13. Tekad Glynrie

21 8 0
                                    

***

Glynrie, Shila, dan Anna terdiam di taman belakang akademi. Ketiganya sedang mendinginkan kepala agar lebih tenang dan tidak meluapkan amarah lagi. Cukup satu burung pipit yang mati hangus, terbakar api amarah Anna.

"Apa kita akan terus diam seperti ini?"

"Diam, aku masih marah dengan penghinaan mereka!"

"Tapi entah mengapa aku tidak bisa marah, karena semua yang mereka katakan itu ada benarnya juga," tutur Glynrie. Gadis itu tidak mempermasalahkan kalimat penghinaan dari para murid kelas tingkat 3. Tapi, emosinya terpancing karena kantong ungu kesayangannya ingin dirusak begitu saja.

"Yang penting aku ingin menunjukkan sesuatu kepada kalian!"

Glynrie menatap ke kiri dan kanan berkali-kali, memastikan tidak ada orang yang mengintip mereka. "Tidak ada orang di sekitar kita, kan?"

Shila yang sudah tak sabar, segera membuat tabir sihir di sekitar mereka. Suara, bahkan bayangan mereka tidak akan terlihat dari luar. Glynrie dan Anna terdiam takjub melihat betapa indahnya tabir sihir buatan Shila. Namun, Glynrie langsung menatap tajam Shila yang memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kau!"

"Hei! Tidak kusangka kau sudah menembus tingkat empat Shila! Kapan? Bagaimana bisa? Terakhir kali kau bilang padaku bahwa kekuatanmu baru sampai tingkat tiga. Wah! Kau kini bisa menjadi jajaran guru di akademi, aw! Shila, kau keren!"

Shila tersipu malu mendengar pujian Glynrie. Tangannya mendorong pelan bahu Glynrie, salah tingkah karena dipuji. "Ah! Kau bisa saja!"

Saat kedua gadis itu tertawa dan berisik sendiri, ada Anna yang menatap sebal mereka berdua. "Kalian menyembunyikan sesuatu lagi dariku?!"

***

Shila dan Anna kompak menyemburkan air ke wajah Glynrie hingga wajah dan baju Glynrie basah. Glynrie menutup matanya sembari mengukir senyum pasrah merasakan semburan maha dahsyat dari dua orang yang ingin ia kubur hidup-hidup sekarang juga.

"Kau yakin itu Pedang Langit? Bukan pedang biasa?"

"Kau tidak percaya?"

"Hei! Mengapa kau bertanya lagi, tentu saja iya! Bagaimana bisa kau yang masih tingkat satu dapat mencabut Pedang Langit, Glyn? Bahkan seorang Anela dan Isha saja tidak bisa mencabut pedang itu!"

"Kau meremehkanku rupanya, Shila!"

"Aku tidak meremehkanmu Glyn! Hanya tidak bisa masuk di akal saja kau mendapatkan Pedang Langit!"

Glynrie tiba-tiba berdiri di depan Anna dan Shila. Gadis itu meletakkan telapak tangannya di dada, memejamkan mata seraya memanggil Pedang Langit agar keluar dari tubuhnya. Beberapa saat kemudian, Shila dikejutkan dengan cahaya yang keluar dari tubuh Glynrie. Shila dengan sigap menyuruh Anna mengunci pintu, agar tidak ada satu pun penyihir yang tahu.

Shila dan Anna menganga lebar melihat Pedang Langit benar-benar ada di depan mereka. Kedua gadis itu berusaha menyentuh pedang yang masih melayang itu, tapi tidak bisa. Setiap tangan Shila dan Anna mendekat kurang dari 10 cm, ada sengatan listrik kecil yang membuat tangan mereka tidak bisa mendekat.

"Hei! Jangan sembarangan ingin menyentuh, itu milikku!" tutur Glynrie dengan nada sombong. Shila mengapit leher Glynrie dengan lengannya, menjepit hingga Glynrie teriak meminta tolong. Untung saja kamar murid semuanya kedap suara.

"Kau! Aku bangga sekali padamu! Bahkan seorang penyihir level tiga saja tidak akan sebanding denganmu." Shila terlampau senang hingga tak sadar tangannya mencekik leher Glynrie hingga gadis itu terbatuk-batuk.

Pedang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang