chapter 29

32 4 0
                                    

Happy reading

Reva menyuapi Reyna apel dengan pandangan sayang. Reyna sendiri menikmati waktunya di manja Sang Adek. Ya walaupun harus ada Yaksa disini menemani Reva, namanya juga orang baru pacaran, masih anget-anget sama lengket-lengketnya. Kayaknya di tinggal sejam berapa berabad-abad.

" nanti kamu jangan nginep disini, pulang aja ya? " bujuk Reyna yang mendengar dari Bunda bahwa Reva ikut Bunda nginep disini. Sedangkan Ayah harus ke Surabaya hari ini juga karena padatnya jadwal dengan klien.

" Ya masak Bunda sendirian disini? " tanya Reva menunduk.

" Loh kan ada aku " kata Reyna

" Terus aku sendirian di rumah gitu? " tanya Reva merenggut kesal.

" Sama Kak Yaksa lah, kan kalian udah biasa tidur bareng " kata Reyna membuat Yaksa yang sedang minum langsung terbatuk.

" Reyna!! " kata Reva menatap tajam Reyna yang cekikikan.

" Lucu banget kalian " ledek Reyna membuat Reva merenggut kesal melihat tawa anggun kakaknya itu.

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok Bunda yang tersenyum manis menghampiri si kembar. Bunda mencium satu persatu pipi putrinya dengan sayang lalu tersenyum.

" Rev, keluar bentar yuk ngobrol sama Bunda " kata Bunda membuat Reva mengangguk. Namun sebelum itu ia melirik ke arah Yaksa yang menatap tajam. Reva menepuk pelan pipi Yaksa dan berjalan mengikuti Bunda.

Di atap rumah sakit, Bunda terlihat mengeluarkan rasa frustasinya yang mendalam. Reva menatap dengan sedih melihat wajah sedih Bundanya.

" gimana ini dek, kalau di biarin lebih lama kakakmu akan semakin memburuk. Leukimia bersamaan dengan lupus adalah hal yang sangat berbahaya. Bunda bingung, bunda nggak bisa lihat kakakmu terbaring dan mengikuti kemoterapi yang menyakitkan " kata Bunda menahan tangis.

" Ayah tau? " tanya Reva membuat Bunda mengangguk.

" Ayah, tau banget. Ayahmu sengaja pergi setelah Bunda emosi dan ingin mempertaruhkan dirimu untuk Reyna " kata Bunda lalu menatap langit.

Kilas Balik

Bunda terlihat menangis di taman rumah sakit dengan perasaan bimbang. Ayah sendiri berusaha menenangi dan memeluk Bunda untuk menguatkannya. Namun entah darimana datangnya ide gila yang terbesit di benak wanita dua anak itu.

" Yah, Reva itu anaknya kuat kan? " tanya Bunda tiba-tiba membuat Ayah bingung.

Wanita itu menatap suaminya, " yah sumsum tulang belakang adalah titik akhir cara menyembuhkan leukimia. Reva itu tidak mudah sakit, ia pasti mau jadi pendonor buat Reyna!!! " kata Bunda membuat Ayah menggeleng.

" Bund, bukan gini caranya. Kalau Reva mendonorkan sumsum tulang belakangnya, dia tidak akan bisa menjadi paskibra lagi. Ada waktu selama dua tahun kedepan untuk Reva wujudkan impiannya. Kita nggak bisa matahin mimpi Reva begitu saja Bund " kata Ayah berusaha menasehati.

" TAPI MIMPI REYNA LEBIH PENTING YAH, DIA MAU JADI KAYAK AKU!! AKU MAU ANAKKU JADI DOKTER!!! " kata Bunda berseru keras.

" Semua anak punya mimpi, kita sebagai orang tua tidak berhak menghancurkannya. Mimpi Reva sudah semua kita patahkan dengan kata Reyna. Bund, Reva itu pernah bilang sama Ayah bahwa dia ingin menjadi gadis sempurna tanpa cacat agar Erion menerimanya. Tapi lihat bekas luka di tubuhnya, Erion takkan bisa menerimanya jika itu bukan permintaan penerus inti mereka. Belum lagi penculikan dua belas tahun itu, Reva menggantikan Reyna. Bund, luka Reva tidak hanya fisik, batin pun terluka sangat parah. Mungkin saat bangun ia berpura-pura lupa, namun nyatanya setiap tengah malam Reva selalu menangis dalam mimpinya berkata Jangan melakukannya padaku, jangan. Rasanya mendengar setiap malam itu adalah lantunan lagu paling mengerikan yang pernah Ayah dengar. Maaf Bund, tapi kali ini Ayah tidak setuju lagi jika Reva berkorban. Jika Bunda masih memaksa, tak hanya Ayah yang marah, namun Yaksa bisa saja menghancurkan rumah sakit ini " kata Ayah lalu berdiri dan memilih menjauh daripada ia harus darah tinggi menghadapi Bunda yang selalu seperti ini jika menyangkut anak kesayangannya.

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (SUDAH DI TERBITKAN).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang