chapter 19

44 10 0
                                    

Happy reading

Reva memegang pinggiran ranjang Wintara dengan erat. Pandangannya terlihat datar dan menatap wajah Wintara yang sudah membiru. Jaket kulit khas anak Bandung Crew berada di bahu Reva. Jaket dengan bercak darah di bagian perut itu terlihat di pakai oleh kekasih Wintara karena lelaki itu sudah berganti pakaian khas jenazah.

" Lo bego, udah tau expired masih aja di minum, mati kan " bisik Reva dengan lirih namun dengan lembut gadis itu mengecup bibir Wintara yang ia halangi dengan telapak tangannya.

" Koh makasih " bisik Reva yang entah kenapa tiba-tiba ia merasakan rengkuhan serta elusan pada rambutnya.

Reva menghela nafas dan melirik beberapa jenazah yang menjadi teman Wintara di kemudian hari.

" Pak, Buk, Mas, Mbak, Dek. Saya titip dia ya? Anaknya kadang-kadang agak sengklek dikit. Tolong di jagain, jangan di kasih terlalu sering main ke dunia manusia. Suruh tenang dianya, tenang aja saya itu merpati putih yang setia. Jadi saya tidak akan memiliki kekasih bila perlu selamanya karena saya hanya setia pada satu orang " kata Reva dengan bangga lalu terkekeh gila.

" Gue kayaknya mulai gila kalau diem disini " kata Reva lalu menutup wajah Wintara dengan kain kafan dan berjalan keluar dari ruang jenazah.

Dapat ia lihat sosok Ningsih mencengkram kuat kerah baju Reyna dan memakinya dengan kata-kata tak pantas.

" Bisa-bisanya lo percaya sama Tiandra. Bisa-bisanya lo selama ini kerjasama sama tuh orang!!!. Lo ini bodoh atau gimana hah?!!! Lo ngehilangin nyawa seorang laki-laki harapan keluarganya!! " Bentak Ningsih dengan marahnya.

" Ning, sabar " kata Reva yang datang lalu menggenggam tangan Ningsih agar tak semakin marah pada Reyna. Ningsih melepaskan cengkramannya.

" Gimana gue bisa sabar Rev, Kakak gue meninggal dengan sadis!! Luka dimana-mana, perut robek, saraf lumpuh total. Lo pikir gue bisa maafin kelakuan kembaran Lo. Dari awal gue udah curiga banget sama dia yang tiba-tiba Deket sama Tiandra bangsat itu. Dengerin gue Reyna, sampai kapan pun orang kayak Lo NGGAK PANTES BUAT BAHAGIA!!! " bentak Ningsih lalu melengos masuk ke ruangan jenazah dan di ikuti Rendy.

Reva menghela nafas dan melirik Reyna, " pulang gih, lihat itu Bunda di ujung lorong " katanya melirik Reyna lalu menunjuk Bunda. Tanpa banyak bicara, Reyna langsung berlari pergi ke arah Bundanya.

Reva duduk di bangku yang ternyata sudah ada Haikal yang terdiam membisu. Reva melirik ke arah depan terlihat sosok Joe berdiri dan meremas bisepnya dengan kasar. Di samping Joe ada Dilan yang berjongkok membisu. Di samping Haikal ada Sonya yang hanya duduk membisu dan ada Nurra juga di samping gadis itu yang juga hanya diam dengan wajah sembab. Ada Galen dan Wildan yang berhadap-hadapan namun dengan rawut wajah berbeda. Galen yang tatapannya berubah menjadi kosong dan Wildan si mudah terbaca itu terlihat sedih. Terakhir ada Vanessa yang menangis sesegukan dan di tenangi oleh Dara. Ya Dara kesini karena merasa ia cukup dekat dengan Wintara saat awal masuk sekolah.

Sebuah hentakan kaki riuh terdengar. Sosok Yaksa, Yudha, dan ada Dimas juga berlari bersama beberapa anak Berandalan Bandung.

" itu bener? " tanya Daffa dengan wajah tak percaya.

" Ya, Wintara telah berpulang sejak pukul tujuh tadi saat di perjalanan ke rumah sakit " jelas Reva yang sontak membuat anak Berandalan Bandung melemas.

" kok Lo bisa ketemu dia, gimana ceritanya? " tanya Yaksa mengambil posisi di samping Reva. Gadis itu mulai bercerita dan di simak oleh semua orang.

" Jadi kokoh nggak mau di makamin di Surabaya? " tanya Ningsih membuat Reva mengangguk.

" Ning, gua minta maaf " kata Reva membuat Ningsih menggeleng.

" Bukan salah Lo ataupun Reyna. Ini semua hanya bagaimana kelicikan seseorang yang mampu mempeharuhi orang lugu " kata Ningsih menunduk.

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (SUDAH DI TERBITKAN).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang