Setelah 2 hari Gin dan Key ada di rumah Caine, mereka pun pamit untuk pulang ke rumah masing-masing karena harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah lagi.
Caine menatap pantulan dirinya di kaca. Melihat bahwa di pipinya ternyata ada bekas luka memanjang seperti terkena luka pisau.
Caine menutup luka itu menggunakan plester dan segera turun menuju motornya. Dengan menenteng helmnya, Caine mengecek barang bawaannya sekali lagi.
Setelah memastikan ia tidak meninggalkan apapun, Caine menyalakan motornya dan melaju kencang menuju sekolahannya.
Sesampainya di sekolah, tak disangka ia berangkat bebarengan dengan Rion yang baru saja datang. Caine hanya melirik Rion sebentar lalu ia pergi lebih dulu mendahului Rion.
"Jangan lupa berbaikan bro." bisik Krow kepada Rion.
"Berisik lo." Rion pergi menuju parkiran dan melihat Caine sudah berjalan lebih dulu ke kelasnya.
Ketika Rion menyusul Caine, langkah kaki itu terhenti ketika melihat bahwa Caine sedang berpelukan dengan seorang wanita. Ia tak bisa melihat siapa wanita itu karena dengan cepat dia menarik tangan Caine menuju rooftop.
"Sialan..." gumam Rion tanpa sadar.
Rion langsung berjalan menuju kelasnya, membuka pintu dengan hati yang terbakar dan menutupnya dengan kencang hingga siswa siswi di kelas itu menoleh ke arahnya.
"Lo kenapa dah? Eh, btw tau Caine gak? Tumben amat nih anak belom dateng?" tanya Jaki ke Rion yang sedang merengut kesal.
"Ngapain tanya gue? Lo cari aja sendiri sana anaknya. Jangan ganggu gue." balas Rion dengan ketus dan meletakkan kepalanya di meja menatap arah jendela.
Jaki menatapnya dengan heran lalu tiba tiba pintu kelas terbuka lagi menampakkan Aenon yang baru saja datang dengan senyum sumringah.
"Ngapa lagi lo?" tanya Jaki.
"TAU GA?! SI CAINE ITU LAGI---" belum sempat melanjutkan kata katanya, Rion memukul meja nya dengan keras membuat Aenon tiba tiba menciut dan tak berani melanjutkan perkataannya.
"Kenapa tuh anak? Sakit kah?" tanya Aenon.
"Gatau, dari tadi pas gue nanya--" Jaki berhenti sejenak lalu ia yang peka langsung tertawa dengan kencang membuat Aenon, Echi dan Selia menoleh ke arahnya.
"Lah? Apa ini puncak ketidakwarasan seorang Jaki?!" ucap Echi dengan antusias.
"Enak aja lo kalo ngomong. Gue lempar juga lo dari lantai 3." Echi hanya bisa tertawa kecil.
"Jadi? Lo ngapa ketawa kek orang gila tadi?" tanya Selia.
"Gak ada yang sadar kah kalo si Rion nih cemburu Caine dideketin sama cewe!!"
Rion yang mendengar namanya di sebut pun segera melemparkan buku paket yang ada di mejanya ke kepala Jaki.
"Gak usah fitnah lo. Mana ada gue cemburu sama tuh bocah." sanggah Rion sambil memasang muka kesal.
"Bahas apaan ini? Siapa yang bocah?" Caine tiba tiba datang dan menginterupsi percakapan mereka semua.
"Ini loh Caine!! Si Rion tuh--" sebelum menyelesaikan perkataannya, mulutnya dibungkam oleh Rion.
"Gak, bukan apa-apa. Gak usah ngurusin bocah ga jelas." Caine memicingkan matanya curiga namun ia tak ambil pusing dan langsung pergi ke tempat duduk nya.
"Sialan, gue ga bisa napas yon! Niat ngebunuh gue ya lo?!" Rion menatap Jaki tajam membuat si rambut pink hanya tersenyum canggung.
~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><~><
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya