementara Rion, ia membaca pesan dari Gin yang baru terkirim tadi. Ia bersiap untuk pergi ke lokasi yang diminta oleh Gin. Rion menyalakan mobilnya dan melaju menuju pantai.
"Cepet banget lo sampenya, ngebut?" tanya Rion.
"Lumayan." balas Gin secara singkat.
"Lo nyuruh gue kesini mo apa?"
"Gue mau join kelompok lo."
Rion langsung menatap tajam Gin meminta penjelasan dari perkataannya sekaligus bersiap mengeluarkan pistol kecilnya dari dalam saku celana.
"Santai bro. Gue tau lo punya kelompok soalnya waktu pertama kali lo ngajak Caine balap itu dari mobil lo kelihatan banget stiker logo TNF. Walau kecil tapi gue bisa jeli lihatnya. Belum lagi waktu gue nyetir mobil si Caine, gue lihat spion belakang kelihatan si Selia sama Riji masuk ke mobil lo." Rion memicingkan matanya curiga.
"Emang Selia sama Riji bisa ngilangin kecurigaan gue ke lo? Belum lagi, lo tau darimana kalo gue yang nantang si Caine?" Rion mengeluarkan pistolnya.
Sebuah cahaya memantul dari spion motor Gin, membuat nya melirik ke atap rumah seseorang dan ternyata ada beberapa orang yang sigap dengan senapan mereka.
"..." Gin diam saja saat ditanya Rion.
Rion sudah bersiap menarik pelatuknya namun tangan Gin menutup lubang pistol itu dengan santai dan menatap lurus mata Rion.
"Jangan tanya gue tau dari mana. Anyway, kalo lo nerima gue, lo ga akan nyesel udah masukin gue ke TNF. Gue jamin kalo gue bukan mata mata. Begitu juga sama si Key, ya kan?" Gin mengedipkan sebelah matanya dan Key pun keluar dari persembunyiannya sambil menghela nafasnya lelah.
"Apa yang bisa bikin gue percaya kalo lo ga akan berkhianat?" Rion tak menurunkan kewaspadaannya sekalipun Key menodongkan pisau ke leher Rion.
"Demi Caine." ucap Gin serius.
"Ngapain lo bawa bawa Caine di mari? Gue ga ada urusan sama tuh anak." balas Rion.
"Ada. Lo sengaja ngejauh dari Caine karena tau dia benci sama lo dan ternyata lo tetep ngelindungin dia walaupun lo berdua jadi musuh." Rion menatap tajam Gin dan menarik pelatuk pistolnya.
Untungnya Key dengan sigap melempar pisaunya ke arah berlawanan dengan pistol yang mengarah ke kepala Gin, jadi peluru itu menembus air laut. Rion berdecih.
"Lo ga usah sok tau. Gue ngejauh karena gue juga benci sama dia. Gara gara dia yang memicu pertengkaran mama sama papa gue sampe dia mati." sanggah Rion.
"Lo ga benci karena hal itu. Nyatanya Caine gitu karena dia cuma ngungkapin fakta yang dia dapet. Papa lo tuh udah selingkuh berkali kali, dan Caine cuma ngebantu hubungan mama lo jadi lebih baik. Tapi lo malah nuduh Caine dengan alasan yang ga jelas begini." jelas Key secara tiba-tiba.
"Caine itu aslinya peduli sama lo. Berhubung lo sendiri bikin situasi dia makin runyam, dia jadi nge benci lo karena suatu hal yang aslinya udah beres di masa lalu. Jangan tanya gue dapet informasi dari siapa." timpal Gin. Tatapan Rion sedikit melunak meskipun ia masih terbilang dalam posisi waspada.
"Jadi lo mau bergabung ke kelompok gua karena apa? Jangan banyak bacot ya lo pada." Rion memotong topik pembicaraan dan menurunkan pistolnya.
"Karena Caine, karena lo juga. Gue bakal ngelindungin Caine. Gue juga bakal ngelindungi lo. Gue janji gak akan berkhianat. Si Caine udah cukup mancing banyak musuh yang iri sama dia. Jadi gue butuh kekuatan yang cukup buat ngelindungin dia." balas Gin.
"Ga perlu. Gue aja yang ngelindungin dia. Lo dan Key diterima di TNF. Welcome. Semoga lo betah disini." ucap Rion.
Ia memberi isyarat pada teman-temannya untuk turun dari atap. Mereka mulai datang berhamburan menghampiri Rion, Gin dan Key.
"Welcome Gin dan Key!" semua menyambut mereka dengan ceria dan antusias.
"Gue tau kalo si Riji sama Selia ada di TNF, tapi gue baru tau si Echi, Krow, Jaki sama Aenon ada di TNF juga." kata Gin memasang ekspresi tak percayanya.
"Sebenernya si Aenon nih baru juga. Soalnya dia ketemuan sama Echi di UwU dan minta join ke kelompok ini baru kemarin. Kalo gue sama Jaki dah lama gabung nya. Yah intinya lo kalah cepet lah." jelas Krow.
Gin dan Key mengangguk faham. Mereka segera kembali ke rumah tempat mereka semua tinggal bersama anggota baru.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya