Keningnya berkerut dalam kemudian bergegas menuruni tangga dengan langkah tergesa. Kenapa kepala nya berdenging? Hatinya memanas entah karena apa.
Dengan langkah serampangan seolah dikejar setan, Janice sampai dibuat kaget ketika keluar dari pintu utama mendapati Mahen, keduanya nyaris bertabrakan jika saja tidak pemuda itu tahan bahu sang gadis.
"Janice? Kenapa?" Tanya Mahen dengan nada lembut khas nya, sedikit menunduk guna melihat wajah merah Janice.
Kepala Janice kontan menggeleng tanpa membuka suara, berniat meninggalkan Mahen namun gagal saat pergelangan tangan nya ditarik pelan, "Janice, lo kenapa? Jangan pergi kalo emosi lo gak stabil, takut kenapa-napa. Gue temenin ya?"
"Gamau," sambar Janice dan menyentak tangan nya agar terlepas dari cengkraman Mahen.
Tatapan sinis namun sendu Janice berhasil mengusik Mahen membuat pemuda yang sebenarnya lelah fisik itu memilih menutup pintu dan mengejar sang puan yang kini terlihat menaiki mobilnya.
Brak!
"Kak!" Seru Janice ketika Mahen masuk kedalam mobil nya tanpa izin.
Mahen dengan wajah datar menatap Janice intens, "lo sadar gak abis nabrak pot nya bang Dikta?"
"Bodo," dengus Janice, memiringkan tubuh dan mendorong tubuh Mahen, "keluar gak!" usir Janice.
Beruntung Mahen memiliki sabar yang luas, ia mungkin akan membiarkan Janice pergi jika saja tidak melihat tangan bergetar sang gadis yang Mahen tebak karena emosi yang begitu membuncah, entah karena alasan apa.
Mahen diam, membiarkan Janice melampiaskan kemarahan nya dengan memukul tubuhnya, diiringi makian yang Mahen yakin jika kalimat itu tidak Janice tujukan untuknya.
Mahen hanya objek, objek yang Janice limpahkan atas emosi yang gadis itu rasakan, dan Mahen tidak masalah akan hal itu.
Tangan kanan Mahen bergerak memutar kunci mobil guna mematikan mesin mobil, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menarik kepala Janice menuju bahunya.
"Udah marah nya?" Tanya Mahen pelan sembari menepuk pelan punggung Janice, memberikan afeksi agar sang gadis tidak lagi membabi buta dan menenangkan diri.
"Janice, jangan dibiasin kalau marah tiba-tiba mau pergi, lo bukan cuma ngebahayain diri sendiri tapi juga orang lain," nasihat Mahen yang tidak mendapat balasan apapun dari Janice.
Namun Mahen tidak masalah, sudah lama sejak ia mengenal Janice dan sangat paham jika saat ini Janice tengah berusaha memadamkan kobaran amarah dalam dirinya, walaupun diam, tapi Janice mendengar dengan baik setiap kalimat yang Mahen ucapkan padanya.
Tangan Mahen terangkat, mengelus rambut Janice dimana gadis itu masih betah menaruh kepala pada pundak kokohnya. "Udah tenang?" Bisik Mahen, walau tidak ada jawaban namun Mahen merasakan anggukan kecil dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunian Cincin
Romance𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊𝐏𝐈𝐍𝐊, 𝐁𝐓𝐒, 𝐆𝐎 𝐘𝐎𝐔𝐍𝐉𝐔𝐍𝐆 Hunian Cincin yang membuat banyak cerita, mereka tertawa, menangis, suka dan duka bersama. Persaudaraan terjalin tidak hanya dari ikatan darah, namun bagaimana mereka menciptakan kekeluargaan dan men...