chapter 7

59 13 1
                                    

Happy reading

Reva baru saja selesai mengobrol bersama Rendy dan saat ini ia tengah berjalan entah kemana. Rencananya sih mau ngantin, cuma belum kelar sama sekali acaranya. Takutnya entar ke pergok berujung di ajak berantem kan gawat.

" Reva! " panggilan Galen membuatnya menoleh ke belakang.

" buset, tiga! " kata Reva menunjuk kalung Galen dan pria itu dengan wajah songongnya tersenyum.

Namun ia membuka kalung tersebut dan menyerahkannya pada Reva. " biar apa nih? " tanya Reva sensi.

" titip, gua mau ngelawan Bang Joe " katanya

" EHHH BUSET, SETRES LO?!! " tanya Reva teriak-teriak di koridor sambil memegangi pipi Galen.

" kagak njing, nggak asik kalau dia terus-terusan peringkat satu. Jadi gua mau nyoba aja " katanya membuat Reva meringis.

" woi! " panggilan Wildan membuat keduanya menoleh.

" Wil, lo mencurigakan " kata Reva menatap Wildan yang datang tanpa kalung.

" wkwkwk, bawain dong. Gua mau nyoba lawan Bang Haikal " katanya yang sontak membuat Reva hampir pingsan namun tetap menerima kalung itu.

" bocah bocah setres lo pada " kata Reva menatap keduanya yang tengah peregangan.

" duluan Rev " kata Wildan lalu berlari menuju ruangan sebelas ips satu.

" gua duluan yak! " kata Galen juga lalu pergi entah kemana.

Reva memasukan kalung tersebut dalam kantung bajunya. Ia menghela nafas dan berjalan kembali tak tentu arah. Saat melewati lorong depan perbatasan IPA IPS kakinya terhenti saat seorang lelaki berdiri di depannya.

" Bang Dilan " gumamnya sambil meneguk ludah saat melihat Dilan.

Reva segera mundur, jujur dia milih kabur daripada bonyok sih. Sayangnya, dia kalah cepat dengan Dilan yang lebih dulu menarik tangannya. Hal itu sontak membuat tubuh pendeknya terpelanting ke belakang.

" mau kemana lo? " tanya Dilan menatap Reva yang berada di depannya.

" itu bang, hmm toilet ya toilet. Kebelet banget gue bang " kata Reva gugup.

" tinggal lo doang? " tanyanya

" hahahha, banyak ada bang. Aduh bukan doang " kata Reva menyahuti.

" gua nggak ketemu satupun lawan sejak tadi. Banyak apanya? " tanya Dilan

" buset, nggak ada yang ngelawan nih orang? " batin Reva bertanya tanya.

" lagi di jalan mungkin bang, kan kita nggak tau. Siapa tau macet " kata Reva ngeles.

" gua sebenernya kabut, lo mau ngelawan gua? " tanya Dilan

" kapan kapan aja ya bang? " tanya Reva

" gua maunya sekarang, gimana dong? " tanya Dilan membuat Reva bergumam dalam hati jika orang ini ngeselin abis.

" bang, gua ngelawan lo yang ada gua yang sekarat bang " kata Reva mencoba negosiasi sambil berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Dilan.

" lo nggak bakal sekarat, percaya sama gua " kata Dilan, buset bullshit banget bungutnya.

" pukul gua duluan, sebelum lo yang gua pukul duluan " katanya sambil melepaskan tangan Reva dari genggamannya.

Reva menggigit bibir bawahnya, Dilan hanya menatap gadis pendek di depannya dengan datar. Reva menghela nafas dan komat kamit bentar baca doa agar di lindungi Tuhan. Lalu dengan tangan kanannya ia memukul pipi Dilan dengan keras.

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (SUDAH DI TERBITKAN).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang