Di halaman belakang hunian, ada Dewangga yang sedang duduk di gazebo sembari memetik gitar akustiknya. Sesekali meraih rokok yang ia taruh di pinggiran gazebo untuk ia nikmati.
Saking jarang nya Dewangga di hunian, para penghuni cincin pun kadang suka kaget kalau melihat Dewangga. Apalagi Sophia, yang sangat jarang interaksi nya dengan pemuda tertua kedua setelah Dikta itu.
Sore yang sejuk karena hujan yang telah mereda membuat Dewangga betah di halaman belakang, terlebih ia kini tengah rehat dari aktivitas nya sebagai anak band, membuat Dewangga banyak menghabiskan waktu untuk mengistirahatkan diri dan mentalnya yang saat ini berserakan.
Apalagi jika mengingat masalah yang ia hadapi, perjodohan yang Dewangga sendiri tidak ketahui, dimana saat ia pulang kerumah tau-tau orangtua nya mengatakan jika Dewangga sudah mempunyai calon istri.
Lawak sekali.
Wajahnya saja Dewangga tidak tau. Ah, malas sekali mengingat hal yang membuat punggung nya dilukis oleh memar akibat sabetan ikat pinggang sang ayah karena kabur saat pertemuan dengan keluarga sang perempuan.
Jangan salahkan Dewangga yang sampai sekarang menutup akses komunikasi dengan keluarganya, enak saja mengatur-atur hidup Dewangga bahkan sampai jodoh pun diatur sedemikian rupa.
"Bjir kaget gue ngeliat artis lagi bengong,"
Dewangga tersentak ketika suara cempreng membuyarkan lamunan nya, itu Janice yang saat ini membawa tas laptop serta buku tebal yang Dewangga tebak akan menjadi makanan gadis itu hari ini.
"Ya masa gue gaboleh bengong? Ngapain berdiri disitu, sini duduk," titah Dewangga, menekan ujung rokok pada asbak, takut Janice terganggu dengan asap rokoknya.
"Eh kenapa dimatiin? Santai aja kali," ujar Janice kala Dewangga menghentikan agenda nyebat nya padahal rokok nya masih lebih dari setengah.
"Udah gak mood ngerokok," kilah Dewangga dan menggeser duduknya kala Janice bergabung di gazebo.
Janice mengeluarkan laptop dan menyalakan nya, kemudian beralih menatap Dewangga yang saat ini kembali melamun menatap kolam ikan. Kebanyakan orang menganggap jika Dewangga itu judes luar biasa, padahal tidak sepenuhnya seperti itu.
Dewangga itu datar dan pendiam, namun sikap nya sangat gentle, tidak banyak bicara namun perlakuan nya pada orang lain sangat baik. Talk less, do more, kalo kata Janice.
"Kayaknya kemaren gue ngeliat lo di hunian deh kak tapi gak kumpul, hari ini juga. Gak manggung apa?" Tanya Janice, maklum, ia bukan tipikal orang yang suka dengan keheningan layaknya Dewangga.
"Lagi bosen manggung," balas Dewangga.
"Buset, ada ya orang begitu?"
"Ya ada, buktinya gue?"
Janice merotasikan bola matanya dan tidak lagi bersuara. Hanya ada suara dari ketukan jemari Janice diatas keyboard serta suara alam yang mengisi keheningan, gitar Dewangga pun pria itu letakkan dan memilih menopang tubuh dengan kedua tangan seraya memejamkan mata menikmati angin sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunian Cincin
Romance𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊𝐏𝐈𝐍𝐊, 𝐁𝐓𝐒, 𝐆𝐎 𝐘𝐎𝐔𝐍𝐉𝐔𝐍𝐆 Hunian Cincin yang membuat banyak cerita, mereka tertawa, menangis, suka dan duka bersama. Persaudaraan terjalin tidak hanya dari ikatan darah, namun bagaimana mereka menciptakan kekeluargaan dan men...