Setelah beberapa kenangan berlalu, kita tersenyum karena cinta, lalu bersedih karena kerinduan
🌼 Lavignisa
160424
___________________
.
.
.
.
.
.
.
.
......................................."Biar saya saja, tidak usah menunggu tandu. Saya bisa membawanya dengan tangan kosong, Bu", ujar Rio tiba-tiba mengambil alih posisi April.
Perlahan April mengundurkan diri. Melihat Ana digendong dengan gaya bridal style oleh Rio. April mencoba bersikap biasa saja didepan beberapa anak didiknya. Hati kecilnya terusik melihat pemandangan itu. Karena tuntutan kerjaan, dia harus mengikuti siswa yang sedang sakit menuju balai dipan pembina Pramuka.
~~~
Beberapa peserta Pramuka dan pembina Pramuka yang melihat kondisi Ana merasa panik. Tubuh Ana terlihat lemas tak berdaya saat Rio meletakkannya di atas alas yang tebal.
"Dewi, kenapa Ana sampai pingsan seperti ini? Dia terlihat dehidrasi. Lihat wajahnya, pucat pasi. Kamu ini sahabat nya, masak gak melihat hal yang gak wajar dengan Ana sebelum dia pingsan?", tanya Rio dalam keadaan panik pada Boker setelah Ana mendapatkan pertolongan pertama yaitu dengan mengecek kondisi pernafasan Ana dengan memeriksa denyut nadi dan melihat pergerakan dada serta perutnya. Setelah Ana terbaring, Rio mencoba untuk membangunkannya namun Ana tak bergeming.
"Ee....itu kak, Ana sejak tadi pagi belum sarapan", jawab Boker dengan ragu karena takut disalahkan oleh calon tunangan Ana itu.
"Apa??!! Kok bisa? Tadi pagi kita video call dan ada kamu juga kalau Ana lagi sarapan", bentak Rio.
"I..iya kak, setelah video call usai dia menyudahi makannya karena gak selera", jawab Dewi jujur.
"Harusnya kam-"
"Sudah. Jangan berdebat sekarang!", pinta April agar memberikan dia celah untuk mendekati Ana. Mencoba melihat lebih dekat kondisi mantan kekasihnya itu.
"Tolong kamu hubungi tenaga medis ya!", pinta April pada Boker yang tepat ada disebelahnya. Dia menyingkirkan egonya demi Ana agar kembali siuman.
"Ana bangun!! Bangun Ana!!", Rio terus menggoyangkan tubuh Ana agar bangun namun tidak ada tanda-tanda jika Ana akan bergerak walaupun sudah ia berikan minyak kayu putih pada hidung Ana dengan jari telunjuknya.
Semua yang melihat semakin panik, wajah Ana semakin terlihat pucat. April kembali mendekat mulai memantau pernapasan dan kerja jantung Ana.
"Coba diberikan nafas buatan selagi menunggu tenaga medis datang", pembina Pramuka yang lain memberikan saran.
Dengan sigap Rio maju untuk memberikan nafas buatan.
"Eee...eh eh eh! Siapa yang nyuruh kamu? Kamu ini laki-laki bisa-bisanya mau kasih nafas buatan pada Ana", ujar pembina itu sambil menarik Rio untuk tidak meneruskan niatnya memberikan nafas buatan pada Ana. Tampak Rio tersenyum kikuk karena dia terlalu panik sehingga nyaris melakukan hal bodoh didepan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat 2 | gxg
Fanfiction🌼🌼 Love Story🌼 Telah kucintai kamu hingga melewati batas sakit; kesedihan yang belum pernah ditemukan, nyeri yang belum sempat diberi nama. ~Aprilia Wulan 🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼 Ketika merindukanmu menjadi bodoh, namun keteguhanku semakin kokoh, biar...