Lucas memutuskan untuk menginap di rumah sekaligus toko Jungwoo untuk beberapa hari ke depan, sementara Guanlin mencari apa yang terjadi dengan Jaemin melalui salah satu pekerja di rumah.Hari ini mereka memutuskan untuk membuat beberapa kue kering, Jaemin begitu semangat sementara Guanlin dan Lucas hanya biasa saja. Keduanya bingung harus melakukan apa karena tak mengerti, jadi memilih menurut pada Jungwoo yang menyuruh mereka.
Dapur Jungwoo agak berantakan karena Guanlin menaruh tepung pada tempatnya terlalu ke atas membuat beberapa tepung terjatuh, tentu membuat Jaemin yang akan mengaduk adonan itu marah. Pemuda manis itu juga beberapa kali menyubit perut atau lengan Guanlin yang di balas kekehan membuat Jaemin kembali kesal dan mengambil sedikit adonan lalu menaruhnya pada wajah Guanlin.
Jaemin tertawa saat melihat wajah kaget Guanlin karena ulahnya, Guanlin yang tak terima pun membalas namun lebih banyak.
"Banyak banget? Gak adil! Sini gak!" Ucap Jaemin, berlari mengikuti Guanlin yang lebih dulu kabur. Tak jauh, hanya mengelilingi meja.
"Kak alin!" Guanlin tertawa.
"Kejar dong." Jaemin berusaha mengejar namun tak bisa tertangkap karena saat ingin memegang kaos Guanlin, pemuda lebih dulu berlari menjauh.
Kan kesal!
"Papaaaaa!" Adu nya.
"Alin." Guanlin menghentikan langkah dan mendengus.
"Aduan!"
"Biarin! Lagian ngeselin banget!"
"Memang."
Jaemin mendekat dan menyubit lalu memukul pelan bahu Guanlin membuat pemuda itu meringis pelan, gak main-main cubitannya.
"Iya, iya ampun na."
Jaemin mendengus dan mendekat kearah Lucas hanya sebentar kemudian kearah Jungwoo dan memeluk pria manis itu.
"Udah, udah. Ayo bantu papa cetak adonan, nih." Ucap Jungwoo yang dianggukkan Jaemin.
Pemuda manis itu membantu Jungwoo begitu dengan Guanlin dan Lucas.
...
Jaemin berjalan bersama Lucas sementara Jungwoo dan Guanlin berjalan di belakang mereka, keduanya berada di bazar dekat taman kota.
Begitu banyak yang berjual membuat Jaemin senang dan bingung harus beli apa, sementara Lucas hanya melihat dan ingin membeli beberapa yang menurutnya enak.
"Mau beli apa?" Tanya Lucas, Jaemin mendongak kemudian menggeleng.
"Gak mau?"
"Mau, pa. Tapi bingung mau semuaaa~" Lucas terkekeh.
"Ayo beli semua, tapi janji di habisin ya?" Jaemin menggeleng.
"Banyak banget kalau semua."
"Gak apa-apa, papa banyak uang." Jaemin mendengus, dan mendekat untuk membeli beberapa makanan yang menarik perhatiannya.
Cukup lama memilih hingga mereka memutuskan untuk duduk di meja dan kursi yang memang sudah di sediakan.
"Belum makan tapi liatnya udah kenyang duluan." Ucap Jaemin pelan.
Tapi kemudian pemuda manis itu mencoba satu persatu dan memakannya dengan lahap saat merasakan makanan yang ia beli sangat enak.
"Pelan-pelan aja makannya, gak ada yang minta." Jaemin mengangguk.
Kembali memakan dengan pelan, tapi sangat amat pelan karena pemuda manis itu makan dengan melamun membuat Lucas menepuk kening dan mengambil makanan Jaemin.
"Punya Nana, papa." Rengek Jaemin, Lucas terkekeh.
"Kenapa malah ngelamun? Nih nonton kartun aja di handphone papa nanti papa suapin ya." Jaemin mengangguk.
...
Jaemin kembali pulang ke rumah Lucas, pemuda manis mendengar jika beberapa maid yang membicarakan atau membuat Jaemin tak nyaman sudah di pecat.
Pemuda manis itu hanya bernafas lega, meski ia kembali berpikir harusnya ia bisa lawan karena beberapa maid adalah pekerja di rumah sang ayah sementara dirinya adalah majikannya.
Namun Jaemin tak pernah berani untuk melawan yang lebih tua, Pemuda manis itu cenderung penakut dan takut menyakiti hati orang juga tak enak jika menolak.
Sejak dulu Jaemin seperti itu, terlebih saat di bully dulu. Dirinya bisa saja melawan karena ia adalah laki-laki sementara yang membully nya adalah perempuan, tapi lagi-lagi Jaemin tak bisa dengan alasan mereka perempuan.
Jaemin tak bisa, semua yang Jungwoo ajarkan tak pernah ia lupakan. Tentang Jaemin yang tak boleh membalas perlakuan orang yang umurnya di bawah Jaemin, karena Jungwoo katakan mereka anak kecil tidak boleh dilawan. Sampai saat ini masih Jaemin terapkan. Yang lebih tua juga perempuan.
Yang Jungwoo ajarkan memang baik, meski Jaemin benar-benar sangat penurut sampai tak bisa melawan. Jungwoo menyadari itu, seharusnya Jungwoo mengatakan untuk melawan jika mereka sudah keterlaluan. Tak memandang mereka siapa, asal Jaemin melawan untuk membela diri.
...
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
plester kelinci [✓]
Fiksi PenggemarBerawal dari Jaemin yang menolong ke dua kakak kelasnya, hingga beberapa hal yang tak ia tau perlahan terbongkar.