chapter 3

86 22 10
                                    

Happy reading

Si kembar terlihat berbaris untuk mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dengan posisi Reyna di depan dan Reva di belakang. Reva sedari tadi mengobrol dengan salah satu teman barunya lelaki lagi. Namanya Wildan Cahyadi, dia itu sebenernya lebih muda, cuma ya karena sekolah lebih dulu, jadinya dia seangkaran sama mereka.

" cakep lo boy " kata Reva merangkul Wildan yang menurutnya anak ini layaknya seorang yang keluar dari buku.

" masak? Cakepan Bang Bara ngga sih? " tanya Wildan melirik Bara yang di depannya.

" tolong, jangan Bang, panggil Kak aja. Gua agak aneh di panggil Bang " kata Bara membuat Sagara yang di depannya menahan tawa. Sejak kecil, Bara selalu di panggil Kak Bara oleh seluruh orang rumah maupun anak komplek. Lantaran, dia itu layaknya anak kedua, wajahnya juga cantik dan sedikit galak makanya di panggil Kak.

" wokelah Kak " kata Wildan tersenyum ganteng membuat Reva seneng sendiri lihatnya. Dia suka banget lihat orang cakep, sayangnya kalau udah deket pasti ilfeel. Makanya anaknya jarang punya pacar. Kalau temen cewek, dia jarang punya kecuali temen komplek atas dasar kebanyakan dari mereka adalah mantan temen lelakinya yang cemburu semua. Padahal dia nggak ngapa-ngapain malah di musuhin, heran.

MPLS berjalan tidak lancar atas dasar senior perempuan banyak yang memarahi junior yang sekiranya menurut mereka lebih cantik. Kali ini Reyna di pandangi cukup sinis membuat Reva yang di belakangnya memandangi tak kalah sinis. Tapi dia nunggu dulu, kalau sampai main tangan, beuhh jangan harap Reva ngga bales.

" suntik putih lo ya? " tanyanya membuat Reyna menggeleng.

" enggak kok kak " jawabnya dengan menunduk.

" sok cakep banget lo, ini bibir pink banget. Bulu mata sengaja banget kayaknya di tambahin. Lo masih bocah, ngga usah sok cakep " katanya sambil mendorong kepala Reyna yang sontak membuat Reva menggelap.

" ehh biasin ya! " kata Reva mendorong balik senior itu membuat Reyna memegang lengannya.

" diem Rey " kata Reva memandangi Reyna.

" weh biasain, ngga sopan banget lo sama senior!! " bentaknya membuat seluruh orang menoleh.

" Dih?! Orang kayak lo, nggak perlu di sopanin. Dalam kehidupan itu, jika ingin di hargai harus menghargai orang lain terlebih dahulu. Elo aja ngga bisa ngehargain kita, terus buat apa kita ngehargain lo?! " tanya Reva nyolot banget dan nampilin muka songong yang bikin kesel siapapun.

" Gua lebih tua dari lo ya! " bentaknya dengan kesal.

" mau lebih tua kek, udah satu abad kek. Ngga perduli gua, ada prinsip yang di ajarin ayah bisma sama gua. Dia nginjek kakimu, injek palanya. Apalagi lo brani banget norong kepala kakak gue, lo pikir keren begitu?! " tanya Reva mulai maju membuat Reyna semakin memegang lengan adiknya itu.

" hah, sok keren banget lo gitu " katanya mendorong bahu Reva dengan keras membuat Bara dari belakang menahannya.

Reva yang kesal mendorong dengan tenaga dalam membuat seniornya terjatuh. " Reva lo lawan, yang bener aja lo? " ejek Reva sontak membuat temannya yang laib menahan tawa.

" LO! " teriak senior itu dengan kesal.

" Apa? " tanya Reva masih nantangin.

" RISKA, REVA! " kata Bang Yaksa membuat keduanya menoleh dan dapat ia lihat tatapan datar dari lelaki itu yang di dampingi wakilnya.

" awas lo njing! " kata Riska lalu pergi begitu saja.

" aing tungguin maneh! " kata Reva membalas dengan nyolot.

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (SUDAH DI TERBITKAN).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang