***
Giliran Anna dan Shila yang menenangkan Glynrie yang sedang emosi sekarang. Tak seperti Anna, Glynrie hanya perlu kekuatan tangan dan juga tendangannya untuk merusak barang-barang di sekitar mereka. Maka dari itu, semua barang yang ingin dipukul, dilempar, ditendang, dan dipatahkan oleh Glynrie mereka tangkap dan jaga dengan sepenuh hati. Mereka tidak sekaya itu untuk mengganti semua barang-barang yang mungkin akan dirusak oleh Glynrie.
"Dia pikir dia siapa? Beraninya dia meninggalkanku begitu saja seperti tadi? Hahaha, apa dia gila? Gila, pasti. Tidak ada orang waras seperti dia!"
Shila dan Anna tampak kewalahan menghadapi Glynrie yang sedang kesal setengah mati. Mereka sibuk mengembalikan pot-pot yang Glynrie tendang. "Jingin silih pihim! BUKANNYA KAU YANG INGIN AKU SALAH PAHAM, SIAL!"
Glynrie dengan kesal menendang keras salah satu tempat sampah yang diletakkan di bawah pohon taman. Tempat sampah itu menggelundung kencang lurus ke depan. Anna dan Shila melebarkan mulutnya, lalu berteriak kencang pada seorang pria yang melintas tepat di depan tempat sampah yang menggelinding itu. "AWAS!"
Seketika tempat sampah itu melayang di udara, lalu pelan berpindah ke tempat semula. Anna dan Shila kompak menghela napas lega. Keduanya saling mengacungkan ibu jari, merasa bangga pada diri mereka sendiri.
Laki-laki itu terkekeh pelan setelah memindahkan tempat sampah itu dengan sihirnya. Dia berjalan mendekati ketiga gadis yang terdiam di tempat. "Aku bertanya-tanya siapa yang berani menendang tempat sampah di sini, rupanya temanmu, Shila?"
Shila terkekeh kemudian mengangguk pelan. "Maaf, Kak. Dia sangat kesal hari ini. Kalau aku menghentikannya, aku yang terbang bukan tempat sampah itu."
Glynrie dan Anna sontak saling menatap. Glynrie menyenggol pelan siku Shila, mencari jawaban atas pertanyaan yang memutar di otaknya. "Perkenalkan, dia Kak Eugine, anak sulung Master Norrey."
"Ey! Sudah kubilang panggil Ayahku dengan kata paman saja! Aku tidak terbiasa saat kau memanggilnya Master," bantah Eugine. Shila tak mengindahkan apa yang Eugine katakan. Ia menarik Glynrie dan Anna untuk merapat dengannya.
"Mereka temanku, Kak! Ini Anna, anak kecil dengan kemampuan luar biasa. Ini Glynrie, anak remaja dengan keadaan emosional yang luar biasa," ucap Shila yang mampu membuat Eugine tertawa mendengarnya. Mata Glynrie mengerjap perlahan melihat Eugine tertawa. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari tawa seorang Eugine, tapi entah bagaimana bisa, mata Glynrie seperti dipaku untuk terus melihat tawa Eugine yang akhirnya membuat wajahnya panas.
Tenang, Glyn! Hanya seorang pria tampan, harus terbiasa!
"Ya sudah. Aku harus pergi sekarang," tegas Eugine. Laki-laki itu melangkahkan kakinya, melewati tiga perempuan yang masih diam di tempat. Tiba-tiba Eugine berhenti dan membalikkan badannya. Dia tersenyum manis dengan matanya yang kini menatap Glynrie. "Jangan lupa basuh kakimu."
Dan jangan salahkan Glynrie kalau wajahnya memerah sekarang.
***
Glynrie mengendap-endap di depan salah satu ruangan petinggi Drainsyl. Tangannya memutar gagang pintu paling ujung itu, tapi nihil, sepertinya pintu itu akan terbuka jika mengenali sihir pemiliknya.
Glynrie terdiam sambil memikirkan cara untuk membuka pintu ini. Kalau Glynrie tidak salah, semua pintu dengan penjagaan ketat di seluruh akademi ini pasti dipesan dari kota Scylerion. Bukan tidak mungkin kalau Shinae bisa membuka pintu itu dengan mudah.
Hiks Shinae, aku membutuhkanmu sekarang!
"Sedang apa kau di sini?"
Jantung Glynrie berdetak kencang saat mendengar suara seseorang. Glynrie menolehkan kepalanya ke kanan dan melihat seorang laki-laki berdiri menyandarkan badannya di tembok.
"Hahaha, kalau begitu saya juga ucapkan terima kasih. Saya pamit, ingin kembali ke ruangan."
Mata Glynrie membulat mendengar suara orang lain di dekat mereka. Laki-laki itu langsung sigap membuka pintu, meletakkan bawannya, lalu menarik paksa Glynrie untuk pergi dari sana.
Sesampainya di halaman samping, laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Glynrie. Laki-laki itu menatap tajam mata seorang remaja putri yang belum berani menatap matanya. "Sekali lagi aku tanya, sedang apa kau di depan ruangan Ayahku?"
Tamat riwayatmu Glynrie!
"Eum itu ... eeeee ...."
Laki-laki itu tetap menatap tajam ke arah Glynrie, membuat Glynrie semakin dilanda gugup. Melihat kegugupan gadis di depannya, laki-laki itu menghela napas. "Kalau kau tidak mau menjawabku tidak apa-apa. Lagi pula itu masalahmu dengan Ayahku, aku tidak berhak ikut campur."
Terkejut mendengar itu, ekspresi Glynrie membuat laki-laki itu tersenyum tipis. "Tidak perlu terkejut seperti itu, tidak semua anak punya hubungan baik dengan Ayahnya."
Kalimat barusan malah membuat Glynrie lebih terkejut lagi. Lebih terkejut lagi saat laki-laki itu mengeluarkan sebungkus rokok dan sebuah korek api. Saat mengeluarkan sebatang rokok, laki-laki itu menatap Glynrie, lalu berkata, "Kau mau?"
"Gila kau!"
Laki-laki itu terkekeh pelan mendengarnya. Duduk di atas rumput yang tumbuh di halaman samping, laki-laki itu mulai menghirup rokok yang baru saja ia nyalakan. Glynrie juga ikut duduk di bawah, menjaga jarak 1 meter dari laki-laki itu.
"Aku tidak akan membocorkan masalah ini pada siapa pun asalkan kejadian di pasar waktu itu juga kau simpan baik-baik. Dan juga kejadian saat di hutan."
Glynrie terkekeh mendengar itu. Pantas saja laki-laki itu melepaskannya dengan sangat mudah. "Lagi pula, aku sudah memaafkanmu tentang kejadian di hutan. Kau tahu, kau membantuku mengatasi ketakutanku."
"Kau tidak terlihat seperti ketakutan saat melawanku."
Glynrie beranjak dari duduknya, berdiri sambil meregangkan badannya. "Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku. Terima kasih jika kau benar-benar tidak akan melaporkan kejadian ini kepada siapa pun."
Glynrie membalikkan badannya, ingin kembali ke asrama putri. Namun baru saja ingin melangkah, laki-laki itu kembali bersuara, "Aku Erand, siapa namamu?"
Glynrie kembali membalikkan badannya, tersenyum kemudian menjawab, "Aku Glynrie."
"Glynrie sampai jumpa besok!"
***
Jangan lupa vote ya guys, klik ikon ⭐ di bawah. Aku juga terbuka untuk kritikan ya, boleh di komentar atau dm langsung ke aku💙
Thank You

KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Cahaya
FantasyNamanya Glynrie, seorang penyihir perempuan yang tinggal dan besar di sebuah keluarga manusia biasa. Saat berumur 17 tahun, gadis itu memutuskan untuk pergi ke akademi Drainsyl, sebuah akademi sihir terbesar yang ada di kota Xenopia untuk mencari ke...