"Gue gak ngira kalo lo masih mau bantu gue walaupun lo udah gue katain kemarin." ujar Caine.
Dia terikat di kursi dekat dengan pembatas rooftop. Setelah ia bangun dari pingsannya hal pertama yang ia lihat adalah Rion.
Entah kemana Kevin dan kawan kawannya pergi, mereka hanya membantu mengangkat kursi Caine tapi tak memindahkannya dari ujung sana.
"..." Rion hanya melihat Caine namun tak membalas perkataan nya sedikit pun.
"Lo ga liat Kevin tadi disini?" tanya Rion sambil melepaskan ikatan tali di tubuh Caine.
"Gak. Orang yang gue lihat pertama kali cuma lo." balas Caine.
"Amy?" Caine kembali menggeleng.
Rion melihat sekelilingnya. Suasana di rooftop saat itu terlalu tenang dan damai. Ia menyuruh teman-temannya untuk bersiap mengangkat pistolnya.
Dan benar saja, tiba tiba sebuah peluru menembus lengan Krow yang kebetulan ada di samping Caine.
"Wah, sialan." ucap Krow.
Rion memberi aba-aba untuk menyerang lalu mereka segera berpencar mencari dimana musuhnya tadi.
"Lo... Sejak kapan?" tanya Caine
"Apanya?" sahut Rion.
"Oh, ini yang lo maksud?" tanya Rion sembari memberikan Caine pistol nya.
"Gue ga bisa nembak." balas Caine.
"Yang nyuruh lo nembak siapa? Itu pistol modifikasi. Kalo lo ga bisa nembak tinggal tusuk aja pake ini." Rion menunjukkan fitur yang ada di pistol itu.
Caine menggerakkan benda itu seperti ahli. Ia berlari menuruni tangga Rooftop dan mengejar 1 musuh yang mengincarnya tadi dibalik pintu.
Rion ikut mengejar Caine yang berlari lebih dulu. Untungnya ia sampai tepat waktu sehingga ia bisa membantu Caine membunuh musuhnya.
"Amy?" Caine menurunkan pistolnya ketika Amy menodongkan pistol ke dahinya.
"Sorry, gue terpaksa. Kalo bisa gue ga mau ngelakuin gini." ungkap Amy dengan wajah terpaksa.
"Cepet banget lo lengah, Caine." Rion datang dan kembali menodongkan pistolnya ke arah dahi Amy.
Sedangkan Kevin dan yang lainnya tiba tiba mengelilingi mereka sambil mengeluarkan senapannya. Rion melirik kanan dan kirinya. Meskipun terhitung banyak, ia tak takut.
Caine menghela nafasnya dan menyimpan pistol yang diberikan Rion tadi. Rion membelalakkan matanya terkejut akan tindakan Caine.
"Lo ngapain Caine!!" bentak Rion.
"Rion, nunduk." meskipun ia dalam keadaan marah, ia tetap menuruti perkataan pria bersurai merah tersebut.
Tak lama banyak suara tembakan berdatangan dan menjatuhkan semua kelompok Kevin. Ternyata Caine tau bahwa anggota kepolisian sedari tadi mengawasi mereka.
Caine menarik tangan Rion untuk berdiri lalu berjalan menjauhi gedung itu diikuti oleh Gin, Krow dan yang lainnya. Seluruh kelompok yang terlibat telah diamankan oleh anggota kepolisian.
Seragam Caine sekarang lecek, basah. Ia melepas bajunya dihadapan banyak orang dan berganti hoodie dengan cepat. Rion hanya terdiam sambil membuka mulutnya.
"Tiati pak, ntar lalat nya masuk ke mulut anda." Rion mendecak kesal.
"Ngapain masih disini?" ucap salah satu anggota kepolisian.
"Oh, Pak Agil. Ga ada pak, kita tadi mau cari barang yang hilang." balas Rion.
"Barang? Barang apa?" tanya pak Agil.
"Tas sekolah saya pak, hilang." Rion ingin menjawab pertanyaan itu namun didahului oleh Caine.
"Oh, ya udah. Cepet kalo nyari." Caine mengangguk dan ia pun langsung berlari masuk ke dalam gedung. Gin pun datang sambil terheran-heran.
"Lah? Caine mau ngapain kok masuk ke sana lagi?" tanya Gin.
"Katanya tas sekolahnya ketinggalan." balas Rion.
Gin menatap Rion aneh lalu mengejar Caine masuk ke dalam gedung itu. Rion yang menatap Gin berlari masuk pun akhirnya mengikutinya.
"Lo ngapain ikutan masuk kocak?!" teriak Rion.
"Tas nya si Caine tuh ada di gue anjir, pas nemu sepedanya ada di jalan tuh, tasnya juga jatuh. Jadi dia ngapain masuk ke dalem?!"
Rion menggerutu kesal lalu mencari Caine. Tak lama setelah itu Gin menyalakan radionya untuk mengabari Rion keberadaan Caine.
"Rion, arah jam 10." Rion yang awalnya berlari ke arah kanan langsung putar balik mengikuti petunjuk Gin.
Di sana, mereka berdua melihat Caine mengobrak-abrik suatu ruangan. Lalu, Rion sedikit terkejut karena ternyata di saat peperangan nya tadi melawan kelompok Kevin, ada salah satu anggota lain yang bersembunyi di lemari tak terpakai dalam ruangan tersebut.
"Lah itu siapa lagi kocak?" tanya Gin.
"diem." balas Rion.
Tak lama setelah mereka berbisik, mereka melihat bahwa orang tersebut ditarik rambutnya oleh Caine dan menusuk lehernya menggunakan pisau yang dibawa Caine.
"HAH?!" Gin yang tak sengaja berteriak mengundang atensinya Caine.
Untung saja Rion segera bersembunyi ketika tau Gin akan berteriak. Caine keluar dari ruangan itu dan mengancam Gin menggunakan pisau yang ia bawa. Samar samar Rion mendengar.
"Jangan berisik kalo lo juga ga mau mati disini." Gin menelan ludahnya kasar dan mengangguk.
"Lo kek bukan Caine yang gue kenal." sahut Gin.
"Akhir akhir ini gue belajar seni bela diri diem diem. Makanya lo sama Key gatau. Dah yuk cabut." Caine menarik pergelangan tangan Gin untuk menjauh.
"Btw, lo ngapain tadi kok nusuk dia?" tanya Gin.
"..." Caine hanya diam tak membalas perkataan Gin.
Mereka pun pergi dari sana dan Rion keluar dari persembunyiannya tadi. Ia menghela nafasnya ketika mendengar percakapannya Gin dan Caine tadi.
"Keknya cocok si Caine gue ajak buat masuk TNF. Tapi masalahnya dia masih musuhin gue." Rion mengacak-acak rambutnya kesal.
Ia segera pergi dari tempat itu dan ikut keluar menyusul Gin dan Caine.
Tbc
masih lama puncak konfliknya guys, sabar buat nunggunya😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies?
Fantasycerpen gais, ft. Rioncaine xixixi (btw, ini OOC dari gameplay mereka ya. Real fantasi saya sendiri, semoga suka) oh iya, warn! harsh word ya