10. Megalith Peak

27 9 0
                                        

***

Pagi ini, Glynrie dibuat kebingungan lagi. Pasalnya guru mereka tiba-tiba mengumpulkan semua murid kelas tingkat 1 di depan gerbang Akademi Drainsyl. Dan di depan mereka sudah berjajar rapi sepeda gunung yang membuat Glynrie semakin curiga, apakah pagi ini mereka pergi bersepeda ke gunung?

Hah! Apa pun itu, yang jelas guru itu akan menyiksa semua murid, lagi dan lagi. Glynrie menggoyangkan kakinya bosan, menunggu guru wanita itu yang memang suka sekali terlambat. Dirinya menoleh ke samping, terkejut saat seseorang menyenggol bahunya.

"Kau mau bocoran apa yang akan kita lakukan pagi ini?"

"Yang pasti ada sepeda gunung, berarti pergi bersepeda ke gunung." Erand tersenyum tipis mendengar jawaban Glynrie. Laki-laki itu melepas ikatan rambut Glynrie, membuat rambut perempuan itu jatuh ke bawah dan beberapa helai jatuh di pundak cantik milik Glynrie.

"Kau?!"

"Tidak sesederhana pergi bersepeda ke gunung, Glyn. Yang pasti, jika kau mengikat tinggi rambutmu seperti tadi, kau akan mati kedinginan!" sahut Erand dengan senyum nakal miliknya. Glynrie mendengus kesal, mencoba merebut ikat rambut miliknya. Tinggi laki-laki itu 181 cm membuat Glynrie kesusahan meraih ikat rambut miliknya yang Erand angkat tinggi-tinggi.

"Selamat pagi semua!"

Glynrie dan Erand langsung berdiri tegak, meluruskan posisi berdiri dengan barisan masing-masing, lalu semua murid membungkuk bersama, mengucapkan selamat pagi dengan kompak.

"Pakai helm masing-masing, lalu kita berangkat sekarang!" titah Tera. Dahi Glynrie mengerut heran. Buru-buru sekali guru yang satu ini. Tidak biasanya. Namun, gadis itu tetap patuh, memakai helm dan menaiki sepeda yang akan mereka kendarai.

Saat Tera memberi aba-aba, mereka semua berangkat menuju ke tempat yang akan dituju. Perjalanan cukup menyenangkan karena mereka bersepeda melewati pemukiman warga, dan mendapatkan kalimat semangat dari warga sekitar.

Sekitar 2 jam mereka mengayuh pedal sepeda, akhirnya mereka tiba di kaki sebuah gunung. Glynrie kembali mengutuk guru tersebut. Pantas saja dia terburu-buru. Mereka bersepeda membutuhkan waktu 2 jam lamanya untuk sampai di kaki gunung yang terlihat sedikit menyeramkan ini.

Tera membalikkan badannya, menatap beberapa muridnya yang terlihat sangat kelelahan. Namun, di wajahnya tidak terlihat ekspresi kasihan sama sekali, malah wajahnya terlihat lebih tegas dari sebelumnya.

"Bagaimana bisa kalian yang sudah melewati latihan satu bulan tapi masih begitu lemah seperti ini. Kalau begini, dua bulan lagi tidak ada yang bisa mewakili kelas ini untuk naik tingkat ke kelas berikutnya!"

Semua murid yang terlihat kelelahan, lantas terpaksa berdiri, menyembunyikan wajah lelah dan letih. Mereka meremas kuat bagian bawah seragam mereka, menahan rasa lelah dan sakit yang ada di kaki mereka.

"Mulai dari sini, kalian akan mendorong sepeda ini ke atas, mengikuti saya di belakang. Kalau ada yang ketahuan berhenti, jangan lupa saya membawa cambuk kesayangan saya."

Semua murid menelan ludah mendengar perkataan Tera. Mereka terpaksa menahan lelah, mengikuti guru wanita itu mendorong sepeda sambil mendaki gunung. Untung saja, jalur yang mereka tempuh terlihat sedikit lebih mudah. Jalur ini sudah dibuat khusus untuk mereka.

Sampai sudah mereka di depan sebuah rumah besar di tengah hutan gunung. Semua tercengang melihat itu, sampai-sampai sepeda mereka lupakan begitu saja.

"Kalian bisa menaruh sepeda itu di sini. Pastikan terparkir dengan rapi. Letakkan helm di dalam, kemudian kembali ikuti saya mendaki ke puncak gunung ini."

Pedang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang