Chapter 9

15 1 0
                                    

Azeril terus membawa Zalora menuju ruang bk. Sampai di depan pintu ruangan mereka berhenti.

"Ish lepas—" ucapan Zalora tergantung saat tak sengaja melihat jelas wajah Azeril.

Mereka saling tatap hingga beberapa saat saling mengucap nama.

"Zelinna?"

"Azeril?"

"Pfftttt Ze? hahahaha kok lo jadi kucel gini??? Habis skincare lo hhahaha!" Azeril terus tertawa terbahak-bahak melihat wajah Zalora. Zalora diam mematung apa tadi? Azeril memanggil nama asli dia di tubuh sebelumnya.

"Gue nggak nyangka lo juga dikirim ke desa ini Ze? Habis buat masalah apa lo sampe dikirim kesini, hm?" tanya Azeril terkekeh pelan.

"Aze—"

"Kalian berdua! Ngapin diam disitu? Cepat masuk! Udah bapak tungguin juga," tegur pak Doni guru bk.

"Iya pak bentar," sahut Azeril. "Ayo," ucapnya lalu menarik Zalora masuk.

Di dalam sudah ada dua guru yang menunggu, Pak Doni selaku guru bk dan Bu Laras yang bertugas sebagai pengurus kedisiplinan.

Azeril dan Zalora duduk berhadapan dengan dua guru itu.

"Zalora," panggil pak Doni

"Kenapa pak?"

"Saya dapat laporan dari ketua kelas kamu. Katanya kamu sudah tidak masuk selama satu minggu tanpa keterangan dan dua hari kemarin kata siswa yang bernama Dini kamu sakit. Bisa tolong jelaskan seminggu ini kamu kemana?" jelas pak Doni panjang lebar.

"Aelah pak kirain apa. Saya kecelakaan pak terus dirawat kalo bapak gak tau," jawab Zalora

"Yang sopan atuh Zalora!"

Zalora memutar bola matanya, "Ck iya bu"

"Kenapa tidak izin ke pihak sekolah?" tanya pak Doni lagi.

"Nih ya pak, saya kan tinggal sendiri apa apa juga sendiri dan saya pas itu gak inget apa apa. Gimana saya mau ambil izin coba,"

"Kamu harusnya minta tolong sama teman kamu untuk bikinkan surat izin kan? Apa susahnya."

"Heh pak! Kan udah saya bilang saya gak inget apa apa alias insomnia eh? Inso apa itu ya..?" ujar Zalora sebal

"Amnesia Ze." koreksi Azeril.

"Nah iya itu amnesia pak"

Sedetik kemudian,
"APA?! AMNESIA? Lo nggak lupa sama gue kan Ze??" tanya Azeril terkejut.

"Berisik kamu Azeril!" tegur bu Laras.

"Maaf bu saya reflek,"

"Tetap saja kamu salah karena absen selama seminggu lebih kamu akan kami skors." Kekeuh pak Doni.

Ni guru nyebelin banget sumpah! Udah dibilangin gue kagak inget apa apa juga, lagian pertama kali bangun di tubuh ini juga di sekolahan kumuh ini!

"Oke, memang saya salah karena absen selama itu. Tapi bapak juga harus memberi hukuman sama orang yang sudah buat saya masuk rs dan buat saya amnesia gini pak." ucap Zalora panjang.

"Maksud lo apa Ze?" tanya Azeril penasaran.

"Udah lo diem, nanti gue jelasin. Cuma lo yang gue kenal disini Aze." kata Zalora pelan.

"Maksud kamu teh apa Zalora? Ada murid yang sudah mencelakai kamu begitu di sekolah ini? Tidak mungkin kan." bantah Ibu Laras

"Ibu gak tau apa-apa mending diem."

"Kalau begitu kamu teh jelaskan biar kita tidak bingung!" ujar bu Laras kesal.

"Oke, yang saya ingat terakhir kali saya terbangun di sebuah gudang gak keurus di belakang sekolah ini dengan luka dan darah dimana-mana. Terus saya berusaha untuk pergi namun digerbang sekolah saya ketemu sama bapak bapak satpam, karena dia kasihan melihat keadaan saya waktu itu jadi dia membawalah saya ke puskesmas atau rs terdekatlah pokoknya." ucap Zalora menceritakan awal mula ia tersesat ditubuh tak berpenghuni ini. Canda.

Mereka bertiga terus menyimak ceritanya dengan seksama sembari menganggukkan kepala.

"Setelah itu saya dirawat lah selama satu minggu. Nah pas pulang saya gak tau kan jalan rumah dimana karena waktu itu saya sendiri dan benar benar tidak ingat apa apa. Sampailah dipinggir jalan eh ada orang nyamperin saya dan ternyata itu Dini, habis itu saya diceritain lah semuanya yang saya lupa, tapi gak semua sih.." sambungnya masih serius bercerita.

"Terus terus??"

"Udah, capek gue.. Kalo kalian nggak percaya tanya aja sama bapak bapak itu sama Dini juga. Saya berbicara yang sebenarnya ya pak, bu," jelas Zalora menyudahi ceritanya.

"Azeril! kamu teh tolong panggilin mereka berdua atuh ya? Cepat! Saya teh kurang percaya sama cerita dia." ujar bu Laras.

Gak yang cowok gak yang cewek sama aja, nyebelin! "Terserah ibu,"

Bertukar JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang