***
Glynrie, Shila, dan Anna menatap serius laki-laki di hadapan mereka. Mata mereka dibuat sebulat mungkin, mirip anak anjing jika ingin meminta sesuatu. Erand menatap mereka bertiga kebingungan, serta merasa canggung karena Erand jadi tak enak menolak apa yang mereka minta barusan.
"Hmm? Mau ya? Erand ...."
"Kau kan sudah berjanji akan menuruti semua permintaanku jika aku lulus hari ini! Hmm?"
"Ya ya ya? Erand ...."
Erand menghela napas panjang mendengar permintaan Glynrie. Itu bukan seperti permintaan, melainkan paksaan.
"Aku juga akan membantumu nanti, dalam hal apa pun, Shila dan Anna juga."
"Mengapa jadi kami berdua?"
"Diam! Katanya ingin membantuku!" bisik Glynrie. Erand mendengus geli mendengar bisikan Glynrie yang sangat keras. Ketiga gadis itu kemudian kembali memasang wajah sedih dengan mata berbinar, membuat laki-laki itu merinding seketika.
Erand mendorong mundur satu persatu kepala tiga serumpun itu. "Baiklah. Tapi aku mungkin tidak dapat membantu banyak. Hubunganku dengan Ayahku tidak sedekat itu. Bahkan guru-guru lain tidak mempercayai aku. Tapi aku akan berusaha. Kasihan sekali gadis nakal ini kehilangan orang tua."
Glynrie cemberut mendengar Erand menyebutnya gadis nakal. Kaki kanannya lantas menginjak kaki kiri milik Erand, membuat laki-laki itu meringkuk kesakitan meniup ibu jari kakinya yang terasa perih.
"Erand sudah mendapat bagiannya sendiri, kalau kita berdua, bagaimana?"
"Kalian berdua ..."
"Akan kupikirkan nanti." Shila dan Anna langsung mendesis kecewa. Kedua perempuan itu lantas berbalik, menatap tembok agar Glynrie tidak bisa bicara dengan mereka. Glynrie hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Shila dan Anna.
"Nanti malam kita akan masuk ke ruangan salah satu guru lagi. Kalian bertiga bersiaplah."
***
"Aku harus bagaimana, Glyn?!"
"Cari murid yang ingin mengembalikan buku atau apa pun ke ruangan guru. Cepat!"
Glynrie, Erand, Shila, dan Anna berkeliaran di sekitar ruangan para guru, ingin mencari cara bagaimana agar mereka bisa masuk ke dalam ruangan salah satu guru Drainsyl. Glynrie tersenyum saat melihat murid lain melintas di samping mereka, sedangkan Erand sedang memutar otak mencari cara. Tiba-tiba Erand menghentikan seorang murid perempuan berkaca mata, membuat Glynrie, Shila, dan Anna ikut berhenti mendadak.
"Hei, kau mau menaruh ini semua di ruangan gurumu, kan? Aku akan membawanya, kebetulan aku ingin ke ruangan Ayahku."
Murid itu menatap dari atas sampai bawah tubuh Erand, berusaha mengenali wajah dari laki-laki itu. "Aku tidak percaya padamu."
"Hei, mengapa tidak percaya? Aku bahkan anak seorang guru."
"Ya maka dari itu, aku semakin tidak percaya."
"Padahal aku hanya kasihan melihat wajahmu yang terlihat sangat kelelahan ini. Aku hanya ingin membantu."
Glynrie ikut membantu Erand. Gadis itu menganggukkan kepalanya cepat, memperlihatkan ekspresi serius darinya. "Iya aku setuju! Lihatlah kantong mata dan lingkaran hitam itu. Wajah lesu dan kusam, uh, aku yakin kau banyak bekerja akhir-akhir ini."
Gadis itu langsung meraba wajahnya. Glynrie menahan tawanya saat gadis itu percaya saja dengan bualan itu. Apa karena mereka sama-sama perempuan, jadi gadis itu percaya dengan perkataan Glynrie?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Cahaya
FantasiNamanya Glynrie, seorang penyihir perempuan yang tinggal dan besar di sebuah keluarga manusia biasa. Saat berumur 17 tahun, gadis itu memutuskan untuk pergi ke akademi Drainsyl, sebuah akademi sihir terbesar yang ada di kota Xenopia untuk mencari ke...