chapter 15

37 9 0
                                    

Happy reading

Di pagi hari yang cerah keluarga Baswara lebih tepatnya Bunda terlihat heboh dengan penyambutan hari kelahiran putrinya. Bunda sudah siap dengan kue dan makanan favorit yang putri.

" Reyna Reva, sarapan dulu!!! " teriak Bunda membuat grasak-grusuk di lantai dua terdengar.

" Otewehh Bund!! " teriakan jamet Reva terdengar serta larian kecil.

" Ayah!!! " seru Bunda sekali lagi.

" Iya! " jawab Ayah lalu beranjak dari kegiatan paginya.

" Loh Ayah udah pulang? " tanya Reva menghampiri Ayah dan memeluknya dengan manja.

" Iya tadi subuh Ayah pulang " jawab Ayah mengelus sayang rambut Reva.

" gimana kabar kamu tiga hari ayah tinggal? " tanya Ayah lalu duduk di kursi meja makan dan di ikuti Reva yang sudah siap dengan sesi curhat bersama Ayah.

Saat di akhir cerita, Reyna terlihat turun dari lantai dua. Ia menatap Ayah lalu tersenyum, Ayah hanya bisa memaklumi. Mereka berdua memang tak terlalu dekat, sebab sejak kecil Reyna selalu menempel pada Bunda. Lalu Reva pada dirinya, sayangnya Reva tidak secanggung Reyna saat bertatapan dengan Bunda.

" Wahh putri Bunda yang ulang tahun sudah siap sekolah. Sebelum itu, kamu harus tiup lilin dulu " kata Bunda sambil menyiapkan korek.

" Reyna aja nih Bund, jangan lupa loh anakmu kembar " kata Ayah mengingatkan membuat Bunda terdiam.

" Ya Tuhan Yesus, Bunda lupa Yah. Habis mereka nggak mirip-mirip banget, Bunda juga kebiasaan manggil Reva adek kadang-kadang. Jadi Bunda kira Reva lebih kecil " kata Bunda mulai panik sendiri dan ingin menyiapkan kue.

" Gapapa pun, pakai itu aja giliran ntar " kata Reva menahan tangan Bunda.

" Bener kamu gapapa? Nanti ngambek lagi pas waktu dulu " kata Bunda dan dibalas senyuman.

" Reva udah gede Bund, malah makin nambah usia Reva makin takut. Takut cepet meninggal, kan umur nggak ada yang tau " kata Reva membuat Ayah memukul kepala putrinya dengan kepala tangan.

" ADUH AYAH! " kata Reva memegang kepalanya yang langsung berdenyut.

" Ngomong gitu lagi, ayah pindahin kepalamu ke perut " kata Ayah membuat Reva ngeri.

" Buihh ngerinye! " ledek Reva membuat Ayah hanya bisa menghela nafas.

" malah berantem " kata Reyna menggelengkan kepalanya melihat ayah dan anak yang tengah adu bacot.

" Biarin, toh udah biasa. Ini di tiup dulu sayang, nanti giliran sama adekmu " kata Bunda lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Reyna memejamkan matanya dan berdoa.

" Tuhan, aku hanya ingin sosok seperti Yaksa ada dalam hidupku "

Reyna membuka matanya dan meniup lilin tersebut membuat Bunda menepuk tangannya heboh bersama Reva dan Ayah. Bunda menghidupkan lilin lagi, lalu mendekatkan pada Reva. Reva kira Bunda akan bernyanyi namun beliau malah berkata.

" Langsung di tiup aja Dek, keburu siang kalian berangkat nanti " kata Bunda membuat Reva mengangguk dan meniup lilin tersebut tanpa doa.

" Loh Ndak doa?! " tanya Reyna ngegas.

" Udah kemaren " jawab Reva asal membuat Reyna langsung terdiam.

" Ah iya kemaren dengan Yaksa " - batin Reyna.

" Yey, selamat bertambah umur anak-anak Bunda. Berarti tahun depan kalian sudah tujuh belas dan tahun ini kalian sudah enam belas. Wahh nggak kerasa ya Yah? " tanya Bunda pada Ayah membuat lelaki itu mengangguk.

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (SUDAH DI TERBITKAN).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang