Chapter 10

6 0 0
                                    

Mang Asep dan Dini sudah sampai beberapa menit yang lalu dan ikut bergabung dengan mereka di ruang bk.

"Maaf ibu manggil saya teh ada apa ya?" tanya Dini bingung.

"Mamang juga, ada apa atuh bu guru?" tambah mang Asep.

"Jadi gini mang Asep, nak Dini.. Apa benar mang Asep yang sudah menemukan Zalora dengan keadaan berlumur darah lalu membawa Zalora ke rs?" tanya pak Doni

"Oh... Benar atuh pak guru, sekitar seminggu yang lalu. Kasihan tenan neng Zalora teh kaya habis di gebukin gitu, mamang tidak tega liatnya. Pasti sakit yah neng?" ujar mang Asep dengan sebuah pertanyaan diakhir untuk Zalora yang sudah jelas jawabannya pasti 'sakit' lah!

"Pasti lah mang! Kata dokter kalo telat sedikit aja saya udah dapet banyak ucapan belasungkawa mungkin, betewe makasih ya mang." ujarnya bohong dengan ucapan terimakasih diakhir.

"Aduh sama-sama atuh neng,"

"Mang Asep tidak bohong kan ngomong begitu?" tanya Pak Doni tak yakin.

"Tidak atuh pak guru saya teh jawab jujur, mana berani atuh saya teh berbohong."

Dan berlanjutlah tanya-jawab itu hingga waktu istirahat sudah tiba, percakapan itu pun selesai dengan Zalora yang dihukum membersihkan perpustakaan selama dua hari dan mereka memutuskan untuk menyelidiki kasus Zalora. Mencari tau siapa dalang dibalik kekerasan itu.

Kini Zalora berada di dalam perpustakaan untuk menjalankan hukuman ditemani Azeril disampingnya.

Disini sepi dan berdebu seperti tidak terurus banyak buku yang sampulnya sudah robek juga.

"Hachu! Anjir lah banyak debu banget gila! Ini kagak di bersihin seabad deh kayaknya," keluh Zalora.

"Lagian Ze, ini kan dikampung buka dikota pasti banyak yang beda lah. Buku-buku disini jarang ada yang menarik makanya jarang ada murid yang mau kesini. Terus katanya perpus ini angker loh," jelas Azeril.

"Masa sih? Ngomong-ngomong lo bisa ngenalin gue Aze? Gue orang yang beda loh." tanya Zalora.

"Heh Jeli! Gue ini kenal lo udah lama, dari paud malah. Jadi gue ngerti sikap dan sifat lo kek gimana apalagi muka gamungkin lupa gue. Masa cuma nggak ketemu setaun aja gue harus lupa gitu?" jelas Azerin garang.

"Heh Jeri! nggak gitu maksud gue.." ucapnya sambil menundukkan kepala.

"Wait! Pas di bk lo dipanggil Zalora kan? Gue baru ngeh anjr! Jelasin sekarang Jel!" pinta Azeril setelah menyadari sesuatu.

"Oke. Jadi gini...bla...blaa...bla..." Zalora menceritakan semuanya dari awal hingga akhir ia bisa menjadi seperti ini termasuk bisikan yang tak ia kenali itu. Semuanya ia ceritakan pada Azeril, sahabat dirinya dari kecil hingga sekarang.

Setahun yang lalu mereka masih bersama namun suatu kejadian membuat sepasang sahabat ini terpisah karena Azeril yang tak sengaja memukuli anak orang sampai koma. Jadi, Azeril diberi hukuman dan dikirim ke desa ini untuk menjadi murid biasa hingga lulus nanti.

"Jadi lo bertransformasi gitu Jel?"

"Transmigrasi Jer!"

"Iya itu maksud gue, tapi kok...muka kalian mirip ya? Asli mirip cuy! Bedanya rambut lo itu item kan terus kalo ni cewek rada coklat gitu warnanya."

"Gue juga sempat mikir gitu, awalnya gue juga gak ngeh karena muka ni cewek agak kusem tapi pas gue teliti mukanya mirip banget sama gue, tapi versi gitulah ngertikan" ucap Zalora dengan muka julid.

"Iya iya ngerti gue. Terus rencana lo kedepan gimana? Kalo ternyata yang dikatakan unknown voice itu beneran terjadi berarti kita dalam bahaya dong?"

"Benar. Tapi gue gamungkin bisa nyelametin semua warga desa ini kan? Gue bingung Jer."

"Kalo gitu kita selametin diri kita sendiri aja Jel, kita pergi dari sini terus balik ke jakarta nanti lo ikut gue kerumah bunda takutnya kalo balik kerumah mamah lo gak diterima." ucap Azeril panjang lebar dengan muka sok pintarnya.

"Lo gak berubah ya Jer, cerewet kayak adek gue heheh" ucap Zalora dengan kekehan kecil, ia merindukan adiknya yang manja itu.

"Lo kangen Ze?"

"Banget Jer, gue gabisa hidup tanpa mereka gue pengen pulang.." wajah Zalora berubah sendu ia menarik napas dalam lalu tersenyum getir.

"Yaudah kalo gitu kita pulang besok!" seru Azeril percaya diri.

"Nggak semudah itu buat pergi dari sini Aze, masih banyak yang harus gue cari tau disini. Lo mau kan bantuin gue?" ucap Zalora lirih.

"Dengan senang hati Jeli nya Jeri" Azeril mengatakan itu dengan tersenyum geli.

"Idih idih najies!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bertukar JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang