Hunian Cincin : 20

1.5K 144 30
                                    

Dikta mengerutkan kening saat melihat Janice yang sedang merenung di pinggir kolam ikan, yang terletak di belakang hunian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikta mengerutkan kening saat melihat Janice yang sedang merenung di pinggir kolam ikan, yang terletak di belakang hunian mereka. Kebetulan, Dikta pergi kesana karena ingin melanjutkan pengerjaan skripsi nya namun dibuat salah fokus kala melihat Janice yang berbicara dengan ikan.

Maka dari itu Dikta memutuskan untuk mendekati Janice, bahkan gadis itu tidak sadar akan kedatangan nya saking sibuk nya berbicara dengan ikan yang nihil akan tanggapan, tentu aja, selain blublublub, apa yang Janice harapkan dari curhat dengan ikan?

"Gimana ya kan jadinya, gue bingung,"

"Lo mau ngomong dari a sampai z, ampe mulut lo berbusa juga gak bakal disahutin kali Jan ama itu ikan,"

Kaget karena ada suara lain yang menyahut nyaris membuat Janice jatuh kekolam kalau saja tidak Dikta raih lengannya.

"Anjir! Gue kira ikan nya yang nyaut!" Sewot Janice, mendongak menatap Dikta yang menyatukan alis.

"Gue gatau lo sefrustasi apa tapi kurang-kurangin lah gilanya ampe curhat ama ikan, mana mau join koloni nya lagi," omel Dikta.

Tidak ada sahutan lagi dari Janice selain mendengus dan kembali bicara random dengan ikan-ikan di kolam. Dikta menggaruk alisnya hingga akhirnya bergabung untuk duduk dipinggir kolam bersama sang gadis.

Janice melirik namun enggan bersuara, Dikta sendiri total heran karena belakangan ia merasa Janice seperti mendorongnya menjauh, enggan berinteraksi lebih seperti biasanya. Apa Dikta melakukan kesalahan yang tidak pemuda itu sadari?

"Jan," panggil Dikta yang hanya dibalas deheman singkat dari Janice.

"Janice," sekali lagi, pemuda itu memanggil Janice sambil mencolek pipi gembil sang gadis.

"Apa?" Balas Janice sambil menepis tangan Dikta dari wajahnya.

"Gue ada salah sama lo?"

Hening.

Dikta tidak mendapatkan jawaban apapun dari Janice atas pertanyaan nya. Jujur saja, Dikta jadi sedikit kepikiran karena tidak biasanya Janice menghindarinya seperti sekarang.

"Kalo gue ada salah gue minta maaf, Jan. Tapi jangan ngehindarin gue gini dong? Gue sepi nih gak ada lo," ujar Dikta, memiringkan kepala sambil menatap Janice yang mana tatapan gadis itu benar-benar hanya tertuju pada kolam ikan.

"Masa sepi? Perasaan kak Idan tiap hari ada aja ulah nya di hunian,"

"Yaiya itu kan Haidan beda cerita, gue kan sepi nya karena lo yang gak ikutan rame kayak Haidan," balas Dikta.

Lagi-lagi tidak ada sahutan dari Janice membuat Dikta pusing dan tanpa diduga meraih kedua bahu sang gadis untuk menghadapnya. Bahkan Janice sendiri tidak menduga jika dirinya akan berhadapan dengan Dikta sedekat ini.

"Apaan sih kak," dengus Janice ingin melengos namun urung karena Dikta yang menahan nya.

"Lo ada masalah? Sama siapa? Siapa orang yang bikin Janice gue diem mulu?" Omel Dikta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hunian CincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang