Rami mengerjapkan matanya, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Matanya melihat kesegala arah tempat itu terasa asing untuknya dia mencoba untuk bangun tapi ada sesuatu yang mengganjal perutnya. Dia melihat ke bawah dan ternyata ada dua pasang tangan yang melingkar diperutnya dan dia juga sadar ternyata pakaian yang dia gunakan sudah berganti dia tidak menggunakan pakaian yang dia pakai kemarin. Lantas siapa yang menggantikannya?
Tak lama masuklah Pharita "Eohh kau sudah bangun ternyata."
Rami melihat ke arah Pharita dan menatapnya bingung, pharita tertawa "Tenang aku bukan orang jahat. Namaku Hwang Pharita panggil aku Pharita unnie dan maaf jika kau merasa tidak nyaman karena mereka memeluk saat tidur."Rami mengangguk paham "Aku tidak papa unnie, tapi bisahkah kau menolong ku? Aku ingin duduk tapi tangan mereka menghalangi pergerakan ku."
Pharita mengangguk lalu dia menyingkirkan kedua tangan adik-adiknya lalu membantu Rami untuk mendudukkan dirinya.
"Terimakasih." Pharita mengangguk.
Mata bulat Rami menyusuri kamar yang dia tempati, sangat kecil jika dibandingkan dengan kamar miliknya. Kamar ini hanya seperempat dari kamarnya tapi entah kenapa rasanya sangat nyaman disini.
Pharita memperhatikan apa yang Rami lakukan dia berfikir bahwa Rami tidak suka berada disini "Maaf jika kau tidak nyaman disini. Rumah kami sangat kecil jika dibandingkan dengan rumah mu. pasti kau memiliki rumah yang besar? Sehingga kau tidak suka berada disini."
Rami menatap tidak terima "Kapan aku mengatakan jika aku tidak suka berada disini?"
Pharita terdiam mendengar pertanyaan itu "Aku melihat dari cara mu menatap. Jadi, aku berfikir jika kau tidak suka disini maaf."
Rami tertawa kecil "Hey, kenapa kau berfikir sangat jauh sekali unnie? Aku hanya melihat-lihat saja dan tentang apakah aku nyaman atau tidaknya sudah pasti aku sangat nyaman berada disini."
Pharita bersyukur akan hal itu "Terimakasih dan maaf karna ucapanku telah membuat mu tak nyaman."
"Tidak papa aku mengerti itu. Emmm tapi jika boleh tau siapa yang menggantikannya pakaianku?" Rami bertanya dengan malu-malu.
"Aku dan kakak ku yang menggantikannya. Tenang saja dirumah ini tidak ada pria. " jawab Pharita "Dan untuk pakaian mu sudah dicuci oleh adikku lalu uang yang ada disaku jaket mu aku yang menyimpannya. Jika kau mau aku bisa mengambilkan uang mu"
Pharita bangkit dari duduknya tapi Rami menahan tangannya "Tidak perlu unnie. Kau simpan saja." Pharita mengangguk.
Eunghh
Gadis disamping kiri Rami melenguh lalu membuka matanya dia melihat ada Rami dan juga kakaknya yang tengah memperhatikan dirinya.
Rami tersenyum dia mengusap pelan kepala Rora "Selamat pagi." sapa Rami.
"Selamat pagi juga Rami unnie." sapa Rora tak lupa dengan suara khas bangun tidurnya. Dia bangun lalu duduk dan memeluk manja Rami.
"Rora jangan seperti itu." Pharita melarang Rora karna takut adiknya itu membuat Rami tidak nyaman. Rora menggeleng tak mau dia malah menenggelamkan wajahnya pada leher Rami.
Tangan kanan Rami mengusap punggung Rora lalu menatap Pharita "Kau tidak perlu khawatir, aku tidak papa. Jika dirumah aku hanyalah anak tunggal unnie, aku ingin memiliki adik tapi orang tuaku adalah orang yang sibuk. Aku sangat merasa kesepian saat mereka pergi, jadi aku senang jika Rora nyaman bersamaku unnie aku merasa bahwa aku memiliki seorang adik perempuan."
Rami membalas pelukan Rora yang rasanya begitu hangat membuat Pharita tersenyum melihat keakraban mereka.
Ruka masuk kedalam kamar sambil membawa pakaian ditangannya "Eohh kalian sudah bangun ternyata." Rami tersenyum menanggapinya
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER (baby monster)
Fanfiction"Kita bukan saudara kandung tapi aku selalu nyaman saat bersama kalian." - Park Haram