18. Kristal Jiwa

69 4 2
                                        

***

Glynrie berjalan pelan menuju tempat teman-temannya berkumpul. Gadis itu berjalan sembari menggoyangkan kedua tangannya. Keningnya mengerut, seperti bingung akan sesuatu.

"Glyn, mengapa wajahmu seperti kebingungan? Apa ada yang mengganggumu?"

Glynrie menatap Erand yang duduk sambil membaca buku, entah buku apa yang laki-laki itu baca. Gadis itu kemudian duduk, mendekat pada Erand yang kebingungan sendiri melihat gelagat aneh Glynrie. Matanya menatap serius wajah Erand yang menunjukkan ekspresi aneh.

"Aneh. Sungguh aneh!"

Anna yang sedang berbaring, seketika membuka kedua kelopak matanya. Anak kecil itu kemudian memiringkan badannya, menyangga kepalanya dengan tangan kanannya. "Apa yang aneh? Dirimu?"

"Iya diriku."

"Bukannya dirimu memang sudah aneh dari dulu, Kak?"

"APA KAU BILANG?! Iya sih."

Erand menyentil kening Anna, menyuruh gadis itu agar diam terlebih dahulu. Anna cemberut kesal, lalu menjulurkan lidahnya kepada Erand. Erand meringis kesal melihat anak nakal itu. Tangannya melayang di udara, bergerak pelan mengancam Anna agar anak itu tidak bertingkah lagi.

"Apa yang aneh, Glyn?"

Shila yang baru saja selesai bermeditasi di sebelah kolam air mancur, menghampiri ketiga orang yang sedang terdiam. Gadis itu dengan pelan duduk di depan Glynrie, meraih sebotol air dan meminumnya perlahan.

"Shila, diriku aneh. Rasanya seperti bukan diriku."

"Apa maksudmu? Coba ceritakan lebih jelas lagi, agar aku bisa membantu."

Glynrie kemudian mengubah posisi duduknya. Gadis itu menatap serius Shila di depannya, lalu mulai berkata, "Entah kapan aku mulai merasa ini, mungkin sekitar lima belas sampai sepuluh hari yang lalu? Tapi aku rasa, stamina tubuhku membaik."

"Bukankah itu bagus?"

"Ya memang bagus. Tapi aneh."

Glynrie menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu menatap langit yang sialnya bersih dari awan hari ini. "Staminaku membaik, terbukti beberapa hari berlatih ini, aku tidak mengalami kelelahan seperti bulan lalu. Bahkan aku rasa staminaku setara dengan Erand, seorang siluman singa."

"Aku rasa itu mungkin saja terjadi, Glyn."

Glynrie menggelengkan kepalanya, "Tidak! Tidak. Kau harus melihat ini."

Tangannya merogoh sesuatu di saku celananya, lalu tanpa mereka duga, Glynrie menggerakkan benda itu ke tangannya dan timbul luka sayatan yang tak begitu panjang, tapi mereka bertiga yakin, luka itu pasti terasa perih.

"GLYN!"

Shila dengan cepat menarik tangan Glynrie, lalu menggunakan tangannya sendiri untuk menyalurkan sihir penyembuh. Gadis itu melirik Glynrie yang nampak biasa saja saat lukanya disembuhkan menggunakan sihir.

"Apa tidak terasa sakit?"

"Menurutmu?"

"Kau kelihatan benar-benar tidak kesakitan. Aku tahu sebab sihir penyembuh membuat luka dua kali lebih sakit daripada disembuhkan menggunakan Daun Rambat Mutiara. Dan kau, bahkan tidak mendesis sedikit pun."

Glynrie tersenyum mendengar itu. Gadis itu bahkan tidak sadar bahwa sekarang lukanya yang belum sepenuhnya kering tersebut, ditekan kuat oleh Shila. "Dan kau bahkan tidak kesakitan saat lukamu ditekan begitu kuat seperti ini. Kau, ada apa dengan dirimu?"

"Ya itu yang ingin ku tanyakan kepada dirimu," jawab Glynrie sambil menghembuskan napas panjang. Glynrie menarik tangannya dari genggaman tangan Shila, lalu berkata, "Beberapa hari ini aku baru sadar kalau diriku tidak pernah merasa sakit lagi saat terluka. Rasanya seperti rasa sakit ini dibagi dengan orang lain."

Pedang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang